Terkena musibah di hutan

Para orc mulai melempar batu dan kapak ke arah kami. Namun, serangan tersebut mudah kami hindari, pertempuran pun tidak bisa dihindari. Natani dengan mudah mengalahkan mereka tanpa kesulitan.

SIA hanya menghindarinya, tetapi lawannya mendadak pingsan tanpa sebab yang jelas. Aku juga menghindarinya, namun aku menggunakan kemampuanku untuk membuat mereka tidur.

Setelah mengalahkan mereka, kita memutuskan untuk beristirahat. Aku melihat kondisi para orc yang pingsan, ternyata mereka semua betina. Karena itu, aku memutuskan bertanya ke Natani untuk mengetahui informasi yang dia lihat.

"Jadi, apa yang kau lihat dari mereka?" tanyaku sambil melangkah mendekati Natani yang sedang duduk.

"Kenapa tanya aku? Kaukan bisa melihat informasi sepertiku," jawab Natani yang sambil melihatku.

"Baiklah, akan kucoba," ucapku sambil mencoba melihat informasi mereka.

Aku berhasil melihat informasi mereka, hasilnya sedikit mengejutkan. Ternyata tubuh mereka dipaksa bergerak untuk menyerang kita. Aku langsung memberitahukan Natani.

"Bagaimana? Apa yang kau lihat?" tanya Natani yang melihatku mendekatinya.

"Menurut informasi, tubuh mereka melakukan perlawanan terhadap sesuatu," ucapku sambil menjelaskan sesuatu dengan melihat Natani.

Setelah mendengar itu, Natani mulai berpikir dan berkata.

"Menurutku mereka berusaha melawan pengaruh dari kemampuan, tetapi kemampuan apa?" tanya Natani yang sempat memainkan rumput lalu melihatku.

"Aku tidak tau. Sekarang, apa yang kita lakukan?" tanyaku sambil menjawab pertanyaan Natani.

"Bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan?" tanya SIA yang sudah di dekat kami tanpa sepengetahuanku.

"Ide bagus, tidak ada gunanya buang-buang waktu di sini," jawab Natani yang sudah berdiri sambil melihat SIA.

Mendengar itu, SIA langsung berbalik arah dan melangkahkan kakinya.

"Lalu, para orc ini bagaimana?" tanyaku yang peduli sambil melihat orc yang terbaring.

"Biarkan saja, nanti jadi masalah kalau di dekat mereka," jawab Natani yang sempat melihatku dan melangkah mengikuti SIA.

"Baiklah," ucapku yang juga melangkah mengikuti SIA.

Aku kira akan menjadi perjalanan yang menyenangkan, ternyata ada kejadian diluar dugaanku. Lama-lama aku merasa aneh dengan hutan, disepanjang perjalan belum melihat burung atau serangga.

Berjalan di hutan yang aneh ini, bisa membuatku bosan. Agar tidak bosan, aku memutuskan bertanya sesuatu ke Natani yang ada di sebelah kiriku.

"Ada yang mau aku tanyakan," tanyaku sambil melihat Natani.

"Tanya apa?" tanya Natani yang penasaran tanpa melihatku.

"Selain melihat informasi, apa kau punya kemampuan lain?" tanyaku dengan penasaran.

"Ada sih, kau mau lihat?" jawab Natani sambil bertanya kembali.

"Tentu saja," jawabku dengan sedikit mengangguk.

"Baiklah, akan kutunjukkan saat istirahat," ucap Natani sambil melihat ke arahku.

"Baik," kataku dengan sedikit menganggukkan kepala.

Setelah berjalan cukup panjang dan matahari sudah menunjukkan siang hari, kami mulai beristirahat. Aku melihat SIA masih berdiri mengawasi sekitarnya sambil melangkah memutari kami.

"Kau tidak ikut istirahat?" tanyaku saat menghampirinya.

"Tidak," jawab SIA tanpa melihatku.

"Kalau gitu, kau pasti butuh sesuatu untuk mengisi tenagamu?" tanyaku yang berupaya membujuknya.

"Tidak," jawab SIA yang tidak mempedulikanku.

"Baiklah, jika butuh sesuatu temui kami," ucapku sambil melangkah meninggalkan SIA.

Aku menghampiri Natani yang sedang duduk disebuah kayu sambil meminum air melalui botolnya. Sekaligus memakan makanan dan minuman, juga bertanya sesuatu kepadanya.

"Kau bilang akan menunjukkan kemampuanmu yang lain," ucapku yang sudah duduk di sebelah Natani.

Karena ucapanku yang mendadak, membuat Natani tersedak minumannya.

"Kau ini, jangan mengangetkan ku," kata Natani yang mengerutkan alisnya sambil menatapku.

"Maaf-maaf, aku harusnya memberi peringatan lebih dulu," kataku sambil mengangkat ke dua tanganku, agar Natani tidak marah.

"Huft, lain kali jangan begitu," ucap Natani yang sempat menutup mata dan mengalihkan pandangannya dariku dan melanjutkan minumnya.

"Jadi, kapan kau akan memperlihatkan kemampuanmu yang lain?" tanyaku sambil melihat Natani minum.

Mendengar itu, Natani menyelesaikan minumnya dan menaruh botol di bawah dari pohon yang dia duduki.

"Baiklah, akan kutunjukkan," ucap Natani sambil berdiri.

Lalu, Natani mulai melangkah mendekati pohon yang masih muda. Aku penasaran dengan apa yang ingin dia lihat.

"Perhatikan informasi pada pohon ini," kata Natani sambil melihatku.

"Iyah, lalu apa?" tanyaku yang tidak mengerti.

Kemudian Natani mengubah usia pohon tersebut melalui informasi. Membuat pohon itu yang sebelumnya tidak terlalu tinggi menjadi lebih tinggi dan besar dari sebelumnya.

"Eh! Kau bisa mengubah informasi?" tanyaku yang sempat terkejut.

"Iyah, itu kemampuanku yang aku tunjukkan padamu," jawab Natani sambil memainkan rambut kanannya dengan tangan kanan.

"Itu hebat," kataku sambil bertepuk tangan.

Setelah Natani memamerkan kemampuannya, tiba-tiba SIA menghampiri kami.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya SIA yang melihat kami.

"Natani sedang mempraktekkan sesuatu," jawabku sambil berdiri dan melihat SIA.

"Begitu yah, sekarang kita harus berlari," kata SIA yang membuatku bingun.

Mendengar itu, Natani mulai melangkah mendekati SIA.

"Kenapa kita harus lari? Kalau ada musuh tinggal lawan saja," ucap Natani yang menyepelekan perkataan SIA.

"Aku mendeteksi kawanan monster yang jaraknya 20 meter dari sini," jawab SIA yang memberitahu sesuatu.

Natani sedikit terkejut dengan apa yang dibicarakan SIA, lalu Natani melihat kedua tangannya seperti memeriksa sesuatu.

"Kau jangan merasa hebat, hasil analisisku menunjukkan staminamu terbatas," kata SIA dengan sedikit keras ke arah Natani.

Suara SIA seperti tidak senang dengan Natani yang meremehkan musuhnya, tetapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi, membuatku sedikit tertawa melihatnya.

"Lalu, kau maunya gimana?" tanya Natani sambil memegang pinggangnya.

"Aku mau kalian mengikutiku, sekarang," jawab SIA sambil melihat Natani.

"Baiklah," jawabku dan Natani secara bersamaan.

Kemudian kita mulai mengikuti SIA sambil melanjutkan perjalanan. Beruntungnya waktu istirahat kita cukup, jadi tidak terlalu lelah berjalan jauh.

Saat mengikuti SIA, aku merasa langkah SIA lebih cepat dari sebelumnya. Melihat itu membuat kami mempercepat langkah kami, namun SIA juga melakukan hal yang sama.

Entah sudah berapa lama kami melakukan ini, sampai tidak sadar kami mengikuti SIA sambil berlari. Aku merasa aneh dengan Natani yang tidak mengeluh dan kenapa SIA terus menambah kecepatannya dengan berlari juga.

SIA masih saja menambah kecepatannya, membuat kami melipatkan kecepatan hanya untuk mengikutinya. Hal itu terus terjadi terus menerus, sampai aku tidak bisa mengukur kecepatan lariku.

Tanpa disadari, kami keluar hutan dan menabrak sesuatu yang ada di depan kami. Bukannya menabrak sesuatu, kami malah terpental ke arah berlawanan. Aku terpental dengan posisi langsung duduk di tanah, membuatku sedikit kesakitan saat itu juga.

Aku yang penasaran melihat sesuatu yang kami tabrak. Ternyata, seorang gadis dengan pakaian dan rambut berwarna cerah.

"Kalian baik-baik saja?" tanya gadis tersebut melihat kami.

"Iyah, kami baik-baik saja," jawabku sambil berdiri dan membersihkan debu dari rokku.

Gadis itu melihatku dengan curiga, saat aku melangkah mendekati Natani yang masih duduk dan terdiam.

bersambung.......

Terpopuler

Comments

Ververr

Ververr

Terima kasih penulisnya!

2024-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!