Bab - 13

Nining kembali teringat akan sesuatu. Ia pun kembali duduk dan melihat ke Ilham yang masih fokus pada bacaannya.

"Gus..." panggilan Nining pelan dengan Ilham masih belum menoleh ke arahnya. "Gus..." teriak Nining di dekat telinga Ilham.

Ilham mengatur nafasnya sembari melihat ke Nining. "Biasakan kalau berbicara pelan-pelan Ning."

"Habisnya Gus sendiri di panggil enggak menoleh. Terpaksa aku bersuara tinggi." balas Nining dengan membela dirinya.

Ilham hanya bisa tersenyum paksa. "Memangnya kamu mau ngomong apa?"

"Sini, agak mendekat Gus. Aku mau berbisik." pinta Nining yang membuat Ilham penasaran.

"Memangnya mau ngomong apaan sih Ning? Di sini hanya ada kita berdua, enggak ada siapa-siapa selain kita."

"Takut aja Gus di dengar makhluk lain."

Ilham menggeleng pelan. Ia tidak mau berdebat dengan istrinya lagi. Ia pun mendekati telinganya.

"Besok aku bangunnya jam 6 ya Gus. Izin enggak shalat tahajud dulu. Soalnya lagi datang si merah."

Ilham melihat ke Nining dengan rupa mereka berdua sangat dekat dan hampir saja berciuman kembali. Ilham langsung menjauhi Nining. "Si merah siapa Ning?" Ilham menjadi salah tingkah.

Nining mengerutkan kedua alisnya saat melihat Ilham yang mulai aneh. "Begini Gus. Warna merah itu di kaitkan dengan warna darah."

"Kamu lagi datang bulan Ning?" tebak Ilham langsung.

Nining menjentikkan tangannya. "Anda benar Gus. Dapat nilai seratus."

Ilham tersenyum tipis dengan menggeleng pelan. "Kamu enggak boleh bangun jam 6 Ning. Harus jam 5." Ilham tidak menyetujui permintaan istrinya itu.

"Iya enggak bisa begitu juga Gus. Kita pergi ke acaranya juga jam 8. Itu juga acaranya mulai jam 9. Masih banyak waktu Gus."

"Ning... Kamu itu sudah menjadi istri ku. Kamu harus terbiasa mulai dari sekarang bangun pagi untuk membuat sarapan dan mempersiapkan kebutuhan ku sebelum mencari nafkah buat kita."

"Nafkah gimana Gus? Bukannya Papa sama Mama yang akan kasih uang."

Ilham saat ini hanya bisa bersabar dengan mengatur nafasnya. "Begini aja Ning. Untuk sementara sebelum kamu memiliki uang sendiri, aku yang memberikan apa yang kamu minta. Tadi aku sudah jelaskan, bahwa kedua orang tua mu enggak menanggung lagi diri mu kecuali aku sebagai suami mu. Kamu banyak-banyak baca buku yang aku berikan tadi. Kalau enggak paham baru bertanya." jelas Ilham.

Nining mengangguk mengerti. "Tapi Gus yang menjadi masalahnya. Aku enggak bisa masak."

"Astaghfirullah... Nikmat mana lagi yang ku dustakan." ucap pelan Ilham. Ia pun kembali turun dari ranjang dan mengambil beberapa buku. Sudah jelas pelajaran Nining semakin bertambah.

Ilham memberikan buku lagi dengan ia duduk di tempat semula. "Kamu pelajari itu semua. Ingat ya Ning! Jangan sampai mubazir. Kalau kemasinan atau kemanisan kamu bisa tambahkan air. Jangan membuang-buang makanan. Apa yang kamu masak itu harus di makan. Kita harus ingat orang-orang di luar sana yang belum tentu bisa makan kayak kita. Jadi usahakan di habiskan ya Ning." perintah Ilham. "Aku yakin masakan mu akan enak kalau kamu benar-benar memperhatikan takaran di dalam buku itu."

Nining mengangguk mengerti dengan ia kepikiran akan hal lainnya. "Tapi kalau aku belajar terus kayak begini, bagaimana aku bisa kuliah dan bekerja untuk membayar hutang ku pada mu Gus?"

"Kalau kamu bisa memasak dan melakukan apa yang aku pinta aku kasih diskon besar-besaran soal hutang mu. Atau begini aja. Kalau kamu bisa semuanya termasuk memberikan apa yang aku mau aku akan menganggap hutang mu lunas."

Nining sangat senang mendengar tawaran dari Ilham. "Serius Gus?"

Ilham mengangguk dengan wajah meyakinkan.

"Tapi aku juga butuh kuliah Gus. Biar setara dengan mu. Gus aja lulusan luar negeri. Masa aku yang menjadi istri mu hanya lulusan SMA."

Ilham tersenyum tipis. "Ning... Kamu makan nasi kan?"

"Iyalah Gus. Masa makan kayu."

"Terus kamu kalau mati di kafan jugakan kalau dalam ajaran agama kita?"

"I-iya Gus." Nining mulai ketakutan saat membahas kain kafan.

"Terus kita pasti akan kembali ke tanah dalam ukuran lubang kurang lebih panjang 2 meter, lebar 1 meter jugakan?"

Nining mengangguk lagi memang benar begitulah aturan dalam mengubur jenazah.

"Lantas apa yang kita banggakan di hadapan Allah subhanahu wata'ala? Mau kaya, mau miskin, mau tinggi, mau rendah. Kita semua sama Ning. Apa agar baik di pandang mata manusia? Manusia hanya makhluk paling rendah Ning, buat apa kita berusaha baik? Allah enggak membutuhkan itu. Lagian itu enggak bermanfaat juga. Yang terpenting itu adalah ilmu. Ilmu yang kita pelajari akan bermanfaat untuk diri kita sendiri mau pun orang lain. Percuma kamu belajar tinggi-tinggi tapi kamu enggak bisa memberikan syafaat untuk diri mu maupun orang lain."

Nining membenarkan apa kata suaminya itu.

"Mulai sekarang jangan pikirkan hal itu. Aku hanya butuh kamu ikuti semua yang aku perintahkan."

Nining mengangguk saja tanpa menjawab. Ia tidak mau lagi Ilham terus menceramahinya dengan waktu yang sudah mencapai tengah malam.

"Iya sudah kita tidur sekarang." ajak Ilham sembari melepaskan kacamata dan meletakkan buku di atas meja kembali.

Nining mengikuti dengan langsung merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. Tangan Ilham berjalan pelan memegang perut Nining dengan ia juga menyenderkan kepalanya di bahu istrinya itu.

Nining berpikir Ilham membutuhkan tempat sandaran seperti teman-temannya lakukan. Hal itu sering ia alami di saat temannya sedang dalam banyak masalah. Ia pun memegang dan mengelus kepala Ilham. 'Semoga beban yang anda pukul berkurang Gus.' Nining rasa Ilham begitu saja langsung tertidur dengan cepat. 'Em... Kayaknya dia capek banget.'

"Ning..." panggil Ilham dengan suara parau.

Nining terkejut dengan Ilham yang ternyata belum tidur.

"Iya Gus, kenapa?"

"Jangan lupa baca doa." balas Ilham mengingati.

"Iya... Gus."

Ilham mengeratkan pelukannya kembali dengan Nining menggeleng pelan. 'Gus Gus. Anda masih sempat-sempatnya mengingatkan doa yang memang aku sering lupa bacanya.' Nining langsung berdoa di dalam hati. Setelahnya memejamkan kedua mata untuk tidur.

Terpopuler

Comments

Ekha, S

Ekha, S

Seng banyak² sabar ya Gus .. istri mu bukan enggak pintar... hanya aja butuh banyak pembelajaran.. namanya juga makhluk langka Gus😆

2024-05-16

0

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

so sweet bangeet

2024-04-23

1

Defi

Defi

Ning yakin itu buku bakal kamu pelajari 🫣🤣🤣.. Gus.. Gus.. nasibmu 🤭😆

2024-04-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!