Chapter 10

Beberapa menit berlalu, Glen masih saja enggan membuka suara, bahkan sekedar berkata 'iya' dan 'tidak' saja pria itu tak mau.

Semua yang Laura katakan hanya ditanggapi dengan wajah acuh dan tatapan datarnya, mentok-mentok Glen hanya akan berdehem jika perempuan itu menanyakan pendapatnya.

Menyebalkan? Memang, padahal Laura sudah susah payah mencari topik yang semenarik mungkin agar mereka bisa mengobrol santai dan melakukan pendekatan.

Namun inilah sifat Glen, acuh tak tersentuh. Karena sifatnya ini jugalah Glen masih melajang hingga sekarang.

Tak ada satupun wanita yang kuat bertahan bersama Glen, bahkan sekretaris wanitanya yang dulu-dulu pun mengundurkan diri karena sifat Glen yang seperti itu, terlebih Glen sangat perfeksionis dalam bekerja. Hingga satu kesalahan kecil saja bisa membuat pria itu murka.

"Besok hari Minggu, apakah kamu_"

Tak,,,Tak,,,Tak,,,

Suara langkah kaki mengalihkan atensi Glen pada sosok perempuan cantik yang baru saja datang dengan beberapa tas belanjaan ditangannya.

Perempuan itu, Key berhenti sejenak itu memandang satu persatu orang yang ada di ruang tamu.

"Hai Key," sapa Laura dengan senyuman manisnya.

Senyuman yang tadinya menghiasi wajah Key saat memasuki rumah kini telah menghilang entah kemana.

Perempuan itu menatap Laura dengan tatapan datar dan ekspresi tak suka.

"Lain kali panggil aku Kayla, kita tidak seakrab itu," ujar Key dengan suara datar.

Tanpa mengatakan apapun pada Glen, Key segera pergi menuju lift yang akan mengantarnya ke lantai tempat kamarnya berada.

Menyebalkan, kali ini Key benar-benar marah pada Glen karena telah membiarkan wanita pengganggu itu masuk ke rumah mereka.

"Sepertinya Key tidak menyukaiku," ucap Laura menunduk sedih.

"Begitupun denganku," timpal Glen sebelum beranjak dari duduknya dan pergi menaiki tangga.

"Glen, kamu mau kemana?!" teriak Laura sedikit kencang.

Tak ada jawaban apapun dari Glen, pria itu seolah tuli dengan teriakan Laura yang memanggil namanya, meminta pria itu kembali untuk menemaninya lagi.

...***...

...•Didalam Lift•...

Key tak henti-hentinya mendengus dan merutuki sepasang manusia yang baru saja merusak mood baiknya.

Tas belanja yang tadi dibawanya kini sudah tergeletak begitu saja dilantai lift, bahkan sebuah tas mahal dengan merek terkenal sampai terjatuh keluar dari dalam tas, namun Key tak memperdulikannya.

"Baj-ingan, padahal aku sedang marah tapi bukannya mencariku dia malah berduaan dengan wanita sia-lan itu!" gerutunya dengan hati yang gondok bukan main.

Seandainya Key benar-benar gila, mungkin tadi dia sudah mencekik mati si model cantik yang akan segera menikah dengan Glen, yah itupun jika mereka jadi menikah.

Ting,,,

Pintu lift terbuka, Key segera memunguti tas-tas belanjanya lalu membawanya keluar menuju pintu kamarnya yang ada di bagian paling ujung.

Namun langkah perempuan itu seketika terhenti saat seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya.

Ya siapa lagi orang itu jika bukan tuan Glen Victor Alfonso yang terhormat.

Tapi tunggu, bukankah pria itu tadi sedang ada dibawah bersama Laura? Lalu siapa yang berdiri dihadapan Key ini?

Apakah yang ini adalah hantu? Atau yang dibawah tadi yang hantu?

"Da_daddy? Kok bisa disini?" tanya Key ragu-ragu.

Glen terlihat baik-baik saja, tak berkeringat ataupun terlihat kelelahan, jadi tidak mungkin kan pria itu berlari menaiki tangga dari lantai satu ke lantai tiga?

"Daddy mau bicara sama kamu, bisa kan?" itu bukan pertanyaan tapi pemberitahuan.

Jelas sekali Key tak bisa menolak, karena kalau ia menolak pun Glen pasti akan memaksa, apalagi kini tangan kanannya sudah berada digenggaman pria itu.

"Kita bicara di kamar ya, Key mau naruh barang-barang ini."

Oh sh!t Key! Kamu ini sedang marah padanya, ingat?

Otak Key berteriak mengingatkan Key tentang kemarahannya, namun hati kecil perempuan menyuruh Key melakukan yang sebaliknya.

Jika Glen tak bisa bersikap dingin atau acuh pada Key, maka Key pun juga tak pernah bisa marah pada Glen.

Ya beginilah mereka, tak bisa mengabaikan satu sama lain.

"Baiklah, biar Daddy bawakan."

Tanpa menunggu persetujuan dari sang empunya, Glen langsung mengambil semua tas belanja Key dan membawakannya hingga ke kamar perempuan itu.

Senyuman tipis terukir di bibir Key, wajahnya bersemu merah. Oh, ia memang selalu mudah melting jika diperlakukan seperti ini oleh Glen.

DASAR TIDAK PEKA! JELAS-JELAS LO UDAH CINTA SAMA GUE TAPI MASIH AJA DENIAL! Batin Key berteriak.

Key menghembuskan nafasnya kuat. "Tidak masalah, gue bakal bikin Daddy sadar sama perasaan Daddy sendiri," ujarnya yang suara yang sangat amat pelan hingga Glen yang berjalan didepannya tak dapat mendengar ucapannya itu.

Sesampainya di kamar Key, Glen langsung meletakkan semua barang belanjaan Key ke walk ini closet milik Key.

Glen membiarkan benda itu begitu saja, lagipula nanti pasti ada pelayan yang akan membantu Key meletakkan benda-benda itu ke tempatnya.

Setelahnya Glen pun menyusul Key yang sudah duduk di sofa kamar dengan empat kaleng minuman dingin di atas meja bundar kecil didepannya.

"Ambil satu-satu dulu, nanti kalau mau lagi kan bisa ambil lagi," nasehat Glen. Pria itu mengambil duduk disamping Key lalu mengambil salah satu minuman kaleng itu dan meminumnya.

"Lebih baik langsung ngambil banyak, nanti kalau gak habis tinggal balikin lagi aja," balas Key tak mau kalah.

Glen mengangguk pelan, enggan memancing keributan diantara dirinya dan Key yang sekarang sedang ada masalah (?).

"Kenapa tadi pulang gak bilang-bilang sama Daddy?" tanya Glen membuka pembicaraan.

"Menurut Daddy?" Key balas bertanya.

Mereka perempuan itu melirik jengah pada Glen yang hanya diam menatapnya.

Helaan nafas mengalun dari bibir yang lebih tua. "Key, kamu, bukan tapi kita gak boleh berbuat kayak gitu lagi. Kamu itu anak Daddy, anak yang sangat Daddy sayangi," ujar Glen dengan suara selembut mungkin.

Key balas menatap Glen tak kalah intens. "Daddy pikir kenapa Key sampai kayak gini?!"

Glen tersentak mendengar Key yang meninggikan suara didepannya. "Key,," panggilnya lembut.

"Stop bersikap denial! Daddy itu cinta sama Key! Daddy gak bisa hidup tanpa Key, dan Key pun juga sama. Jangan bersikap denial dengan menganggap perasaan Daddy hanya sebatas kasih sayang ayah ke anak perempuannya!" ucap Key, kali ini Key akan membuat Glen sadar bahwa pria itu mencintainya.

"Tapi Key, perasaan Daddy ke kamu itu memang cuma kasih sayang ayah ke anak perempuannya gak lebih," terang Glen masih mempertahankan suara lembutnya.

"DAD! GAK ADA AYAH YANG SAYANG KE ANAK PEREMPUANNYA SAMPAI MELAKUKAN HUBUNGAN BADAN!" teriak Key emosi.

"Itu cuma naf-su semata Key, semua pria pasti akan terpancing jika dihadapkan pada situasi seperti itu!" ujar Glen dengan suara yang sedikit tegas.

Kedua tangan Key terkepal kuat, matanya memanas dengan cairan bening yang siap meluncur kapan saja.

Glen yang ditatap dengan mata berkaca-kaca seperti itu sontak tersadar dengan ucapannya. "Key, bukan gitu maksud Daddy_"

"Iya, Key tau ini salah Key. Sekarang lebih baik Daddy keluar, Key mau istirahat," ucap Key berusaha mempertahankan suaranya supaya tidak bergetar.

"Key,,,"

"Dad, Key butuh istirahat," kali ini suara Key sudah bergetar.

Glen tau, jika ia keluar dari sana Key pasti akan langsung melompat ke kasur dan menangis sejadi-jadinya.

Tapi mungkin itu yang Key butuhkan saat ini, maka pada akhirnya Glen pun beranjak keluar dari sana membiarkan Key menangis seorang diri, meluapkan seluruh kekesalan yang menyesakkan hatinya.

...•Bersambung•...

Terpopuler

Comments

𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫

𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫

real si

2024-04-20

0

𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫

𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫

haiihhh
iya juga
tapi siapa yg ga mau dikasih daging segar
apalagi diakn lelaki normal/Scowl//Scowl/

2024-04-20

0

Hanifah Anggraini

Hanifah Anggraini

buat Daddy kamu cemburu key

2024-04-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!