"Assalamualaikum Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
tanya Maritsa pada orang di sebrang sana.
"Bu Maritsa, apakah hari minggu anda ada di rumah? Karena saya ingin menjenguk bayi anda." ucap Rendra datar.
"Oh iya pak saya ada di rumah. Silahkan datang jika berkenan." jawab Maritsa dengan senyuman meskipun yang ditelpon tidak bisa melihat senyum manisnya itu.
"Baik kalau begitu. Terimakasih." singkat padat dan jelas. Rendra segera mengakhiri panggilan.
beberapa orang yang berada di ruang tamu semakin penasaran dengan sang penelpon.
Akhirnya Mama Rianti yang tidak betah karena penasaran, langsung bertanya tanpa basa-basi.
"Telpon dari siapa Sa?"
"Oh itu ma, Pak Rendra. Bos Maritsa di kantor. katanya mau jengukin Zyan."
"Ooo bos kamu toh." rasa penasaran Rianti sudah terjawab.
"Oh ya Ray, teman-teman kantor katanya mau kesini, kapan?" tanya Maritsa ke Rayyan.
"Mereka bilangnya sih hari sabtu pada kesini semua. Kamu gak apa-apa kan diserbu banyak orang? Nanti kalau perlu bantuan. kabari aku."
"Ok. Thanks." jawab Maritsa singkat.
mereka berbincang seputar kerjaan. Rayyan juga sanggup mengimbangi obrolan mertua dan ipar Maritsa.
.
.
Saatnya mertua dan ipar Maritsa undur diri. Diikuti juga oleh Rayyan. Mama dan papa sudah pergi dulu. Sedangkan ipar maritsa, keluar bebarengan dengan Rayyan.
"Kak Zetta dan mas Restu makasih banyak ya, udah mau datang."
"Iya sama sama Sa, kita juga makasih sudah dijamu dengan baik." Jawab restu. Zetta hanya diam saja.
Kini giliran Rayyan yang pamit.
"Sa, sabtu aku kesini lagi ya, bantuin kamu. Aku gak mau kamu repot sendiri. Jangan capek-capek. kesehatanmu lebih penting." Rayyan sangat perhatian. Tapi Maritsa hanya membalas ucapan Rayyan dengan senyuman. Dia tidak mau jika kakak iparnya itu mendengar dan berfikiran aneh-aneh.
Restu dan Zetta yang tak sengaja mendengar ucapan Rayyan langsung menoleh. Mereka bergumam masing-masing.
"Bener dugaanku, Lelaki itu memang menaruh harapan sama Maritsa. Kenapa hatiku sakit mendengarnya?" gumam Restu
"Apa! Rayyan bersikap manis ke Maritsa? Berarti dia datang kesini memang ada maunya? Apa mereka sudah punya hubungan? Ini bener-bener gila. Masa baru ditinggal Zafran sebentar sudah gaet cowok lain. Dasar gatel!! Ini gak bisa dibiarin. Mama harus tau."
Zetta mengomel dalam hati. Dia rasanya tidak terima kalau Rayyan dekat dengan Maritsa.
Setelah berpamitan, mereka pun pulang ke rumah masing.
Di dalam mobil, Zetta dan Restu tetap diam seribu bahasa. Mereka bingung dengan perasaan mereka masing masing. Entah apa yang mereka pikirkan kedepannya. Yang pasti mereka tidak mengobrol sampai tiba di rumah Zetta.
"Sayang, kamu gak mampir dulu?" Tawar Zetta basa-basi.
"Gak usah ya, lain kali aja, lagian udah malem." Tolak restu halus. Dia juga sempat mengecup kening Zetta sebelum meninggalkan kekasihnya itu.
Setelah mobil Restu sudah keluar gerbang, Zetta masuk ke rumah dan langsung menemui mama nya. perhatian yang diberikan Rayyan ke Maritsa membuatnya tersulut emosi.
"Ma, Zetta mau ngomong!"
"Ngomong apa sih cantik? Tumben. Kayaknya kamu lagi badmood? Apa kamu bertengkar sama Restu?"
"Gak ma, ini bukan gara-gara Restu. Tapi Maritsa."
"Hah? Kenapa dengan Maritsa? Apa dia berbuat salah sama kamu?"
"Mama tau kan kalau Rayyan perhatian banget sama Maritsa, kayaknya mereka punya hubungan spesial. Tadi aja pas mau pulang, Rayyan pamit dengan nada romantis. Tatapan matanya itu seolah-olah mereka memang lagi berkencan. Menantu yang mama bangga-banggakan itu sekarang sudah melupakan Zafran. Baru aja ditinggal, sudah berulah. Lagian dia loh punya bayi. Harusnya kan yang diurus itu bayinya. Bukan malah cari gebetan. Awas aja tuh cucu kesayangan mama bakal ditelantarin karena dia sibuk ngurusin pacar baru." ucap Zetta sambil menangkupkan tangan ke dada.
"Hmm, tadinya mama juga berfikiran sama kayak kamu, bahkan mama langsung tanya ke Maritsa, dia bilang mereka tidak ada hubungan apa-apa."
"Apa mama percaya gitu aja? asal mama tau, Maritsa tuh gak sepolos yang mama kira. Aku tadi beneran denger percakapan mereka. Kalau gak percaya, tanya aja mas Restu, dia juga denger kok." Zetta benar benar tak mau mengalah saat ini. emosinya menyala.
Rianti yang mendengar penjelasan Zetta, hatinya kecewa karena merasa dibohongi menantu kesayanganya itu.
melihat ekspresi mama nya yang terlihat sedih dan diam saja, Zetta Yakin kalau dia berhasil mempengaruhi mama nya.
"Yes, berhasil !" sorak Zetta dalam hati.
Dia langsung pamit meninggalkan mama nya yang mematung di kursi, dia bergegas masuk ke kamarnya.
"Maritsa... Hmmm tunggu tanggal main nya. Kamu jangan seneng dulu. Aku bakal rebut Rayyan dari tanganmu. Dan tidak itu saja. Kamu juga bakal kehilangan kepercayaan mertua kesayanganmu itu. Hahahahah." Tekat Zetta sudah bulat. Dia akan mencari berbagai cara agar mamanya itu membenci Maritsa. Dia ingin hanya dia lah yang mendapat perhatian dari mamannya.
***
Hai Hai Readers, Terimakasih ya sudah menyempatkan waktu untuk membaca kisah Maritsa. Cerita ini aku ambil dari kisah sahabatku. Tapi tetap, aku menambahkan beberapa adegan dan cerita agar lebih menarik untuk di baca.
Happy reading... ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments