Nining rasa, membawa kakinya berjalan membuatnya susah untuk melangkah ke kamar yang sedikit lagi sampai tapi terasa sangat jauh untuk di gapai. Kakinya masih begitu nyeri dengan ia baru menyadari bahwa para santri perempuan sedang memperhatikannya begitu intens.
"Nining..." teriak semua teman-temannya yang menghampiri sesaat wanita cantik itu baru sampai di depan kamar tetangganya.
"Elo kenapa Ning?" tanya Zubaidah.
"Isss... Elo kayak enggak tau aja." Irma memukul bahu Zubaidah.
"Oh... Habis ehem.. Ehem ya Ning?" Zubaidah terlihat menahan tawanya.
"Apa sih yang kalian pikirkan? Aku ini habis kepeleset tau enggak di depan kamar mandi." jelas Nining sedikit meninggi dengan semua orang di sekitarnya menahan tawa. 'Mereka kenapa sih?' Nining menjadi kebingungan.
"Sudahlah Ning jangan bohong lo." ucap Nanik semakin terlihat asyik menjahili Nining.
"Bohong itu dosa. Mana mau aku berdosa." balas Nining.
"Enggak percaya." ucap semua temannya.
"Enggak percaya lihat aja kaki aku yang sudah berwarna pink keungu-unguan." Nining menunjuk kakinya yang masih menggunakan kaos kaki dan sendal jepit.
"Mana?" tanya Irma yang semuanya langsung melihat kaki Nining.
"Iya masuk dulu kali kalau mau lihat. Masa di sini kotor tau." Nining kembali berjalan pelan dengan kakinya yang begitu nyeri. Tidak begitu lama ia sampai di depan kamarnya dan membuka sendal. Ia pun langsung duduk di lantai untuk membuka kaos kakinya. "Nih kalau kalian enggak percaya." tunjuknya pada kakinya yang terlihat bengkak dengan semua orang pada mengerubungi.
Mereka baru mempercayai perkataan Nining.
"Ya Allah Ning. Ini pasti sakit ya?" tanya Irma menunjuk kaki Nining.
"Oh enggak. Hanya aja mau minta dimuseumkan. Tau sakit masih aja enggak percaya." Nining kembali memasangkan kaos kakinya. "Tuh baju kalian kebawa sama aku. Mana baju ku?" Ia meletakkan plastik itu di lantai sesaat mereka semua telah masuk kedalam kamar dan duduk di lantai bersama-sama.
"Pantesan aku cari kemana bra ku? Pada di bawa sama elo Ning." ucap Klara.
"Ih... Baju gue juga elo bawa." ucap Nanik.
"Lah ini celana dalam gue, elo bawa juga." ucap Salma.
"Dah... Ambil aja. Lagian semalam aku enggak terlalu melihat mana barang ku dan mana barang kalian. Sekarang balikin barang ku." pinta Nining.
Irma berdiri dengan mengambil plastik putih dan meletakkan di sisi samping Nining. "Tuh barang elo. Baru pagi ini kami kumpulkan. Semua barang elo sudah di bawa ke rumah Nyai Zulaikha."
"Berarti aku langsung kesana dong?" tanya Nining.
"Iya... Elo di minta langsung ke sana. Tadi Nyai Zulaikha berpesan sama kami. Lain ya yang sudah menjadi menantu." sindir Salma.
"Iya iyalah aku gitu loh. Kalian pada salah sangkakan pada Abi Ilham." balas Nining dengan sangat monohok membalas ucapan temannya.
Semuanya tersentak akan perkataan Nining yang telah memanggil suaminya dengan sebutan berbeda. "Cie... Cie... Sudah panggil Abi aja Nih." ucap Nanik mewakili.
"Lain ya yang lagi berbahagia. Pasti semalam menghabiskan waktu dengan ehem... Ehem..." ucap Zubaidah.
Nining kurang nyaman dengan olokan teman-temannya itu. "Enggak ada yang batuk semalam." balas Nining yang mengingat pesan Ilham sebelum mereka berangkat ke pesantren. 'Kalau sampai aku cerita dan Abi tau, bisa-bisa kena hukum hapalan aku. Beberapa buku tebal semalam aja belum aku baca, ini mau mendapatkan hapalan. Enggak! Aku enggak mau.'
"Bukan batuk Nining. Tapi melakukan hubungan suami istri." ucap Klara dengan mereka semua melihat kearahya. "Biar dia lebih nyambung." sambung Klara dengan menunjuk Nining.
"Iya lo bener. Lebih baik to the poin biar Nining paham." ucap Nanik.
'Hubungan suami istri apaan sih?' Nining tidak mengerti maksud dari teman-temannya. "Terserah di kalianlah mau berpikir apaan. Aku enggak memikirkan hal lain selain ingin menangis." Nining lebih mengutamakan hatinya yang memikirkan kondisinya saat ini.
"Kenapa lo mau nangis? Oh... Jangan-jangan pasti lo merasa tertekan ya menikah dengan Gus Ilham, atau ada hal lainnya." Nanik terus membahas hubungan pernikahan Nining.
"Bukan itu Nik. Aku mau menangis kita mau perpisahan." Nining menjelaskan isi hatinya saat ini.
Mereka semua mulai bersedih bersama-sama.
"Iya elo bener Ning. Mana aku mau di ajak Emak pulang kampung halaman." ucap Irma.
"Tuhkan elo enggak setia banget jadi sahabat. Katanya kita harus kuliah sama-sama." ucap Nanik.
"Percuma dong kita kuliah dengan cita-cita satu kontrakan tapi Nining sudah menikah. Belum tentu dia juga kuliah. Lebih baik aku ikut emak pulang kampung." balas Irma dengan menyalahkan Nining.
Nining baru kepikiran tentang masa depannya. "Nanti aku coba ngomong sama Abi buat bisa kuliah dan satu kontrakan sama kalian."
"Mana bisalah Ning. Aku enggak akan percaya jika Gus Ilham suami elo itu menyetujui. Kalian aja pengantin baru kayak begini. Mana lagi hangat-hangatnya ingin bersama." balas Irma.
"Enggak juga. Kalau belum di coba mana tau hasilnya." balas Nining yang yakin Ilham akan menyetujui keinginannya.
"Sudahlah Ning, percuma elo ngomong sama Gus Ilham. Dia enggak bakalan setuju. Jika pun elo di setujui kuliah, palingan elo pulang pergi aja." ucap Irma yakin jika suami temannya itu bertindak demikian.
"Tapikan setidaknya kita bisa kuliah bersama-sama." ucap Nanik menengahi.
Semuanya terlihat lesu dan tidak bersemangat. "Kayak begini aja Ning. Jika Gus Ilham enggak mengizinkan elo mengontrak sama kita-kita. Gue akan ikut emak pulang kampung. Percuma aja kalau hanya kita yang gabung tapi elo enggak ada. Enggak rame kontrakan kita." ucap Irma.
"Mau rame di pasar." balas Salma. "Biarkan aja Nining enggak ada di kontrakan asal hadir di tempat kuliah. Lagian kalau Nining enggak bisa nginep dia bisa mampir ke tempat kontrakan kita."
"Nah bener tuh." ucap Zubaidah. "Kalau elo ikut pergi percuma dong kita membuat sketsa dari awal. Ini gara-gara Nining sih, kita semua ikut pindah haluan." Zubaidah sangat kesal dengan tindakan yang di ambil salah satu temannya.
Nining merasa bersalah telah melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. "Iya maaf. Aku yang salah." ucapnya sembari menunduk menahan air matanya.
Irma memperhatikan tingkah Nining ikut bersalah. "Sudahlah nanti aku konfirmasikan lagi kemana tujuan kita selanjutnya. Lebih baik kita segera ke aula gladi resik sebentar." ajak Irma yang berdiri dan berjalan keluar kamar. Ia sebenarnya juga menahan air matanya yang ingin keluar.
'Iya benar. Ini semua gara-gara aku.' Nining baru benar-benar terpikirkan tentang masa depannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ekha, S
Kenapa pada nyalain nining² sih.... jodoh mna tau...
2024-05-16
0
juhaina R💫💫
mau dibawa kemana masa depanmu Ning😂
2024-04-21
0
❤️⃟Wᵃf🍁Νeͷg Aͷjaᴳ᯳ᷢ🐰❣
yah namanya Nining belum dewasa ya gitu disalahin temen temennya malah ngerasa bersalah, lagian temen Nining aneh banget gak harus satu kontrakan yang penting satu kampus kan gak masalah
2024-04-21
0