"Terima kasih..." Daniel tersenyum hangat pada Dena.
"tapi ayo kita ke rumah sakit kak..." bujuk gadis manis itu lagi.
Daniel mengusap sisa air mata yang masih mengalir di pipi gadis itu. "aku baik-baik saja Dena..."
"ta..tapi kakak tadi sangat kesakitan..." Nampak jelas kekhawatiran di wajah cantiknya.
"sstt... jangan menangis lagi... sekarang aku sudah baik-baik saja..." mengusap lembut punggung Dena menenangkan.
"kak, tapi beberapa menit yang lalu kamu sangat kesakitan..." Daniel mengisyaratkan agar Dena menunggu sebentar, ia akan menerima panggilan telepon.
drrtt ...drrtt ...drrtt ...
Ponsel Daniel bergetar, panggilan dari asisten sang kakak.
_ya Zyan ada apa..?_
_bukankah di sana ada Juii..._
_baik aku akan kesana,_
Dena memperhatikan wajah Daniel yang masih terlihat sangat pucat.
"aku antar kamu ke kampus sekarang..." Daniel mulai melajukan mobil sedikit lebih cepat.
"aku ikut kakak saja..."
"kamu kan harus kuliah,"
"hari ini aku tidak ada kelas, kelas pagi ku juga sudah sangat terlambat. Jadi aku ikut kakak. Bolehkan?" Jelas Dena.
Daniel sedikit tersenyum. "apa kamu masih mengkhawatirkan ku?"
"tentu saja..."
"aku tidak ingin kamu menjadi bosan saat aku sibuk dengan pekerjaan. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,"
"aku bisa menunggu sambil belajar kok," masih saja kekeh ingin ikut Daniel ke markas.
"apa kamu yakin tidak takut?" goda Daniel.
"takut apa?" mengidikkan bahu cuek.
"kamu tahu kan pekerjaan utama ku selain mengurus perusahaan dan cafe adalah ketua mafia,"
"lalu...?"
"di sana akan banyak senjata dan mungkin juga mayat-mayat musuh ku," mencoba menakut-nakuti gadis itu.
Meski sedikit terkejut tapi Dena masih saja ingin ikut Daniel. "aku bisa bersembunyi dibalik punggung mu yang lebar," jawabnya acuh. "sudahlah kak berhenti menakut-nakuti. Aku akan tetap ikut!"
"ya...ya...ya... sikap keras kepala mu itu sama persis seperti kak Dery. "
"dia memang idola ku,"
Perjalanan yang mereka tempuh hingga tiba di markas hampir 30 menit lamanya. Daniel turun dari mobil diikuti Dena.
Kedatangan mereka disambut oleh Juii dan Zyan yang terlihat heran dengan kening berkerut saat melihat Dena.
"nona Dena...?" Zyan angkat bicara sedikit menunduk. "kenapa nona ikut kemari?"
"biarkan dia ikut aku keruangan ku," titah Daniel dan langsung mendapat anggukan dari Juii dan Zyan.
"tuan Daniel apa tuan sedang sakit?" tanya Juii dengan perhatian. "tuan terlihat pucat,"
"Tidak." Daniel menjawab singkat, segera melangkah masuk sambil menggenggam tangan Dena erat.
"apa kau yakin tuan Daniel baik-baik saja Zy?" bisik Juii,
Zyan menggeleng "entahlah Ju,"
....
Mata Dena menyapu setiap ruangan yang dia lewati, setiap pintu dijaga 2 orang pengawal yang terlihat gagah dan dingin.
Mereka semua menunduk hormat saat Daniel dan Dena melewatinya.
woow.... ini kah yang namanya markas mafia keren sekali.... batin Dena terkagum-kagum.
Kini Dena sudah berada diruangan khusus milik Daniel.
"duduklah di sana Dena aku harus mulai bekerja sekarang," mengacak rambut Dena.
"kak, jangan seperti ini, aku bukan anak kecil" bibir Dena mengerucut membuat Daniel semakin gemas.
"jangan menampilkan wajah yang seperti itu, jika tidak ingin aku mencium bibir mu lagi. " godanya.
"Daniel!!! Kau gila." memukul lengan pria tampan itu dengan keras.
"aaiishh... kau menyakiti ku Dena..." mengusap lengannya yang terasa panas.
Dena langsung menghambur duduk diatas sofa dekat dengan kursi kerja Daniel, tanpa peduli.
.....
Waktu berlalu dengan cepat, hari sudah hampir sore dan Dena tertidur di sofa sudah cukup lama.
Daniel bahkan tidak menyadari jika Dena sudah terlelap sejak tadi.
Ia bangkit dari kursinya, meregangkan ototnya yang sedikit kaku. Matanya juga terasa perih karena menatap layar laptop terus menerus.
Kenapa akhir-akhir ini banyak sekali masalah, di perusahaan di markas! aku sungguh pusing. gumam Daniel.
emmhhh...
Daniel menoleh saat mendengar lenguhan kecil dari bibir Dena.
"ehh tidur ternyata..." mendekati gadis itu, dia menatap lekat wajah tenang Dena dengan senyum tipis.
Aku baru menyadari jika adik kak Dery ini sangat cantik. gumamnya.
Saat Daniel terlalu fokus memperhatikan wajahnya, tiba-tiba Dena membalik tubuhnya hingga wajahnya tepat berada didepan dada Daniel dan tangan Dena jatuh di atas paha pria itu.
Deg....
Daniel merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Dadanya bergemuruh tidak karuan.
Astaga ada apa ini, kenapa jantungku berdebar seperti ini. batin Daniel meletakkan tangannya didepan dada.
Daniel merasai jantungnya yang terus saja berdebar, ditambah hembusan halus nafas Dena begitu terasa menembus kemejanya.
Tap...tap...tap... Zyan masuk kedalam ruangan Daniel tanpa mengetuk pintu.
"tuan...." suara Zyan tercekat saat tatapan mata Daniel yang tajam seakan menusuk dadanya. "ma...maaf tu..tuan..." suara Zyan terdengar lirih dan sedikit bergetar.
Daniel melambaikan tangan agar Zyan mendekat padanya.
"ada apa?" bisiknya.
Zyan menjelaskan kendala yang sedang di alami The Reddelta. Kening Daniel berkerut heran, selama ini tidak ada yang berani bermain-main dengan The Reddelta, kenapa sekarang ada masalah serumit ini.
"Cari tahu siapa pimpinan kelompok mereka secepat mungkin Zy, jangan biarkan masalah ini berlarut-larut." Zyan menunduk lalu berjalan keluar dari ruangan Daniel.
Setelah menutup pintu, Zyan tidak langsung pergi. Dia diam tepat didepan pintu.
taun Daniel sedekat itu dengan adik nona muda?! apa mereka ada sesuatu? batinnya penuh tanya .
"kau kenapa?" tanya Juii menghampiri Zyan.
Ia hanya menggeleng.
"dasar pria aneh..." seloroh Juii.
Sedangkan didalam ruangan, Daniel masih tidak berani bergerak karena takut membuat Dena terbangun.
Hingga hampir 30 menit berlalu akhirnya Dena mulai mengerjapkan mata dan menggeliat.
Dengan gerakan cepat Daniel menjauh dari sofa, "kau sudah bangun nona..?" tanyanya sambil memalingkan wajah untuk menutupi kegugupannya.
"hmm...aku lapar kak..." jawab Dena dengan suara serak. "apa pekerjaan kakak sudah selesai, kita pergi makan yuk..."
"pekerjaan ku sudah selesai dari tadi," ketusnya. "kamu tidur kelamaan"
"lalu kenapa tidak membangunkan aku?" Dena duduk merapikan rambutnya. "jangan bilang kakak terpesona dengan wajah cantik ku saat tidur,"
ehh... Wajah Daniel terlihat merah padam.
"aku terpesona? tentu saja tidak!!! kau tidur dengan air liur mengalir di sana sini. " ledek Daniel sambil berjalan ke pintu, Dia tidak ingin Dena melihat wajahnya sekarang. "ayo!!! jadi makan tidak..."
"mana ada air liur, jangan mengada-ada deh!!!" ketus Dena. "sedang tidur atau tidak aku itu selalu cantik dan mempesona..." selorohnya.
"anak bau kencur gini mempesona apanya." mengacak-acak rambut Dena.
"anak bau kencur katanya, lihat saja nanti kau akan tergila-gila pada ku," menyikut perut Daniel dengan keras lalu berlari meninggalkannya.
aaiiihhh..... Daniel meringis.
Interaksi Daniel dan Dena disaksikan oleh Juii dan Zyan. Bahkan mulut mereka sampai menganga melihat betapa beraninya Dena pada Daniel.
Setelah kepergian mereka, Zyan dan Juii saling melempar tatapan kebingungan.
"apa ini yang membuat mu bertingkah aneh tadi Zy?" tanya Juii dan langsung mendapat anggukan dari Zyan.
"sepertinya akan ada persiapan pernikahan di rumah utama sebentar lagi," Zyan menepuk pundak Juii.
"memangnya boleh?"
"entahlah..." Zyan mengedikkan bahu.
...****************...
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments