Nining kembali berjalan mendekati Ilham yang masih fokus membaca buku. Tapi ada yang berbeda dengan wajah suaminya itu. 'Kenapa wajah sama telinganya memerah ya? Perasaan tadi enggak kayak begini.' Nining sekilas saja memperhatikan Ilham dengan merasakan udara di sana dingin. 'Oh bisa jadi ini faktor cuaca kali ya.' Nining pun menaiki ranjang dengan bunga di atas sana telah menghilang. 'Kemana bunga tadi?' Nining mencari-cari di lantai. Ia masih tidak menemukannya.
"Ning... Kita sudah menjadi suami dan istri. Kamu belum menjawab pertanyaan ku kemarin. Apa alasan mu mengajak ku menikah?"
Nining melihat kembali ke Ilham. "Oh itu. Tapi Gus janji ya jangan marah pada siapa pun termasuk aku."
Ilham mengangguk pelan.
"Sebenarnya aku itu mau membuktikan dan membantu mu Gus."
"Membuktikan dan membantu ku buat apa Ning?"
"Ini bukannya aku berniat yang lainnya Gus. Tapi aku enggak mau anda itu di gosipin terus sama para santri dan Ustazah juga."
"Astagfirullah... Di gosipin apa Ning?"
"Katanya Gus itu penyuka sesama lelaki dan impoten. Aku enggak tau apa itu impoten Gus. Tapi yang aku tau pasti itu suatu penyakit. Habisnya sih Gus sampai saat ini belum juga menikah dan banyak menolak perjodohan."
Ilham begitu saja melepaskan kacamata dan meletakkan semua benda di atas meja. Ia pun langsung melepaskan pakaiannya.
Nining yang memperhatikan reaksi dari Ilham sedikit kebingungan. "Panas ya Gus?" tanyanya yang masih merasakan udara di kamar itu dingin.
Ilham meletakkan pakaiannya di sisi sampingnya. "Kamu lupa Ning ini malam pertama kita? Kamu juga harus memenuhi hak batin ku agar aku enggak di bilang impoten lagi."
Nining semakin kesal mendengar kata malam pertama dan hak batin yang harus ia penuhi. "Gus aku mau tanya?"
Ilham kebingungan dengan reaksi Nining yang bisa juga terlihat ingin marah. "Tanya apa Ning?"
"Kenapa sih enggak teman-teman enggak kamu Gus, kalau ngomong malam pertama? Memangnya kita ini mau bunuh diri gitu. Terus pindah alam. Lalu apalagi itu memenuhi hak batin? Kita enggak ada kesepakatan kayak begitu Gus. Hutang aja belum aku bayar sudah nambah lagi bayarnya. Enggak boleh Gus hutang itu pakek bunga. Mana uang aku aja tinggal 10 ribu di dompet. Mana cukup buat jajan besok. Apa juga impoten itu? Kalau itu suatu penyakit, ya harus di obati Gus." oceh Nining panjang lebar.
Ilham memejamkan kedua matanya sebentar dengan berzikir. Ia pun mengusap wajahnya. "Kamu enggak tau malam pertama di saat kedua insan telah menikah itu apa Ning?"
Nining langsung menggelengkan kepalanya. 'Mana aku tau yang kayak begituan.'
"Kamu juga enggak tau memenuhi hak batin suami itu seperti apa?"
"Bayar hutang bukan Gus?"
"Astaghfirullah..." ucap Ilham mengantur emosinya.
'Memang dimana sih salahnya di aku?' Nining kebingungan dengan respon Ilham.
"Kamu juga enggak tau arti impoten itu apa Ning?"
"Iya katanya itu penyakit Gus."
"Subhanallah... Kamu enggak belajar kitab fathul izar dan ilmu biologi Ning?" tanya Ilham sedikit meninggi.
Nining tersenyum ketakutan, terpaksa ia berkata jujur. "Aku itu sering ketiduran kalau belajar Gus. Gimana enggak ketiduran? Bangun aja kurang lebih setengah 3 sampailah jam 10 malam. Mana enak juga mendengarkan suara Ustadzah atau Ustadz yang ngajar. Buat mata ini tambah mengantuk Gus. Apalagi kalau anda yang mengajar. Aku enggak bisa berbohong Gus. Pasti mata ku langsung tertidur mendengar suara mu."
"Astaghfirullah..." ucap Ilham mengusap wajahnya kembali. "Lalu kenapa bisa nilai kamu bagus Ning?"
'Huhuhu... Kena hukuman aku.' Nining ketakutan saat melihat Ilham yang mulai memarahinya.
"Jawab Ning."
'Astaghfirullah...' "Aku nyontek Gus."
Ilham kembali berzikir dengan memejamkan kedua matanya.
'Gus kenapa sih? Apa Gus sakit kali ya?' Nining memperhatikan Ilham yang sedang memijit pelipisnya.
Ilham kembali menggunakan pakaiannya dengan turun dan berjalan ke meja yang penuh sederetan buku tersusun rapi di atas sana. Ia mengambil beberapa buku dan melipatnya. Setelah itu kembali lagi mendekat dan duduk di samping istrinya itu.
"Ini kamu pelajari semua. Di sana sudah aku tandai." perintah Ilham memberikan semua buku itu.
"Ini bacanya sekarang ya Gus?"
"Boleh juga! Kalau kamu enggak mengerti, bertanya langsung sama aku Ning."
Nining mengangguk pelan sembari membuka buku ilmu biologi. Ia sebenarnya malas membaca buku yang di berikan Ilham akibat kedua matanya sudah mulai mengantuk. Tapi jika ia tidak membaca, Ustadznya itu akan kembali marah dan bisa jadi menghukumnya.
Ilham kembali mengambil buku dan menggunakan kacamatanya lagi.
'Rajin banget Gus belajar. Malam-malam kayak begini masih membaca buku. Mana kayaknya bahasa arab semua lagi.' Nining memperhatikan bacaan Ilham sebentar dengan Nining melanjutkan bacaannya. Tulisan anatomi tubuh manusia dengan sistem produksi pada laki-laki dan perempuan mulai Nining baca.
'Wanita memiliki tiga lubang. Oh... Tiga ya. Kirain aku ada dua. Oh ini tempat dan jalan rahim itu. Kecil-kecil ya ternyata lubangnya. Kayak lubang semut, eh kecil banget itu. Lubang ular tuh agak besar. Iya nggak sih?'
"Kalau bingung bertanya Ning."
'Gus tau banget aku lagi membedakan besar lubang semut atau lubang ular.' "Nanti aja Gus belum selesai bacanya." Nining kembali membaca anatomy laki-laki. 'Ukuran normalnya rata-rata lelaki dewasa saat lemas adalah sekitar 5–10 cm. Sementara saat ereksi, ukurannya bisa mencapai sekitar 12–19 cm. Kok bisa kayak begitu ya?' Nining mengukur dengan menggunakan tangannya. 'Eh... Kalau kayak begini, panjang juga.' Nining melihat ke Ilham yang sangat fokus pada bacaannya. "Gus..."
Ilham secara perlahan melihat ke Nining.
"Aku belajar kayak begini nih, mau di kuliahkan kedokteran ya Gus?"
Ilham membuang nafas kasar. "Coba baca yang buku satunya Ning." Ilham menunjuk kitab fathul izar tanpa menjawab pertanyaan Nining.
Nining mengikuti perintah itu dengan menemukan sebuah catatan kecil yang seperti di tulisan oleh Ilham. Cara-cara berciuman. 'Masa sih ada rasa beginian.' Nining penasaran akan hal di dalam tulisan itu. "Gus..."
Ilham kembali melihat Nining.
"Sini Gus sedikit mendekat." pinta Nining dengan Ilham mendekat secara perlahan. 'Dia kayak begini lebih cepat gerakan dari pada saat kami mau bersalaman tadi.' tanpa aba-aba Nining langsung menempelkan bibirnya ke bibir Ilham dengan kedua mata Ilham melebar.
Nining mencium sesuai dengan tulisan yang ada di dalam catat. 'Enggak ada rasa apa-apa.' Nining begitu saja melepaskan ciuman di saat Ilham masih berdiam diri. "Sudah Gus. Aku hanya praktek aja. Penasaran sama ini catatan yang Gus tulis." Nining memperlihatkan kertas kecil di tangannya agar Ilham tidak memarahinya.
"Kalau yang lain enggak mau di praktekan Ning?" tanya Ilham mulai bersuara.
"Yang mana Gus?"
Ilham membuka kembali buku biologi tentang anatomi. "Ini di masukkan di sini Ning."
"Ah... Yang itu kayaknya sulit Gus. Aku juga belum selesai bacanya." Nining langsung menutup semua buku. "Besok aja ya Gus sambung bacanya. Aku ngantuk banget." Nining meletakkan buku di meja kecil dekatnya dengan merebahkan tubuhnya sembari menggunakan selimut dan memunggungi Ilham.
"Selamat tidur Gus." ucap Nining pelan dengan Ilham tidak menjawab. Nining menduga Ilham kembali membaca buku dan terdengar berzikir. Nining sekilas saja kesal dengan tingkah Ilham yang begitu cuek terhadapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ekha, S
bnyak² bersabar ya Gus dengan kepolosan istri mu ini /Joyful//Joyful//Joyful/
2024-05-16
0
Yani Cuhayanih
Semoga gus ilham kuat mental punya istri kayak nining...
2024-04-23
1
Defi
kesalnya gak karu-karuan ya Gus.. mimpi apa coba punya istri seperti Nining super duper ajaib 😆🤣🤣
2024-04-13
1