Chapter 17

Oh Vanessa tak sungguh tak percaya ini.

Dari sekian banyaknya manusia di dunia dan banyaknya hal bisa dilakukan, kenapa harus Vanessa yang Key suruh untuk melakukan hal memalukan seperti ini?!

Oh demi tuhan, Vanessa ini masih gadis, masih perawan dan yang pasti masih segel, tapi bisa-bisanya Key malah menyuruhnya pergi ke apotek untuk membeli testpack. MAU DITARUH DIMANA MUKA VANESSA?!

Demi apapun, kini wajah Vanessa sudah merah padam, apalagi saat penjaga apotek mulai mengalihkan atensi padanya dan menanyakan apa yang Vanessa butuhkan dengan senyuman ramah.

"Apakah anda membutuhkan sesuatu, nona?" tanya perempuan berhijab kuning itu.

Vanessa mengulum bibirnya gugup, matanya bergerak gusar melirik ke arah lemari kaca berisi obat, susu anak dan hal-hal yang biasanya dijual di apotek.

"Bisakah kamu memberiku lima testpack? Jenis apapun terserah," ucapnya dengan suara pelan hampir tak terdengar. Mbak penjaga apotek sampai memajukan kepalanya untuk mendengar suara Vanessa.

"Testpack?"

Si-al, jika tidak sedang berada ditempat umum mungkin Vanessa menghajar wajah cantik itu.

Padahal Vanessa sudah berusaha bersuara sekecil mungkin tapi si penjaga apotek malah sengaja mengeraskan suara, membuatnya malu saja.

Terlebih saat para pelanggan lain mulai menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.

"Dasar anak jaman sekarang, belum menikah tapi sudah berani berbuat yang tidak-tidak," ucap salah seorang wanita dengan riasan menor.

Bibir merah yang hampir menyerupai darah itu bergerak ke kanan ke kiri membuat darah didalam kepala Vanessa mendidih rasanya.

"Woy badut lampu merah! Lo kalau ngomong ati-ati ya! Jangan sok tau jadi orang!" serunya kesal.

Wanita itu melirik Vanessa dengan tatapan sinis. "Sudah tertangkap basah masih saja mengelak, dasar," cibirnya.

"Sebagai orang yang lebih tua, saya bakal kasih tau kamu. Lebih baik kamu gugurin aja kandungan kamu sebelum terlambat," ucap wanita itu lagi.

Orang-orang yang ada disana hanya bisa diam, tak tau harus membela atau tidak. Takut-takut salah bicara, malah mereka yang akan mendapatkan masalah.

Salah satu sudut bibir Vanessa terangkat, kedua tangannya di lipat didepan dada dengan tatapan remeh. "Oh, Tante berpengalaman banget ya. Udah pernah hamil diluar nikah berapa kali tan?"

"HEY BOCAH! JANGAN ASAL BICARA KAMU YA!"

"TANTE DULUAN YANG MULAI!!"

Wanita itu menatap Vanessa marah dengan wajah yang merah padam dan kedua tangan yang terkepal kuat.

"Apa? Mau ngajak baku hantam? Ayok! Siapa takut?!" Vanessa menaikkan lengan hoodienya hingga sebatas siku.

"Ayo sini maju, maju sini!" tantang Vanessa.

"ANAK KURANG AJAR!" tangan wanita itu terangkat siap menampar Vanessa dengan kuat.

Vanessa sendiri pun sudah siap menangkis dan membalas tamparan itu, namun tiba-tiba,,,

Hap,,,

Sebuah tangan kekar tiba-tiba menahan tangan wanita yang hendak menampar Vanessa itu.

Poster tubuh yang tegap walaupun tak terlalu tinggi serta bahu yang cukup lebar menghalangi pandangan Vanessa dari sosok wanita tua menyebalkan tadi.

"Maaf nyonya, tolong jangan berbuat kasar kepada istri saya."

Mata Vanessa seketika melotot mendengar penuturan tak masuk akal dari pria itu.

Sia-lan, emangnya sejak kapan gue nikah sama nih orang?! NGAKU-NGAKU ANJ_ING!

...***...

...•Kamar Key•...

Cklek,,,

"Kalau bukan demi Lo, gak akan mau gue ngelakuin hal kayak gini. Malu-maluin aja," gerutu Vanessa setelah meletakkan plastik berisi lima buah testpack di atas nakas samping Key.

Perempuan cantik berambut pirang itu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang, memejamkan matanya dengan posisi telentang.

Key meraih plastik di atas nakas, lalu melihat isinya. "Heum,,,bagus. Nanti gue transfer."

"Gak usah, uang gue juga masih banyak. Lain kali aja Lo traktir gue makan di tempat biasa," jawab Vanessa masih dengan posisi yang sama.

Key mengangguk pelan walaupun tau bahwa Vanessa tidak melihatnya.

Perempuan cantik itu segera beranjak menuju kamar mandi, sudah tak sabar ingin segera menggunakan barang yang baru saja Vanessa belikan.

Cklek,,,

Key keluar dari kamar mandi, menghampiri Vanessa yang sudah duduk selonjoran di atas karpet berbulu di depan ranjang sembari menonton serial drama favoritnya.

"Gimana?" tanya Vanessa tanpa menoleh.

Key mendudukkan diri disamping Vanessa lalu mengambil kripik kentang perempuan itu tanpa izin. "Belum keluar."

Vanessa tak ambil pusing dengan camilannya yang Key ambil, ia lebih memilih mengambil camilan lain dari kantong belanja dan kembali membukanya.

"Kalau seandainya lo hamil, Lo bakal langsung kasih tau om Glen?" tanya Vanessa.

Rambut hitam lebar itu bergerak pelan saat sang empunya menggelengkan kepala. "Aku masih ingin mencoba rencana yang sedang aku lakukan sekarang."

"Jika tidak berhasil? Pernikahan mereka sebentar lagi kalau lo lupa," Vanessa mengingatkan.

"Tenang saja, Lo tau sendiri gue kayak gimana," ucap Key dengan santai.

Helaan nafas mengalun dari bibir Vanessa. "Jangan ngelakuin hal nekat, gue gak mau kehilangan sahabat gue satu-satunya."

"Oh,,, so sweet deh, jadi melting," ucap Key dengan bibir yang dimajukan seolah-olah ingin mencium Vanessa.

"Apaan sih Key?! Lo aneh banget hari ini, sumpah!" Vanessa berusaha mendorong Key menjauh darinya sebelum bibir perempuan itu menyentuh pipinya.

Key tertawa, cukup puas melihat wajah jijik Vanessa.

...***...

Keheningan menyelimuti dua insan yang tengah menikmati makan siang di sebuah restauran mewah dekat Alfonso group.

Berulangkali kali sosok yang lebih muda berusaha mengajak Glen mengobrol, namun pria itu terlalu acuh hingga pembicaraan mereka berakhir dengan sangat singkat.

"Eum,,, Daddy bilang pernikahan kita akan dipublikasi_"

"Tidak!" sela Glen tegas.

Wajah pria itu terangkat, mata elangnya menyorot tajam ke arah Laura, membuat model cantik itu menelan ludahnya susah payah.

"Jangan sampai pernikahan ini diketahui oleh publik atau jika tidak aku akan membatalkannya sekarang juga," ucap Glen tegas, sama sekali tak bisa dibantah.

Laura mengerjepkan matanya beberapa kali. "Ke_kenapa tidak boleh?" tanyanya gugup.

Glen tidak menjawab, tapi tatapan nya yang semakin tajam membuat Laura mengerti.

"Ba_baiklah, aku akan berbicara dengan Daddy."

Suasana kembali netral setelah Laura berkata seperti itu, Glen tak lagi menatapnya setajam tadi.

"Ngomong-ngomong, kita akan bulan madu kemana nanti? Aku sudah mencari tempat yang bagus, tapi kalau kamu ingin ke suatu tempat, kita bisa datang ke tempat pilihanmu saja," ucap Laura lagi, tak mau menyerah.

"Jangan berharap lebih." Glen melirik Laura dengan datar.

Tak,,,

Glen meletakkan sendok dan garpu nya, meminum minumannya lalu beranjak pergi setelah mengusap bibirnya dengan tisu. "Aku selesai."

Laura hanya bisa terdiam menatap punggung Glen yang mulai menjauhi dirinya.

"Hah,,,kasihan sekali."

Laura menoleh saat mendengar suara seseorang berbicara dibelakang tubuhnya.

Kening perempuan itu berkerut dengan mata yang menyipit. "Kamu?"

Laki-laki itu tersenyum hingga menampakkan dua titik cacat di pipinya.

"Kamu sekretaris baru Glen kan?"

...•Bersambung•...

Bang Jeffrey cakep euy🥹

Terpopuler

Comments

Apocalypse.

Apocalypse.

AWW JAMALL🫂🫂

2024-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!