Pemberian kekuatan

Bibi Natasha sudah pergi cukup lama, makanan yang disediakan sudah habis aku makan. Aku mencoba untuk keluar, tetapi pintunya dikunci dari luar.

Aku hanya bisa melihat makhluk lucu itu dari dalam kamar, tanpa bisa menyentuhnya atau bermain bersamanya. Ruangan ini terasa sangat bersih bahkan jarang ada debu yang aku temui, tetapi temboknya berwarna merah muda, apa aku dikira perempuan yah.

Tanpa memikirkannya, aku lanjut melihat makhluk lucu dari balik jendela. Saat sibuk melihat makhluk lucu, tiba-tiba ada suara langkah kaki dari arah pintu. Aku merasa bibi Natasha sudah kembali, jadi aku bersiap untuk menyambutnya.

Tidak berlangsung lama, ada suara kunci pintu terbuka. Aku yang sudah siap menunggu di dekat pintu, setelah pintu terbuka.

"Oh, kau sudah siap, ayo ikuti aku," ucap Natasha saat melihatku.

"Ke mana?" tanyaku yang penasaran sambil melihat ke arah Natasha.

"Nanti kau akan tau," jawab Natasha sambil berbalik arah dan melangkahkan kakinya.

"Tunggu," kataku sambil melangkah mengikutinya.

Saat keluar kamar, ternyata disekitarku hanyalah lapangan berumput hijau yang sangat luas, dan ada makhluk lucu yang aku lihat dari dalam kamar.

Aku yang penasaran, mulai menghampiri. Sebelum tanganku menyentuhnya, salah satu makhluk yang melihatku hampir menggigit tanganku.

Beruntungnya aku berhasil menghindarinya lebih dulu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Natasha yang sudah dibelakangku.

"Eh! bibi, kebetulan aku mau menyentuh makhluk lucu ini. Ternyata galak," jawabku yang sebelumnya sempat terkejut.

"Oh," kata Natasha sambil mendekati mereka.

Bibi Natasha mulai memegang makhluk itu dan menggendongnya, anehnya bibi tidak digigit sama sekali.

"ini, kau bisa menyentuhnya," ucap Natasha sambil mendekatiku.

Aku mulai memberanikan diri untuk menyentuhnya. Setelah kusentuh ternyata, bulunya lembut dan halus.

"Sudah cukup untuk mainnya, ayo ikuti aku," kata Natasha yang tidak sabaran sambil menaruh makhluk lucu ke tanah.

Aku merasa heran dengan bibi yang terus memaksaku, kalaupun ditanya jawabannya akan sama saja. Jadi aku terpaksa mengikuti apa yang bibi mau.

"Iyah," jawabku sambil melihat bibi Natasha dan mulai mengikuti langkah kakinya.

Diperjalanan, angin sejuk mulai mengenai kami, teriknya siang hari mulai membuatku kepanasan. Namun, bibi masih tetap berjalan sampai akhirnya, bibi menghentikan langkah kakinya.

"Kita sudah sampai?" tanyaku yang kebingungan, karena tidak ada sesuatu di depannya.

"Iyah, tunggu saja," jawab Natasha sambil berbalik arah melihatku.

Aku yang sudah capek berjalan langsung duduk ditempat, lalu bibi Natasha memberiku minuman yang entah darimana.

"Ini minumlah," ucap Natasha sambil memberiku minuman melalui tangan kanannya.

"Terima kasih," kataku sambil menerima minumannya.

Aku yang kehausan langsung meminum minuman itu. Airnya sangat segar sampai membuatku ingin meminumnya lagi.

Saat aku minum, tiba-tiba bibi Natasha memanggilku.

"Vi, ayo masuk!" kata Natasha yang memanggilku dengan suara keras.

Saat menghampiri bibi Natasha, aku terkejut ada sebuah gedung tinggi dengan warna abu-abu keputihan berada di tengah-tengah lapangan. Aku yakin sebelumnya gedung tidak ada. Tanpa pikir panjang aku bergegas mengikuti bibi Natasha sambil memasuki gedung itu melalui pintu.

Ternyata didalamnya sederhana, hanya ada beberapa kursi dan meja dengan beberapa makanan yang sudah disiapkan, hanya saja lantainya dari rumput. Tiba-tiba bibi Natasha memanggilku.

"Vi, kesini," Natasha memanggilku dengan suara sedikit keras dengan tangan kanan memberi isyarat untuk mendekat.

"Iyah," ucapku sambil melangkah menghampirinya.

"Ada apa?" tanyaku yang penasaran.

Setelah aku bertanya, tiba-tiba bibi Natasha menekuk lutut kanannya dan memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya.

"Begini Vi, kita ke sini untuk memberimu kekuatan," kata Natasha yang ingin memberitahu sesuatu.

"Sungguh?" tanyaku yang ingin gembira.

"Iyah, tetapi....."

"Hore, akhirnya aku bisa menjadi pahlawan," ucapku yang bergembira sambil mengitari beberapa kali.

"Apa boleh buat," ucap Natasha dalam hati sambil berdiri dan melihat Vi.

Setelah itu, kita memasuki ruangan yang dimaksud. Di sana aku bertemu dua orang yang sedang bicara, satu orang dewasa yang sedang duduk dikursinya, satunya setinggiku sambil berdiri.

"Kalian sudah tiba," ucap orang tidak dikenal yang melihat kami.

"Bagaimana persiapannya?" tanya Natasha ke orang tidak dikenal sambil melipatkan kedua tangannya.

"baru 80%," jawab orang tidak dikenal sambil berdiri dari kursinya.

Kemudian orang tidak dikenal itu melihat ke arahku dan mulai melangkah mendekat.

"Jadi ini anak yang kau maksud?" tanya orang tidak dikenal sambil melihat Natasha.

"Iyah," jawab Natasha secara langsung.

Tiba-tiba orang tidak dikenal mengulurkan tangan kanannya ke arahku.

"Kenalkan, namaku Layla," ucap orang tidak dikenal yang ingin kenalan.

"Namaku Vi," aku berkenalan dengan Layla.

Setelah berkenalan, bibi Layla kembali ke kursinya. Anak itu hanya melihat apa yang bibi Layla lakukan.

"Bi, anak itu siapa?" tanyaku yang penasaran setelah melihatnya.

"Ah.. dia Natani," jawab Natasha yang tampak ragu.

"Oh, kenapa dia diam saja?" tanyaku yang ingin tau.

"Tidak apa-apa, dia emang seperti itu," jawab Natasha sambil melihat anak itu.

"Selesai!" ucap Layla dengan suara sedikit keras sambil mengulurkan ke dua tangan ke atas.

Ucapan Bibi Layla membuatku kaget seketika.

"Kalau begitu, mari kita mulai," kata Natasha yang melihat Layla.

Mendengar ucapan Bibi Natasha membuatku ingin bertanya.

"Mulai apa?" tanyaku yang tidak mengetahui sesuatu.

"Nanti kau akan tau," jawab Natasha yang tidak mau membahasnya sambil melihat ke arah lain.

Lalu, tabung yang ada disebelah bibi Layla tiba-tiba mulai membuka pintu.

"Semua siap? siapa yang mau masuk lebih dulu?" tanya Layla sambil melihatku.

"Eh, kenapa bibi Layla menatapku?" tanyaku yang kebingungan.

Bibi Natasha mulai berbalik arah dan menghampiriku.

"Kau masih ingatkan, apa yang aku bilang sebelumnya?" tanya Natasha yang mengingatkan sesuatu sambil menekuk kaki kanannya.

Aku mencoba mengingatnya, namun tidak mengingat perkataan yang dimaksud.

"Aku tidak tau," jawabku yang tidak mengingatnya.

"Hadeh, pintu itu dibuat untuk memberimu kekuatan," ucap bibi dengan tangan kanan mengusap mukanya.

"Oh, begitu," kataku dengan senang.

"Aku akan masuk lebih dulu," ucapku sambil melangkah memasuki pintu itu.

Lalu, bibi Natasha berdiri dan mendekati bibi Layla sambil melihatku. Kemudian tangan kanan bibi Layla menekan sesuatu dan pintu tersebut tertutup dengan sendirinya, Di dalam ada sesuatu yang berputar sampai tidak bisa mendengar suara dari luar.

"Hehehe, ide bagus untuk menjadikan dia sebagai subjek percobaan," kata Layla sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau percobaan ini berhasil?" tanya Natasha yang mengingatkan sesuatu.

"Itu urusanmu, ini hanya percobaan untuk menggabungkan dua gen yang berbeda," jawab Layla yang tidak terlalu memperdulikannya.

Kemudian, setelah sesuatu itu berhenti berputar. Pintu terbuka dengan sendirinya dan aku melangkah keluar dari sana.

"Jadi, ini berhasil atau gagal?" tanya Natasha sambil melihat Layla.

"Biar kucek," jawab Layla sambil melangkah ke arahku dan menekuk kakinya.

"Apa yang kau rasakan?" tanya Layla sambil melihatku.

"Aku merasa biasa saja," jawabku dengan kebingungan.

Lalu, bibi Layla menyuruhku melakukan beberapa gerakan untuk memastikan kondisiku. Setelah selesai bibi Layla berdiri dan melangkah mendekati bibi Natasha.

"Berhasil," ucap Layla sambil sambil membisikkan sesuatu ke Natasha.

"Baiklah Vi, kau resmi menjadi anggota kami," ucap Natasha yang tidak kupahami.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Alhida

Alhida

Tersirat makna mendalam

2024-06-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!