Setelah 10 tahun aku bersama mereka, sudah waktunya untukku kembali ke dunia asliku. Mereka melatihku sebisa mungkin untuk bisa menjaga diri sendiri.
Selama tinggal bersama mereka, aku sudah didaftarkan ke sekolah tanpa sepengetahuanku, supaya aku bisa melanjutkan hidup secara mandiri. Aku benar-benar berterima kasih atas kebaikan mereka, walaupun ada yang mencurigakan sih.
"Akhirnya kita sampai?" ucapku setelah keluar dari portal yang tertutup sendiri.
"Oke, kita harus, bla, bla" ujar orang tidak dikenal, tetapi perkataannya tidak ku dengar.
Dia Natani, seorang homonculus yang disuruh untuk menemaniku. Awalnya aku menolak karena pakainnya, kalau dipikir-pikir pergi sendiri itu tidak menyenangkan.
"Hei, kenapa diam?" tanya Natani yang melihatku tidak merespon.
"Eh, iya," balasku dengan bicara gelagapan sambil melihat Natani.
"Bicaramu gelagapan, Vi, kau masih memikirkan hal itu?" tanya Natani sambil mengusap muka dengan tangan kanannya.
"Tidak kok," balasku dengan menggerakkan kedua tanganku.
"Kau ini, bukannya bagus terpilih jadi Magical," Natani merasa iri kepadaku yang entah kenapa dia membahas itu.
"Kenapa kalau aku terpilih jadi Magical?" tanyaku dengan sedikit jengkel sambil menaikkan satu alis kanan.
"Kau tidak tau? Siapa pun yang dipilih orang suci akan mendapatkan kemampuan yang tidak biasa," balas Natani sambil mengangkat bahu karena merasa heran.
"Ayolah, aku sendiri tidak ingin menjadi magical," ucapku yang berusaha membujuk Natani.
"Sudah-sudah, aku mengerti. Maaf soal perkataanku barusan," kata Natani sambil menggerakkan kanan kirinya seperti ingin menyudahinya.
"Mari kita melanjutkan perjalanan," ucap Natani sambil melangkah kedepan.
"Kau tau arahnya?" ucapku sambil mengingatkan Natani sebelum melangkah jauh.
"Ahhh..... tidak, hehehe," balas Natani sambil menggarukkan kepalanya dan tertawa ke arahku.
"Yah sudah, kau ikuti saja aku di belakang. Kebetulan aku membawa peta," ucapku sambil melangkah dengan tangan kanan memberi isyarat untuk mengikutiku.
Hutan di pagi hari sedikit panas, namun karena angin yang sedikit kencang membuatnya sejuk, tetapi aku tidak melihat burung ataupun serangga, hanya ada pepohonan dan tanaman.
Sepanjang perjalanan, kami melihat sebuah portal yang terbuka di tengah jalan, aku yang penasaran mulai mendekatinya.
"Apa yang kau lakukan? Biarkan saja portal itu," tanya Natani yang melihatku dengan tangan kanan yang memberi isyarat untuk mendekatinya.
"Aku penasaran dengan isinya," balasku sambil mendekati dan melihat isi portal dari luar.
"Baiklah, aku tunggu di sini," ucap Natani sambil melipatkan kedua tangan.
Saat melihat portal, tiba-tiba di dalam ada sosok bayangan yang mulai keluar dari portal dan menampakkan wujudnya. Sosok itu memiliki bentuk seperti wanita, dengan rambut putih dan baju putih dengan lambang aneh di dadanya.
"Siapa kalian? Mau apa di dekat portalku?" tanya sosok tersebut sambil melihat kami setelah portalnya tertutup sendiri.
"Namaku Vi, maaf aku mengintip portalmu tadi," balasku sambil sedikit menundukkan kepala.
Sosok tersebut terlihat marah, namun wajahnya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali.
"Kumaafkan, tetapi kenapa dia masih terus melihatku?" tanya sosok yang menengok ke arah Natani.
Natani terus melihat sosok tersebut dengan tangan kanan ada di dagunya, sepertinya Natani sedang memikirkan sesuatu terhadap sosok tersebut.
"Hei, kau kenapa?" tanyaku sambil melangkah mendekati Natani dan menyentuh pundaknya dengan tangan kanan.
"Ah, tidak apa-apa. Ada yang tidak beres dengannya," ucap Natani yang sedikit kaget sambil menurunkan tangannya dan melihatku.
"Tenang, tidak perlu dipikirkan. Nanti dia marah," tanyaku sambil membujuknya.
"Iiih... Bukan begitu, Vi. Aku tidak melihat informasi apapun darinya," ucap Natani yang sedikit kesal sambil melepas tanganku dari pundaknya.
Natani terlihat tidak senang dengan perkataanku, namun aku penasaran dengan informasi yang dia maksud.
"Kau tadi bilang informasi, apa maksudnya?" tanyaku dengan kebingungan.
"Lebih tepatnya melihat informasi pada objek, akan ku jelaskan," Natani mulai menjelaskan sesuatu sambil mendekati pohon sebagai contohnya.
"Sebagai contoh pohon, aku bisa mengetahui secara pasti, nama, usia, tinggi, tingkah, kelebaran, keadaan, beserta informasi lainnya dari pohon tersebut," Natani selesai menjelaskan dan mengangkat kedua bahu.
"Kemampuan yang unik," kataku dengan kedua tangan memegang pinggang.
"Seperti itulah," ucap Natani dengan santai sambil mengangkat kedua bahunya.
"Hei, apa yang kalian bicarakan?!" sosok tersebut berteriak memanggil kita.
"Kau masih di sini, ternyata?" Tanya Natani sambil melihat sosok tersebut.
"Aku menunggu kau minta maaf," jawab sosok tersebut secara langsung tanpa ekspresi.
"Kenapa aku harus minta maaf? Akukan tidak menggangu portalmu!" ucap Natani sambil menaikkan satu alisnya.
"Benar juga, baiklah, sampai jumpa," sosok tersebut melangkah ke arah kiri dan meninggalkan kita.
Sebelum sosok tersebut melangkah jauh, aku yang penasaran dengannya mulai mendekatinya.
"Eh, tunggu!" ucapku dengan suara keras sambil melangkah menghampiri sosok tersebut.
"Biarkan saja Vi," kata Natani sambil menahan ku dengan memegang pundak.
Natani memegang pundakku dengan kuat, membuatku kesulitan untuk melangkah.
"Ada apa?" tanya sosok tersebut yang menghentikan langkahnya sambil membalikkan badan karena mendengar panggilanku.
"Kalau boleh tau, siapa namamu?" tanyaku sambil melepas pegangan Natani dan melangkah mendekatinya.
"Namaku SIA, sebuah android," SIA memberitahu secara langsung tanpa ekspresi.
Aku yang tidak tau tentang android, mulai bertanya lagi.
"Android? Apa itu?" tanyaku yang penasaran.
"Android adalah kecerdasan buatan yang memiliki tubuh," jawab SIA sambil melihatku.
"Oh, Begitu. Pantas saja, tidak ada tanda kehidupan yang kurasakan darimu," ucap Natani yang sudah berada di sebelah kiriku.
Aku yang penasaran dengan tujuannya datang ke sini, jadi aku bertanya lagi kepadanya.
"Kalau boleh tau, kau mau kemana, SIA?" tanyaku yang penasaran.
"Kota Northwell," jawab SIA secara langsung tanpa ekspresi.
"Oh, begitu. Maukah kau mengantar kami? Kami orang baru di sini," tanyaku sambil tersenyum ke arahnya.
"Tentu, aku bisa mengantar kalian ke sana," balas SIA setelah melihatku.
"Terima kasih," ucapku sambil bersalaman dengan kedua tangan SIA yang terasa dingin.
SIA hanya melihatku saat melakukan itu, sepertinya dia beneran bukan makhluk hidup. Kemudian kita melanjutkan perjalan dengan SIA sebagai pemandu jalan dan cerahnya matahari di hutan.
Tingkah Natani agak aneh, biasanya dia melarangku untuk melakukan sesuatu.
Namun kali ini dia hanya diam dan mengikuti saja. Mungkin suasana hatinya tidak sedang dalam keadaan baik, jadi aku berencana bertanya untuk menghibur.
"Kalau boleh tau, dari mana kau mendapatkan kemampuan itu?" tanyaku dengan pandangan mengarah ke arah Natani di sebelah kanan.
"Tentu saja, dari imaginary. Kau tidak lupa perkataan Natasha, kan?" jawab Natani sambil menatapku dengan tajam.
"Tidak kok," ucapku sambil mengangkat kedua tangan dan menggerakkannya.
"Jadi, kemampuan apa saja yang kau ciptakan?" tanya Natani yang terus menatapku sambil berjalan.
Sebelum aku menjawabnya, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh menghantam tanah. Membuat tanah disekitarnya hancur dan berdebu.
"Uhuk-uhuk.... tadi itu apa?" tanyaku yang kebingunan.
"Entahlah, yang pasti ada makhluk hidup yang jatuh dari langit," balas Natani sambil membersihkan debu dengan tangannya.
"Bersiaplah, mereka akan menyerang," ucap SIA dengan posisi siap bertarung.
"Hah, apa?" tanyaku yang masih kebingungan.
Debu di sekitar mulai menghilang, para orc mulai berlari menyerang kita sambil berteriak, seolah-olah kita adalah buruan mereka.
"Eeeeh! Kenapa mereka menuju ke sini?" tanyaku dengan kaget saat mengetahuinya.
"Jangan banyak bicara, kalahkan mereka," jawab Natani yang sudah siap bertarung tanpa melihatku.
"Baiklah, waktunya untuk menunjukkan hasil latihanku," ucapku sambil mengangguk kearah Natani.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Risa Koizumi
Saya tidak bisa ungkapkan betapa sayangnya saya pada cerita ini! Satu kata, amazing!😍
2024-07-11
0