I'm Okay

Di depan ruang kelas, banyak orang berkumpul sambil melihat tontonan menarik.

“Apakah kamu merasa layak berada di sini hanya karena sedikit tampan dan cerdas, Woody?!”

Mathias bergegas ke arah Theodore lalu memukul wajahnya dengan keras. Dia sama sekali tidak mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Pemuda itu langsung bergegas memukuli Theodore tanpa sedikit pun keraguan.

“Bagus, ayo! Kanan, kiri, kanan, bawah! Pukul lebih keras!”

“Pukul saja wajah bayi itu. Benar-benar membuatku kesal!”

Alih-alih melerai, banyak orang bersorak ketika melihat Theodore dipukuli.

Sementara itu, Lorenzo dan beberapa orang lainnya memandangnya dengan ekspresi tertarik. Hugo yang menyukai olahraga tinju hanya terus menggelengkan kepalanya ketika melihat gerakan canggung Mathias, sementara dua gadis sibuk bergosip.

Saat itu, tiba-tiba suara dingin yang bercampur dengan kemarahan terdengar dari kejauhan.

“Apa yang sedang kalian lakukan?!”

Melihat Yuria berjalan ke arah mereka dengan ekspresi muram, para murid langsung menyebar dengan ekspresi takut di wajah mereka. Menyisakan Theodore yang duduk di lantai dan Mathias yang berdiri tidak jauh darinya.

Di belakang Yuria, tampak empat orang yang memakai jas hitam. Ada juga pistol yang tersemat di sisi kiri pinggang mereka. Nyaris tidak terlihat karena tertutup jas hitam mereka.

Saat itu Erick berjalan ke depan lalu segera membantu Theodore yang duduk terpuruk di lantai.

Sementara itu, Brian yang biasanya bersikap tegas dan hanya mengikuti peraturan tiba-tiba bergegas maju dengan ekspresi marah di wajahnya. Dia langsung mendorong Mathias dan menunjuknya sambil berteriak keras.

“Apakah kamu mencoba melanggar peraturan?! Berani-beraninya kamu memukul teman sekelas mu seperti itu!”

Bukannya takut, Mathias malah memandang Brian dengan ekspresi jijik. Suara Amelie kemudian terdengar di telinga orang-orang.

“Kenapa kamu tidak mengatakan siapa ayahmu, Math?”

Mendengar itu, Mathias menyeringai lalu menunjuk ke wajah Brian.

“Tahukah kamu siapa ayahku? Ayahku adalah Thomas, salah satu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah! Jika tidak ingin dipecat, jauhkan tangan kotor mu dariku!” teriaknya marah.

BRUAK!

Tanpa sedikit pun keraguan, Brian yang sudah naik pitam langsung memukul wajah Mathias, membuatnya jatuh berguling di lantai.

Melihat kejadian yang begitu tiba-tiba, semua orang tercengang. Sesaat kemudian, Hugo, Simon, dan Lorenzo langsung mendekati Brian dengan ekspresi muram di wajah mereka.

Saat suasana semakin memanas, suara tepuk tangan terdengar.

Ketika menoleh, mereka semua melihat William yang bertepuk tangan dengan sebatang rokok menggantung di sudut bibirnya. Pria itu memandang mereka tanpa perubahan ekspresi di wajahnya.

Mengambil sebatang rokok dari mulutnya, William mengembuskan asap lalu berkata, “Sudah cukup, Anak-anak. Lebih baik akhiri lelucon yang tidak lucu ini.”

Mendengar ucapannya, Lorenzo langsung mendengus dingin sambil berkata, “Setelah memukul seseorang, kamu pikir semua berakhir hanya karena kamu bilang berakhir?”

“Oh? Lalu bagaimana? Kalian ingin melaporkannya pada orang tua kalian?”

Setelah mengatakan itu, sudut bibir William terangkat. Dia berjalan menuju ke arah Lorenzo dengan tenang sambil melanjutkan.

“Siapa orang tua kalian? Anggota dewan? Pemilik jabatan di kepolisian? Walikota? Atau apa?”

“Kamu-“

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, William langsung meraih kerahnya dengan tangan kiri lalu mengangkatnya. Tak lupa, dia mengembuskan asap rokok ke wajah Lorenzo lalu kembali berbicara.

“Perkenalkan, namaku William Blackbell, ketua dari tim investigasi khusus. Percaya atau tidak, kaki ayah kalian akan lemah ketika mendengar namaku. Bahkan jika aku melempar mu dari lantai dua dan mematahkan kakimu, ayahmu tidak akan bisa melakukan apa-apa padaku.”

Setelah mengatakan itu, William berjalan santai sambil mengangkat tubuh Lorenzo ke tepi pagar pembatas di lantai dua.

Lorenzo mencakar tangan William dan mencoba meronta, tetapi tidak berdaya ketika merasakan tangan seperti penjepit besi mencekiknya dan mengangkat tubuhnya di pagar pembatas. Dia hanya bisa melihat ke bawah dengan ekspresi ngeri.

Melihat Lorenzo mulai kehilangan perjuangannya, William menggeleng ringan lalu melemparnya ke lantai. Membuatnya jatuh tidak terlalu jauh dari pacar dan beberapa temannya.

William melihat ke arah Lorenzo yang terus batuk tanpa merubah ekspresinya. Dia kemudian melirik sekeliling, tepat ke arah orang-orang yang menatapnya dengan ekspresi ngeri.

“Jika tidak percaya, kalian bisa mencoba.” William mengangkat sudut bibirnya. “Tentu saja, setiap percobaan pasti ada konsekuensinya.”

Setelah mengatakan itu, William berjalan mendekati Brian. Hugo dan Simon mundur dengan ekspresi waspada dan agak takut di wajah mereka.

“Brian?!” panggil William.

“Ya, Pak!” balas Brian.

BRUAK!

William langsung memukul perut Brian, membuatnya jatuh berlutut sambil menatapnya dengan ekspresi bingung dan tidak percaya.

“Ini adalah hukuman karena kamu bergerak tanpa menunggu instruksi, dan bergerak sesuka hati,” ucap William datar.

Pria itu kemudian melihat jam di pergelangan tangan kirinya, lalu melanjutkan. “Sudah waktunya pelajaran berikutnya dimulai. Kenapa kalian masih di sini? Kecuali bocah itu, sisanya bubar!”

Mendengar ucapan dingin William, para murid langsung melarikan diri. Mereka merasa agak bingung, terkejut, sekaligus ngeri. Namun, di sisi lain, mereka tidak berani membalas dan hanya melarikan diri.

Saat itu, Yuria melihat ke arah William dengan ekspresi takjub.

Sementara itu, Erick membantu Theodore berdiri lalu merapikan pakaian dan membersihkan debu di tubuh pemuda itu.

“Angkat wajahmu, Nak,” ucap William datar.

Theodore mengangkat wajahnya, menunjukkan luka di wajah kecilnya yang cukup tampan. Namun, William hanya melihat sekilas lalu fokus pada tatapannya yang kosong.

“Apakah kamu tidak apa-apa, Sobat? Tenang saja, aku akan melaporkannya ke kepala sekolah,” ucap Erick dengan nada menghibur.

“Terima kasih. Saya tidak apa-apa,” balas Theodore pelan. Dia menundukkan kepala lalu melanjutkan. “Karena pelajaran berikutnya akan dimulai, saya permisi terlebih dahulu.”

Setelah mengatakan itu, Theodore langsung melarikan diri. Erick hendak menghentikannya, tetapi William memberi isyarat kepadanya agar tidak bergerak. Dengan demikian, remaja itu segera menghilang ke dalam kelas.

Sesaat usai Theodore pergi, William menatap kea rah Yuria lalu bertanya, “Bocah tadi?”

“Namanya adalah Theodore Woods, siswa kelas XI yang berprestasi sekaligus penerima beasiswa. Dia biasanya berperilaku baik, tapi-“ Yuria tidak melanjutkan, hanya memberi senyum masam.

William langsung mengerti maksudnya. Bocah itu jelas berperilaku baik, tetapi dia tidak memiliki banyak teman karena latar belakangnya yang jauh berbeda dengan rekan-rekan lainnya. Bahkan Theodore cenderung dibenci karena dianggap tidak berada di tempat yang seharusnya.

“Anak-anak sebelumnya-“

William menyesap rokok, lalu mengembuskan asap dengan tenang sebelum melanjutkan.

“Aku ingin informasi lebih detail tentang mereka semua.”

>> Bersambung.

Terpopuler

Comments

Fana Yuki

Fana Yuki

keren nih mc nya aku suka 😎👍😌

2024-11-15

0

Luthfi Afifzaidan

Luthfi Afifzaidan

kok ethan lagi thor kei?

2024-04-05

1

Shadow keeper

Shadow keeper

Thor .. Ethan kykny seneng sm si Will ,dah 2 kali dia nyamperin si Will... hehehe...

2024-04-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!