19

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

Setelah memperkenalkan diri, Aurel dan Rion keluar dari ruangan itu. Rion melirik Aurel, "Dia emang pendiem ya?"

Aurel mengangguk, "Tapi, biasa nya masih respon kok.. Mungkin karena dia masih ngerasa asing aja sama tempat, suasana sama lo."

"Iya kali ya."

...----------------...

"Gimana dok kondisi Alvarez?" Tanya Alina kepada sang dokter muda itu, setelah semalam, Varez di wawancarai.

"Dia menderita skizofrenia, juga gangguan kecemasan."

Alina terkejut, ekspresi nya berubah sendu, "Tapi, keluarga nya gada yang punya riwayat penyakit seperti itu dok.."

"Gak semua dari riwayat keluarga atau keturunan, nyonya.."

"Penderita gangguan mental, bisa juga akibat dari faktor lingkungan."

"Lingkungan Alvarez sejak kecil, di bentak, di pukul, di marahi, di caci maki, di salahkan, itu bisa jadi penyebab gangguan mental yang dia alami sekarang." Jelas Dheo.

"Tapi, bisa sembuh kan?" Kali ini, Aurel yang berbicara.

"Tentu bisa. Asalkan, di obati dan di pantau secara rutin. Kalian sebagai keluarga pasian juga berperan untuk kesembuhan nya. Dia butuh dukungan."

Aurel dan Alina mengangguk.

Dheo tersenyum, "Tapi, Alvarez itu tergolong dalam penderita skizofrenia yang tenang."

"Jarang sekali ada pengidap skizofrenia seperti dia."

"Dia ga menyakiti orang, mencoba untuk bunuh diri, atau hal - hal negatif lain yang membuat penderita skizofrenia di jauhi."

"Dia pasti bisa sembuh." Ujar Dheo penuh keyakinan.

"Oh ya, untuk mata nya, kita harus mencari donor kornea secepatnya."

Alina menatap Dheo dengan binar di mata nya, "Mata Alvarez bisa kembali melihat?"

"Iya. Kami udah bekerja sama dengan spesialis mata, juga spesialis saraf kaki."

"Kata nya, mata Alvarez bisa melihat, tapi butuh donor kornea."

"Kalau kaki nya?" Tanya Aurel.

"Ah.. Kalau itu, gada masalah. Dia cuma harus belajar berjalan lagi pelan - pelan. Karena, sudah bertahun - tahun kaki nya ga di gunakan untuk berdiri, juga karena rantai yang ngikat kaki nya, selama bertahun - tahun. Nanti, dokter spesialis nya bakal kasih obat, di minum aja obat nya secara rutin." Jelas Dheo panjang lebar.

Alina tersenyum lega, setidaknya semua nya akan baik - baik saja kan? Ini hanya masalah waktu. Mereka hanya perlu bersabar menjalani proses ini.

"Kalau gitu, Alvarez sudah boleh di bawa ke rumah kan?"

"Iya, boleh.. Nanti, setiap hari nya, saya dan dokter lain nya akan datang kesana untuk terapi."

Alina mengangguk. "Terimakasih dok.."

"Makasih dok."

"Iya, sama - sama nyonya, Aurel."

"Mohon dukung Alvarez selalu ya. Temani dia, biar dia tau, dia ga sendirian. Itu bisa sangat membantu dia. Karena, kebanyakan orang menganggap remeh dan menjadikan candaan penyakit mental yang di derita Alvarez."

"Iya dok, sekali lagi, terimakasih ya."

...----------------...

Hari sudah siang, roda mobil terus berputar melewati jalanan. Alvarez diam, duduk tenang di mobil sembari memainkan jari Alina yang ada di paha nya. "Ma.." Panggil nya kecil.

Alina menoleh, "Iya, kenapa Varez?"

"Papa.. dimana?" Ia berbicara dengan suara kecil, hampir berbisik.

Alina terdiam sejenak, "Kenapa nyariin dia? Kan udah ada mama."

"Papa marah? Varez takut papa marah."

"Gada yang marah Varez, papa lo udah ga akan bisa marahin lo lagi." Aurel melirik Varez dari kaca tengah mobil.

Alvarez hanya mengangguk ragu. Kenapa semua orang bilang, papa nya tak akan bisa memarahi nya lagi? Bagaimana kalau nanti papa nya datang dan marah? Memang, papa nya kemana? Alvarez bingung, tak tau apapun.

Alvarez di antar ke apartemen tempat Aurel dan Alina tinggal. Tapi, Alina tak ikut pulang, ia langsung pergi lagi bersama Rion, setelah mengantar Aurel dan Alvarez.

Aurel membantu Alvarez berdiri dari kursi roda nya. "Di sebelah kiri lo ada sofa." Ujar Aurel. Jadi, Alvarez menggerakan kaki nya perlahan, sesuai arahan Aurel. Tentu nya, dengan di bantu oleh kekuatan Aurel juga.

Alvarez duduk.

"Mama dimana?" Tanya Alvarez.

"Ada deh."

Alvarez terlihat bingung, "Ada.. deh? Tempat apa itu?" Tanya Alvarez polos hingga membuat gelak tawa Aurel terdengar.

"Hahaha! Ada - ada aja lo."

"Ada deh itu bukan tempat Varez." Aurel menggeleng - gelengkan kepala nya, lucu juga si Varez ini.

Alvarez mengerjap pelan, lalu senyum nya mengembang lebar. Ia tak mengerti maksud Aurel, tapi ia ikut senang, mendengar Aurel tertawa. Aurel duduk di sebelah Varez, "Paling mama lo beli makanan." Ujar Aurel.

"Ohh.." Alvarez paham sekarang. Tapi, ia tak sadar, kalau Aurel sedang berbohong. Alina bukan membeli makan, tapi ia ke pengadilan. Iya, hari ini, akan ada sidang untuk memutuskan hukuman Robert dan Kinara. Alina datang untuk menjadi saksi yang memberatkan mereka berdua. Tak ada kata ampun lagi bagi mereka berdua. Mereka harus di hukum, kalau bisa hukum mati saja sekalian. Itu pikir Alina. Kejam memang, tapi itu salah mereka karena berani membuat putra satu - satu nya menderita.

.

.

.

...•BERSAMBUNG•...

Terpopuler

Comments

🧸A͠ʀsɪ𝐀⃝🥀👻ᴸᴷ

🧸A͠ʀsɪ𝐀⃝🥀👻ᴸᴷ

bener hukum mati saja 🙈

2024-04-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!