Aura dingin menyeruak di ruang tamu. Tegang, deg-degan dan takut. Itulah yang dirasakan Maritsa saat ini. Belum ada yang membuka obrolan.
Rendra hanya duduk dan tangannya bersendekap di dada. Memandang tajam Maritsa yang duduk di sampingnya tapi di kursi yang berbeda. Maritsa yang merinding karena di tatap bos nya itu, dia hanya menunduk.
"Bu Maritsa ngantuk?" Tanya Rendra.
"Emm tidak. Tidak pak. Saya tidak mengantuk." Maritsa menjawab gelagapan.
"Kenapa anda melihat ke bawah terus? Apa ada yang jatuh?"
"Emm tidak pak, saya hanya..."
"Nervous?" Skak mat !!
"Maaf pak, saya sebenarnya kurang nyaman di tatap seperti itu?"
"Oh ya? Kenapa baru sekarang? Bukankah kita sering bertatap muka? Saat interview, saat meeting, atau bahkan saat Bu Maritsa menjelaskan ke saya soal keuangan di kantor." cecar Rendra.
"Alamak.. kenapa sih nih orang? Masa iya disamain saat kerja. Lah ini beda Bambang. Ini lagi berduaan di rumah. Lagian situasi ini canggung banget . Ya Allah, kapan orang ini pergi?.." gerutu Maritsa dalam Hati.
"Kenapa diam? Ketika ngobrol, harusnya menatap lawan bicara. Bukan malah menatap ke arah lain. Sopankah begitu?"
*Jleeb..
Maritsa menghembuskan nafas kasar. Dia memberanikan diri menatap Bosnya.
"Maaf pak, kalau saya tidak sopan. Jadi sekarang bapak bisa memulai wawancaranya." Maritsa menjawab sambil nyengir kuda. Menampilkan gigi putihnya yang rapi.
"Anda lucu juga." Rendra senyum tipis.
Ketika Rendra mau bertanya, HP nya berdering. Diangkatlah telpon itu.
Maritsa menghela nafas lega.
"Halo.. Hem.. Heem. heem..OK." Rendra menjawab telpon itu dengan sangat singkat padat dan tidak jelas. Hingga telponnya diakhiri.
"Hah, jawab nya simple banget. Kalau aku yang sedang ditelpon itu, pasti HP aku banting. Jengkelin banget. Eh tp dia kan Bos, wajar sih. Bos mah bebas.." Maritsa beguman dalam hati.
"Bu Maritsa, sepertinya Doa anda dikabulkan. Saya ada panggilan mendadak. Kalah begitu saya langsung pamit. Terimakasih jamuannya." Sepertinya doa Maritsa yang diucap dalam hati bisa menembus telinga Bos nya itu.
Rendra berdiri hendak melangkahkan kaki keluar. Tapi dia berhenti lagi.
"Oh ya, jangan lupa pesanan saya. besok tolong buatkan bekal makan siang untuk saya. Biar nanti Barri yang mengambil kesini."
"Eeh tapi pak.." Belum sempat melanjutkan kata katanya. Maritsa terpaksa bungkam.
"Dilarang Protes!!!"
Rendra segera memasuki mobilnya. Maritsa pun membuka pagar rumahnya. Hanya suara klakson mobil yang terdengar. anggap saja itu cara Rendra berpamitan dengan tuan rumah.
"Haaaaah astagfirullah...sehat-sehat ya jantung.." Maritsa kembali ke dalam rumahnya. Dia menuju kamar. Ternyata Zyan dari tadi sudah bangun dan tidak tidur lagi.
"Nduk, apa kamu ada hubungan sama bos mu itu?" tanya Bu lek Hawa.
"Apa? Hubungan? Ya gak mungkin lah Bu Lek. Secara ya dia itu kaku banget. Dia itu seperti anti wanita. Belum pernah tuh sampe sekarang teman wanita atau pacarnya nyamperin ke kantor. Dia itu selalu berdua dengan Pak Barri. Emm atau jangan-jangan mereka??"
"Husst, gak boleh suudzon. Tapi Bu Lek melihat tatapannya ke kamu beda Nduk."
"Ah itu mah perasaan bu lek saja."
Maritsa langsung menggendong putra kecilnya itu.
"Halo Zyan, jagoan Bunda.. Maaf ya ditinggal bunda mulu hari ini." Dia tersenyum manis
Melihat wajah Zyan yang menenangkan, dia langsung mengingat Zafran. Maritsa pun berdoa di dalam hati. Semoga Zafran tenang di alam sana.
"Oh ya, Bu Lek dari tadi HP-an mulu. chattingan sama siapa?" selidik Maritsa.
"Bu Lek cuma main game."
"Haa.. Bu Lek bohong.. Keliatan tuh kalau bulek gak jujur." goda Maritsa.
"Beneran, ngapain Bu Lek bohong."
"Aku tau Bu Lek lagi Chattingan sama Om Garry kaaaan.. Iya kaaan.. Tuh di kening Bu lek aja ada tulisan gede. GARRY. Hahahahah." Goda Maritsa
"Ah masak sih" Bu Lek salting sambil meraba-raba keningnya. Pipinya memerah.
"Aaww, Bu Lek sakit tau." Pekik Maritsa yang pipinya dicubit Hawa.
"Kamu nakal!" ucap Bu Lek lalu keluar dari kamar Maritsa.
****
Di kediaman Zacky..
"Ibu, kenapa ibu senyum senyum sendiri? Ibu gak kesambet kan?" Tanya Zacky yang saat itu lagi bersantai di depan TV bersama Mutiara.
"Enak aja, kamu pengen ibu kesambet beneran?"
"Ya enggak, cuman Ibu aneh. Jangan bilang ibu jatuh cinta lagi?"
"Hahaha, emang iya. Ibu rasanya seperti jatuh cinta lagi."
"Oh ya, siapa orangnya?" Tanya Zacky penasaran.
"Ada deeh.. Mau tau aja." Jawab Mutiara sambil terkekeh.
"Hmm awas ya kalau sampai calon ayahku nanti nggak sesuai kriteria. Aku nggak mau restuin Ibu."
"Eiits, siapa bilang Ibu punya gebetan? Ibu ini lagi jatuh cinta sama gadis yang menolong ibu. Lebih tepatnya , gadis yang ngutangin ibu. Hehehe."
"Astaga.. "
"Kamu gak pengen tau orangnya Za, beneran cantik loh, kalau kamu lihat, pasti langsung suka."
Zacky menghela nafas berat.
"Bu, Stop ! jangan diterusin ya, Zacky mohon. Zacky tidak mau membahas soal wanita."
"Hmm Okey, Ibu gak akan bahas lagi. Awas aja kalau kamu nyesel."
"Zacky gak bakal nyesel. Ibu bisa pegang omongan Zacky."
Mutiara hanya tersenyum. meskipun zacky tidak mau membahas soal gadis itu. paling tidak Mutiara sudah mulai dekat dengannya. Tinggal atur waktu dan tempat untuk ketemuan.
Mutiara mulai mengetik pesan ke Maritsa.
"Assalamualaikum cantik, oh ya minggu depan apa kamu free? Ibu mau mengajak kamu ketemuan di restoran S"
Tak lama menunggu, Hp Mutiara berdering.
"Waalaikumsalam Bu Tiara, kebetulan saya sedang libur. InsyaAllah Maritsa akan datang."
"Oke sayang, kita ketemuan langsung di lokasi ya, nanti tepat jam berapa, Ibu kabarin lagi."
Mutiara meletakkan HP nya di nakas karena mau ke dapur. Tapi sebelum itu, dia menyempatkan mengecup rambut Zacky sambil senyum-senyum.
Zacky yang fokus nonton TV pun terkejut dengan apa yang dilakukan Ibunya. Dia pun ikut tersenyum.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments