Penyembuh Trauma Lama
Bianca menatap ponselnya yang bergetar di meja, layar menunjukkan nama Jacob. Dia menatap Sarah dan Evelin, yang tengah asyik membicarakan rencana akhir pekan.
“Halo?,” jawab Bianca setelah menekan tombol hijau.
“Bianca, bisa kau datang ke ruang kerjaku? Ada hal yang perlu kita diskusikan,” suara Jacob terdengar tegas dan langsung.
“Tentu, saya segera ke sana,” Bianca meletakkan ponselnya.
Bianca melangkah cepat ke luar ruangannya, menuju ruangan Jacob.
Dia mengetuk pintu besar dan menunggu.
“Masuk!” terdengar suara Jacob.
Bianca membuka pintu, menghirup wangi kayu yang baru difinishing. Jacob duduk di balik meja yang tertata rapi, matahari menyinari sebelah wajahnya. Sekilas, dia tampak serius.
“Ada yang bisa saya bantu tuan” ujarnya, menutup pintu di belakangnya.
Jacob mengangkat kepalanya, menatap Bianca. “Kau tahu ada beberapa poin yang aku ingin langsung bicarakan denganmu.”
“Oh, yang tentang proyek klien baru?” Bianca melangkah mendekat, sedikit mengerutkan dahi.
“Ya, tepat sekali,” jawab Jacob, mencatat sesuatu di atas kertas. “Kita punya tenggat yang ketat untuk pengajuan. Aku butuh semua informasi terperinci yang kau dapatkan.”
“Sudah saya siapkan. Hanya perlu mendiskusikan beberapa detail dengan tim.” Bianca meraih notebook dari tasnya, membuka halaman yang berisi catatan.
Jacob kembali menatapnya. “Ini bukan saatnya untuk ragu-ragu. Kita butuh kejelasan. Klien ini berpotensi besar.”
Bianca mengangguk. “Saya mengerti. Kita harus bekerja sama lebih dekat. Apakah ada data yang ingin Anda utamakan?”
“Proses pengiriman. Aku sudah mendengar beberapa umpan balik negatif. Kita perlu memastikan semua berjalan lancar.” Dia menyilangkan tangan, menunggu reaksi Bianca.
“Kalau begitu, saya akan memusatkan perhatian di situ dan menyusun ulang timeline pengiriman dengan tim. Saya bisa mengatur rapat dengan mereka ini sore.”
Jacob mengangguk, terlihat senang dengan inisiatif Bianca. “Ide bagus. Pastikan mereka siap dengan data yang lengkap.”
Bianca menatap Jacob, merasa seolah ada yang disembunyikannya. “Ada yang lain, tuan? Anda tampak sedikit cemas.”
“Cemas? Aku? Tidak. Hanya fokus dengan pekerjaanku.” Jacob menyandarkan tubuhnya ke kursi, tetapi Bianca tahu ada sesuatu yang lebih.
“Berarti, saya akan segera mengatur semuanya,” Bianca menjawab, memilih untuk tidak mendebat. “Apakah ada jadwal rapat lain yang perlu saya ketahui?”
Jacob mengalihkan pandang. “Rapat dengan investor hari Jumat. Jangan lupa untuk menyiapkan presentasi. Ini penting.”
“Saya siap. Data dari tim riset juga akan saya tambahkan.” Bianca tersenyum, berusaha menjaga suasana tetap profesional.
Jacob berdiri dan berpindah ke jendela, menatap jalanan yang ramai di luar. “Kadang aku berpikir, bagaimana jika kita mengambil risiko lebih besar dengan proyek ini.”
Mendapatkan jawaban yang tidak biasa, Bianca bertanya, “Apa maksud Anda?”
“Kalau kita bisa meyakinkan mereka tentang proposisi yang berbeda, kita tidak hanya bisa mendapatkan klien ini, tapi juga membuka jalan untuk lebih banyak peluang.”
Bianca mencoba mencerna. “Jadi, Anda ingin mengeksplorasi ide yang lebih berani.”
Jacob berbalik. Senyumnya muncul, tetapi tidak sepenuhnya menutupi keraguan di matanya. “Kau tahu cara berpikir seperti itu bisa membawa kita jauh, Bianca. Aku menghargainya.”
“Terima kasih,” Bianca menjawab, merasakan ada ketegangan dalam variasi kata-kata Jacob. “Saya hanya melakukan tugas saya.”
Jacob mengangguk, ekspresinya menjadi lebih serius. “Jangan takut untuk menyampaikan idemu. Kadang, yang terpenting adalah bagaimana kita membawanya.”
“Baik, saya akan ingat itu. Semoga kita bisa membawa hasil yang membanggakan.”
Jacob mengamati Bianca sejenak. “Kau selalu tahu kapan harus tampil. Itulah yang aku butuhkan darimu,” ujarnya pelan.
Dia tidak mengerti sepenuhnya. “Adakah yang lain yang perlu saya ketahui?”
Jacob memutar tubuhnya, berfokus pada layar komputernya. “Tidak untuk sekarang. Pergilah dan kerjakan itu. Kita akan diskusikan lebih lanjut nanti.”
Bianca merasa ada hal yang belum sepenuhnya diungkapkan. “Saya akan segera mulai.”
Saat Bianca keluar dari ruang kerja Jacob, napasnya terasa lega. Dia berjalan cepat ke meja kerjanya, otaknya berputar memikirkan semua yang harus dia lakukan.
Setelah memasuki ruangannya, Bianca langsung merapikan tumpukan berkas di meja. Dia mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.
Dia melihat ke jendela, mengamati aktivitas di luar. Orang-orang berlalu-lalang, beberapa di antaranya menyantap makanan di jalan. Pikirannya kembali ke pembicaraan barusan.
Bianca kemudian kembali menatap layar. Gradien data itu mengganggu konsentrasinya. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian mulai mencetak laporan yang diperlukan.
Dering ponsel Bianca menarik perhatiannya. Sekilas, nama Jacob muncul di layar lagi. Dia menahan napas sejenak sebelum mengangkatnya.
“Ya, Tuan Jacob?” suaranya serius, mencoba mempertahankan profesionalisme.
“Bianca, terima kasih sudah segera melanjutkan pekerjaan,” jawab Jacob, nada suaranya lebih santai. “Satu hal lagi, aku ingin kau siapkan dokumen yang diperlukan sebelum rapat investor. Kita perlu percaya diri di depan mereka.”
“Siap, saya akan buatkan rangkuman dan data yang sesuai.” Bianca mencatat di notepad.
“Kau sudah bersiap untuk presentasi? Itu akan menjadi momen penting,” Jacob mengingatkan dengan nada serius.
“Ya, saya akan pastikan semuanya siap. Apakah Anda memiliki outline untuk presentasi itu?”
Jacob terdiam sejenak. “Belum sepenuhnya. Mungkin lebih baik jika kita berdiskusi tentang poin-poin utama.”
“Baik, saya bisa menghimpun beberapa ide dan kita bisa bicarakan kembali.” Bianca memberikan solusi sambil mencatat.
“Jangan lupa untuk menekankan poin kekuatan tim kita. Kita berbeda dari yang lain.” Sebuah semangat baru muncul dalam suara Jacob, menyiratkan harapan dan kepercayaan.
“Sebentar. Saya ambil catatan, Tuan. Poin kekuatan tim. Sudah?” Bianca memastikan.
“Ya, itu saja. Bekerja dengan baik,” Jacob menyudahi panggilan.
Setelah menutup telepon, Bianca merasakan suntikan energi. Dia mulai merangkum dokumen yang diperlukan, fokus pada setiap detail.
Beberapa jam berlalu, ketukan jari-jemarinya terus berlanjut di atas keyboard.
Setelah menyelesaikan dokumen, Bianca menatap layar. Persentase pencetakannya menunjukkan hampir 100%. Dia menghela napas lega dan mengeluarkan lembaran yang sudah dicetak, kemudian menyusunnya rapi.
“Bianca!” Evelin tiba-tiba muncul dari pintu. “Kau masih di sini?”
“Ya, hampir selesai,” jawabnya tanpa menoleh.
“Aku sudah bilang, pulanglah! Tidak ada gunanya kerja lembur,” Evelin menggerakkan tangannya, menyuruh Bianca agar segera pergi.
Bianca tersenyum kecil, masih fokus pada pekerjaannya. “Aku perlu memastikan semuanya siap untuk rapat besok.”
Evelin mendekat dan melihat tumpukan dokumen di meja. “Ini untuk tuan Jacob?”
“Ya. Dia ingin semua data ini rapi sebelum presentasi,” jawab Bianca, menyusun berkas-berkas dengan lebih baik.
Evelin menggigit bibir. “Kau selalu terjebak di antara pekerjaan. Hidupmu jadi tak seimbang!”
Bianca menatap Evelin dengan serius. “Tapi ini penting. Kita perlu menunjukkan profesionalisme.”
Evelin menggelengkan kepala. “Dengar, kadang kau butuh istirahat. Ayo pergi makan sesuatu atau setidaknya menyeruput kopi.”
“Setelah selesai, aku akan pergi,” jawab Bianca, lalu menyimpan berkas dalam map.
Evelin mencibir. “Kau selalu begitu. Cepat sekali terjebak dalam pekerjaan.”
“Ini bukan sekadar pekerjaan bagi kita, ini masa depan yang kau tahu,” Bianca berargumen.
Evelin mengangkat bahu. “Terserah. Tapi aku benar-benar ingin kau menikmati hidup juga.”
Bianca hanya tersenyum, tidak ingin terlalu terpengaruh. Dia tahu limit dirinya.
Setelah cukup lama, Bianca menyelesaikan semua persiapan. Dia memeriksa jam. “Waktu pulang,” gumamnya, bersemangat untuk akhirnya meninggalkan tempat kerja.
Saat ia mengumpulkan barang-barangnya, Jacob tiba-tiba muncul di ambang pintu. “Bianca,” panggilnya.
Bianca membalikkan tubuhnya. “Ya, Tuan? Apakah ada yang saya lewatkan?”
Jacob mengamati tumpukan berkas di tangannya. “Bagus. Aku ingin melihatnya nanti malam"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Huang shen yu
Lana up nnti malem ya kak 3 chapter
2024-08-18
0
Alex Dolar
thorr lana kok gk up. dosen malah dapet 2 chapter langsung
2024-08-18
1