S1 : Tidak Harmonis

Rasa sakit yang memburu didada terasa sangat menyesak direlung jiwa. Hati ku menangis namun tidak satupun tetesan air mata keluar.

Sesampai dirumah Aku memanggil anak kedua ku Leo untuk bergabung diruang TV. Suamiku terlihat sangat takut melihat sikap ku. Aku ingin marah, Aku Kecewa sangat kecewa.

"Jangan dulu masuk kamar kesini duduk diruang TV" ucapku tak gentar.

"Apa? Mau ngomong apa?"

"Kita selesaikan sekarang, biar tuntas... kita cerrrrraaaiii sekarang"

Luapan Emosi ku tidak dapat dibendung kembali, setengah berteriak ku lontarkan kata Cerai.

Suamiku duduk di kursi ruang Tv disamping anak ku Rani. Aku yang masih memegang cucung segera ku berikan kepada Rani sebagai ibunya.

Ketika semua anak ku berkumpul diruang TV, sidang pertama Suami ku didepan anak-anak dimulai. Ku ceritakan semua apa yang kami bicarakan tadi didepan anak-anak ku.

"Berarti Ayah mu ada niat ingin menikah lagi, Ibu tidak ingin dimadu... sama aja Ayah mu ingin cerai sama ibu mu"

"Siapa yang mau cerai? kamu kan yang mau cerai" ucap suamiku.

"Tadi kata mu mau menikah lagi kan... ya kita cerai saja, Aku juga sudah tidak ada rasa sama kamu lagi"

"Biar Aku hidup bersama dengan anak-anak ku, kamu pergi dari rumah ini"

Anak ku Rani yang tertua mulai menanyai Ayahnya. Aku mencoba meredakan emosiku dan rasa sakit yang amat sakit.

"Yah... apa benar Ayah mau menikah lagi" ucap Rani dengan lembut.

"Kami sudah tidak ada keharmonisan lagi, Ibu mu sudah tidak menyukai Ayah lagi... terus untuk apa dipertahankan?"

Ya Allah bagaikan disambar petir rasanya. Lagi-lagi perselingkuhannya dibuntuti dengan ucapan kesalahanku. Suamiku selalu menyalahkan diriku ketika Ia berselingkuh. Hatiku terasa teriris iris, setengah gila rasanya.

"Yang buat tidak harmonis itu ya kamu... Kamu yang selalu menghindar, jarang pulang kerumah... Aku terbiasa sendiri dirumah" kutunjuk jari ku didepannya. Ucapan yang dilontarnya lebih sakit dari kekerasan fisik.

"Apa yang kurang dari ku? Semua hidupku sudah ku serahkan pada mu... tapi apa yang kau berikan padaku?"

Aku berdiri dengan gemetaran, seluruh badan ku terasa panas namun badan terasa lemah. Fikiranku penuh dengan memori terdahulu. Berputar kembali masa dimana Suami ku mengkhianati pernikahan yang kami bangun dengan air mata.

"Siapa wanita yang Ayah ingin nikahi?" tanya Leo anak kedua ku.

"Belum ada dicari dulu"jawab Suamiku masih dengan santai.

"Bohong... mana ada maling mau ngaku, siapa wanita itu? Mantan selingkuhan mu yang dulu? atau wanita ganjen teman sekolah mu?"

"kita Ceraiii.... " ucap ku gemetar.

"uruslah perceraian kan kamu yang mau cerai" ucap suamiku ikut emosi.

"Enak aja kamu ya, kamu yang buat salah Aku yang harus nanggung semuanya. Kamu urus cerai kita, besok Aku temui Ayuk ku dan kepala Dinas tempat mu kerja" Emosiku meluap.

Rani melihat emosi Ku yang tidak dapat dibendung, memberikan solusi untuk keluarga yang sudah 30 tahun dibina.

"Ibu... tenang dulu, jangan langsung minta cerai begitu saja. Ibu mau menyelesaikan masalah dengan baik atau tidak baik?" tanya Rani dengan lembut.

"Baiklah..." aku terdiam menahan sisa-sisa emosi.

"Yah... Ayah mau cerai atau mau memperbaiki semuanya? kalau Rani harus jujur, Rani ga mau Ibu dan Ayah bercerai... cukup yah... cukup... bukan hanya Ibu yang sakit tapi Rani juga begitu, masih kecil Rani sudah melihat pertengkaran ini. Rani sempat ingin bunuh diri jika Ibu dan Ayah bener-bener cerai waktu itu... Rani ga mau keluarga kita berantakan" Rani menangis didepan kedua orang tuanya.

"Ibu juga ga mau begini Ran... tapi Ayah mu terus-terus menyakiti Ibu. Ibu selalu menderita selalu dikhianati" Air mataku yang sudah tidak tertahan jatuh juga melihat Rani menangis.

Suamiku melihat Rani menangis, tertunduk ada rasa tertekan dilubuk hatinya. Ntah itu apa, apa karena Ia begitu menyanyangi anak-anak atau ada hal lain.

"Ayah juga tidak mau cerai, tapi Ayah dan Ibu sudah tidak harmonis lagi... beri Ayah waktu untuk berfikir"

Suami ku yang Aku percayai yang Aku cintai selama 30 tahun lebih pernikahan ini. Jatuh bangun Aku selalu mempertahankan pernikahan ini. Begitu tega Ia bilang tidak ada keharmonisan. Dia lah aktor yang membuat ketidakharmonisan itu. Sakit rasanya, ketika Ia terus menyalahkan diriku penyebabnya.

"jangan lama... karena aku butuh persiapan" ucapku dengan nada tinggi.

"Aku butuh seminggu untuk berfikir" jawab suamiku dengan nada ketus.

"Enak benar dirimu... itu lama seminggu, besok... aku mau besok keputusannya"

"Tidak bisa, seminggu..."

Jiwa ku yang sudah lama tergoncang bertambah buruk ucapan suamiku yang membuat ku sakit hati. Hancur pondasi pertahanan jiwa waras ku. Alam fikir ku tergoyah, kehilangan sadar. Aku menghentakkan kaki sambil berucap stengah teriak.

"ooooyyy... dengar semua suamiku selingkuh... Dia selingkuh, laki-laki jahanam ini tidak pernah berubah..."

Hentakan kaki sambil berjalan mondar mandir. Seperti orang gila, kehilangan akal sehat. Rani melihat sikap perubahan diriku segera menyuruh leo untuk menenangkan. Anak perempuanku menangis sambil berteriak emosi kepada suamiku.

"lihat Ayah... ini yang Ayah mau, semua ini akibat ulah Ayah... Rani benci sama ayah buat Ibu jadi stres" tangis Rani pecah tatapan Rani nanar menghadap suamiku.

Melihat Rani menangis, Aku mulai menangis. Terduduk lemas di lantai sembari berucap astagfirullah sadar lepas kontrol. Lelah menghadapi nasib memiliki suami yang tidak pernah berubah ditambah anak terakhir ku yang memiliki cacat otak. Rani menghampiri ku sambil memeluk ku, hangat terasa hangat.

"Aku butuh waktu untuk menenangkan fikiran, 3hari... Aku butuh 3 hari" ucap suami ku meninggalkan kami.

Melihat sikap suamiku terasa menjijikan. Suami sebagai panutan keluarga mengkhianati kesucian rumah tangga.

Rani mengingatkan ku untuk kembali bersujud kepada Allah. Memohon dan berdoa setiap masalah yang Aku hadapi. Segera ku basuh muka dengan air wudhu. Ku tunaikan kewajibanku seorang muslimah. selesai melaksanakan Sholat Isya segera ku masuk kedalam kamar yang biasa suamiku tidur. Beberapa hari setelah kejadian pulang subuh, Aku menyuruh dia menemani anak bungsu kami Abri. Selama ini Aku selalu menemani Abri tidur. Sedangkan suamiku tidur dikamar sendiri dengan nyaman.

Aku segera berkonsultasi dengan salah satu sahabatku. Meminta pendapatnya, kecurigaanku terhadap salah satu teman alumni SMEA. Kecurigaan ku sangat mendasar selama ini wanita itu terlalu ganjen didepan suamiku.

Setiap suamiku berselingkuh selalu ada detakan yang tidak mengenakan. ketika ku mencurigai salah satu selingkuhannya akhirnya itu terbukti. Perasaan wanita tidak pernah salah.

Jam terus berputar, namun mataku terus terjaga. Memori 10 tahun yang lalu berputar kembali hingga awal pernikahanku. Kesedihan dan penderitaan yang ku rasa.

Meringkuk ku didalam selimut tebal, menangis dan menyesali semua yang telah terjadi. Perasaan menyesal menerima lamaran laki-laki yang sudah menjadi suamiku. Menyesal mengapa terlalu percaya dengan lelaki yang ku hormati.

Dadaku terasa sesak, kepala ku pusing, perut terasa mual. Badan terasa lemas lunglai, tidak ada tenaga. Teringat kembali anak-anak ku yang sudah besar. Bahagiaku melihat mereka tumbuh menjadi orang yang sukses.

Mata kupejamkan ketika sudah jam 3, walau otak ku terus berputar mengingat memori terdahulu. Berharap semua hanya mimpi buruk.

Terpopuler

Comments

Atik Karyati

Atik Karyati

sudah jadi kakek kok selingkuh...nggak lucu banget....sholat dikerjakan...zina dilakukan...nggak bener berarti sholatnya

2022-05-11

0

Selvi Tyas

Selvi Tyas

sakit tapi tdak brdarah

2021-01-02

0

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

keren thor... ❤️❤️❤️

🦊ijin promo ya🦊

jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"

kisah cinta beda agama.... 🦊


ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁

2020-10-01

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!