03

[ WARNING ]

1. BANYAK KATA - KATA KASAR.

2. KARYA PERTAMA, MAKLUMI KALAU ADA KESALAHAN DALAM DIKSI.

3. MAKLUMI TYPO.

4. KOMENTAR YANG SOPAN.

5. HARGAI KARYA PENULIS.

TERIMAKASIH!!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -...

"Bajingan kamu! Dasar pembunuh."

Tubuh nya gemetar, "B-bukan.. B-bukan Varez.."

Dughh!

"S-sakit, j-jangan pukul V-varez pa.." Alvarez meringkuk di lantai dengan air mata yang terus mengalir.

Tidak, tidak ada yang memukul nya. Tidak ada siapapun disana. Ia hanya sendirian, tapi halusinasi nya sendiri yang membuat nya merasa di pukul.

Kata - kata umpatan dan 'Pembunuh' terus terdengar di telinga nya, walau sebenarnya ruangan itu hening.

"Lebih baik kamu mati."

"Varez.. Varez.. Varez.. Lo bener - bener menyedihkan."

"Hahahaha! Liat, dia ketakutan."

Suara itu terus menggema memenuhi gendang telinga nya, membuat nya menutup telinga nya menggunakan tangan dengan erat. Langkah kaki mendekat, dengan suara papa nya lagi.

"Kamu itu ga bisa apa - apa Varez! Kamu hanya pembawa sial yang membuat keluarga saya hancur."

"Denger Varez, kamu itu pembawa sial."

Berbagai suara beradu berkomentar terus menerus hingga rasa nya, kepala nya hampir meledak. Tidak ada kata - kata baik yang ia dengar, hanya kata - kata seperti itu yang menjadi makanan nya sehari - hari.

Ia menyeret tubuh nya ke tembok, memberontak, saat tiba - tiba seseorang bertopeng datang dengan membawa pisau di tangan nya. Alvarez takut, sangat takut, ia menendang - nendang kaki nya, membuat suara rantai yang terikat pada kaki nya menggema karena bertabrakan dengan lantai keramik.

Lagi, itu hanya halusinasi nya.

"M-menjauh! Hiks.." Suara nya terdengar begitu lirih, namun baik suara, pria bertopeng, maupun ayah nya, seakan tidak ada yang peduli. Semua menatap nya seakan menghakimi nya yang entah apa salah nya.

Tiba - tiba saja, suara pintu terbuka terdengar, setelah itu, orang - orang yang sempat ia lihat menghilang dari hadapan nya, begitu juga suara yang sempat ia dengar. Pandangan nya kembali gelap tanpa cahaya, seperti semula.

Ia menajamkan pendengaran nya, mendengar suara langkah kaki mendekat, terdengar hati - hati. Tapi, Alvarez jauh lebih waspada. Ia memeluk lutut nya dan menutup telinga nya.

'S-semua cuma halusinasi..'

'Ini semua ga nyata..'

Tapi, suara langkah kaki itu semakin mendekat. Alvarez semakin takut.

"Astaga!!"

Suara seorang perempuan yang terdengar sangat asing di telinga Alvarez. Siapa lagi sekarang? Apa seseorang baru yang akan memaki nya lagi dalam pendengaran nya?

Aurel mematung melihat keadaan pria di hadapan nya. Mengerikan. Kaki yang di pasung rantai, tubuh nya kurus terlihat tak terawat, tapi, Aurel mengarahkan senter ponsel nya pada pria di hadapan nya, namun, ia tetap tidak bisa melihat wajah si pria, karena pria itu menenggelamkan wajah nya ke lutut.

"P-permisi?"

Alvarez mengganti posisi nya, menutup telinga nya, ia tidak mau mendengar suara - suara apapun lagi.

"J-jangan lagi.." Ucap nya begitu lirih.

Aurel semakin mendekat, membuat Alvarez berusaha menjauh dari suara arah datang nya Aurel.

"Al..varez?" Aurel bertanya dengan suara pelan.

Alvarez tak merespon, justru tubuh nya semakin gemetar, seperti ketakutan.

"Jangan takut, gue ga akan apa - apain lo." Ucap Aurel berusaha untuk selembut mungkin, karena tau Alvarez takut.

Alvarez sedikit menaikkan kepala nya.

Siapa? Siapa dia? Suara nya asing.

Tidak ada yang pernah berbicara dengan nada selembut itu kepada nya selain ibu nya. Itu juga sudah sangat lama, 19 tahun yang lalu.

Apa itu hanya halusinasi nya lagi seperti biasa?

Alvarez terdiam, namun pergerakan mata nya terlihat cemas.

Aurel kembali mengarahkan senter ponsel nya pada wajah Alvarez, namun, tidak ada respon kesilauan atau apapun yang Alvarez lakukan.

'Matanya..'

Warna mata Alvarez terlihat tidak sehat. Bola mata nya, entah menatap kearah mana. Tatapan nya kosong.

'Bener.. Dia ga bisa lihat..'

"S-siapa?" Tanya Alvarez pelan.

"Gue Aurel, Aurelia."

Aurelia? Nama yang asing.

"D-disini.. kenapa? P-papa marah.."

Aurel mengernyit. Ia paham, dari cara bicara nya, seperti nya, ada yang tidak beres dengan pria di hadapan nya ini.

"Papa lo ga akan marah."

Aurel meraih pelan tangan Alvarez yang sontak Alvarez langsung menarik tangan nya takut. Lagi, ia terlihat cemas.

"Jangan takut. Gue bukan orang jahat."

"Tenang, ya?"

Perlahan, Aurel kembali meraih tangan Alvarez, tangan itu terasa dingin, kurus seperti tulang yang terbungkus kulit. Alvarez tidak lagi menghindar.

Aurel meringis pelan.

'Pasti dingin disini..'

"Tunggu ya.. Gue janji, gue bakal bebasin lo dari sini." Ucap Aurel lembut.

Alvarez tidak menanggapi lagi setelah nya, menurut nya, ini hanya halusinasi nya lagi. Tidak ada yang akan membebaskan nya dari kegelapan ini.

"Sekarang, gue harus masuk dulu."

"Sampai ketemu besok, Alvarez." Tak ada respon dari Alvarez, jadi, Aurel memutuskan untuk pergi sebelum ada yang tau keberadaan nya.

Alvarez diam dengan tatapan yang kembali kosong, 'Cuma khayalan..'

Tak ada harapan bagi Alvarez, ia sudah terkunci, terkunci di kegelapan selama nya. Tidak ada setitik cahaya pun yang bisa ia lihat, hidup nya di penuhi kegelapan, kehampaan juga kepasrahan.

Apa yang perlu ia harapkan dari kegelapan ini?

.

.

.

...•BERSAMBUNG•...

Terpopuler

Comments

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

🥑⃟Ꮶ͢ᮉ᳟•ᾰ𝕣ຣ𝑦𝐀⃝🥀⏤͟͟͞͞🧸👻ᴸᴷ

baru ini Nemu cerita seru kaya gini, mana sad lgi , lanjut yang banyak lh kk thor🤧🤧🤧

2024-04-09

1

Kysh_lmyd<3

Kysh_lmyd<3

lnjut lnjut lnjut lnjut lnjut lnjut lnjut lnjut

2024-04-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!