2. 'Kakakku'

Aku punya seorang kakak laki-laki yang usianya setahun lebih tua dariku. Salman namanya.

Meskipun kakak beradik, baik sifat maupun hobi kami sangat berbeda. Aku sangat suka bidang ilmu sosial seperti sejarah dan antropologi, sedangkan kakakku lebih senang dengan bidang kesenian. Karena itu, sejak lima tahun yang lalu dia memutuskan untuk terjun ke bidang seni peran.

Kakakku, Salman Ragnala adalah seorang aktor terkenal. Sudah banyak judul film dan sinetron populer yang dia bintangi sebagai pemeran utama.

Sebelum jadi bintang pun sebetulnya dia sudah cukup terkenal di sekolah dan instagram. Pengikutnya bejibun dan didominasi oleh perempuan dari berbagai penjuru dunia. Sekarang saja dia memiliki lebih dari 50 juta pengikut.

Saat masih sekolah dulu, tiada hari tanpa teriakan dan elu-eluan para gadis untuk kakakku. Mungkin cuma di rumah dia bisa tenang, itupun kalau dia tidak keluar pintu. Karena, di luar rumah juga sering sekali ada orang yang menungguinya dengan berbagai alasan.

Aku sendiri sebagai adiknya ikut kecipratan. Bukan kecipratan populer, tapi kecipratan sial. Pasalnya, di sekolah aku dikenal sebagai adik Salman, bukan Alma Prameela.

Banyak orang yang mendekatiku dengan niat tidak murni. Mereka kebanyakan ingin dekat dengan Salman, bukan aku. Lalu, karena aku adalah adik Salman, otomatis aku juga dijadikan media untuk kirim salam dan hadiah.

Well, sebetulnya tidak terlalu buruk juga sih. Misalnya, kalau Salman tidak mau menerima hadiahnya, nanti hadiah itu diberikan padaku. Lumayan juga kalau ada yang bisa dijual.

Semua itu berlangsung hingga aku lulus SMA, karena kakakku di-scout oleh agensi aktor dan aku kuliah di luar kota. Selama kuliah, aku merahasiakan rapat-rapat tentang hubunganku dengan Salman. Dan selama itu pula Salman melakukan operasi plastik di beberapa bagian wajahnya supaya terlihat lebih muda. Jadi, kalaupun aku bilang kami bersaudara, hampir tidak ada yang percaya.

Nah, anehnya sekarang kejadiannya jadi mirip saat aku SMA. Tiba-tiba, selesai berkenalan dengan para senior, mereka bergerombol mengitari bilikku.

“Nanti aku aja yang anterin kamu buat orientasi.”

“Aku aja.”

“Ih! Gue paling senior daripada kalian berdua. Jelas sama gue lah orientasinya.”

“Eh, lu beda subbag anjir!”

“Nganterin doang, gak usah staf SDM juga bisa keleus!”

“Alah! Lo paling cuma pengin ngekor nyapa abangnya kan?”

“Kayak lo nggak aja.”

Begitulah para seniorku saling berebut untuk sekedar mengantarku berkeliling rumah sakit. Mereka juga menyebut soal ‘kakakku’. Karena itu, harapanku untuk bisa akrab dengan mereka secara wajar juga saaangat tipis.

Pada akhirnya, aku dan seorang pegawai baru yang lain diantarkan oleh Pak Arif yang tidak tahan dengan perdebatan para bawahannya.

“Aneh deh, perasaan di Kartu Keluarga yang ku kasih udah gak ketulis nama Abang, deh. Kok mereka pada tahu, ya?” keluhku saat aku dan pegawai baru yang lain menyambangi ruangan gizi.

“Abangmu kerja di sini kah?” tanya rekan baruku itu.

Namanya Hani. Dia juga baru diterima sebagai staf SDM di hari yang sama denganku.

“Hah? Nggak, lah! Abang mana mau kerja di korporat.” jawabku.

Ini juga yang membuatku bingung. Mulai dari senior di SDM sampai Pak Arif menyebut-nyebut ‘kakakku’ seakan dia berada dan bekerja di rumah sakit ini.

“Mungkin ada orang yang mirip kamu di sini, terus dikira kalian saudaraan.” Hani menduga.

Aku memegangi wajahku sambil berkaca di layar ponsel yang hitam.

“Wajahku pasaran banget kah?” gumamku.

...

Keanehan tidak hanya sampai di situ. Tepat seminggu setelah aku bergabung, seorang perempuan yang mengaku dari sub bag marketing datang menghampiriku saat jam makan siang. Dia datang dengan membawa sebuah paper bag yang cukup besar.

“Hai, gue Mea dari marketing. Lo anak baru itu kan?” sapa perempuan bernama Mea itu.

Dilihat dari penampilannya, sepertinya dia hanya satu atau dua tahun lebih tua dariku.

Setelah menyapa, Mea mengajakku makan sambil mengobrol cukup panjang. Di sini aku mengakui kemampuannya dalam public speaking.

As expected of marketing staff. Dia pandai sekali mencari topik obrolan. Padahal aku sudah beberapa kali berusaha untuk menghentikannya.

Lalu, saat makanannya habis, dia pun masuk ke tujuannya yang sebenarnya. Dia mengangkat paper bag yang tadi dia bawa dan diberikannya padaku.

“Kita kan udah berteman. Jadi, gue bisa dong minta tolong kasihin ini ke dr. Ilman.”

Selama mengobrol tadi aku memang beberapa kali menanggapinya, tapi sekalipun aku tidak pernah mengucapkan bahwa kami sudah berteman. Jalanmu masih panjang untuk menjadi temanku, wahai Fulgoso.

Dan lagi, siapa pula dr. Ilman?

“Siapa dokter Ilman?” tanyaku serius.

Mea memutar bola matanya jengah.

“Gak usah pura-pura lah. Gue udah tahu hubungan lo sama dr. Ilman, kok.” katanya.

“Dih, aku aja gak tahu siapa dr. Ilman.” tolakku.

Aku masih ingin memberi alasan, tapi Mea sepertinya tidak mau mendengarnya. Perempuan itu melengos begitu saja sambil berkata, “Please kasihin, ya. Ntar gue traktir, deh. Bye!”

Kepalaku mendadak berdenyut gara-gara tingkah perempuan yang baru kukenal itu. Untuk menenangkan diri, akupun menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya.

Setelah itu, kutengok isi paper bag yang tadi Mea berikan padaku.

“Ebuset! Ini sepatu kayaknya mahal, nih.”

Sebagai adik yang baik, sudah sewajarnya kalau aku menghubungi orang yang mempunyai hak kepemilikan sepatu ini. Segera aku hubungi Bang Salman melalui pesan chat. Dalam chat tersebut, aku meminta izin untuk menjual sepatu warna merah dengan merk Jordan itu.

Sayangnya, Bang Salman tidak langsung membalas pesanku. Centangnya masih satu, jadi paling-paling dia belum membuka pesanku.

Sambil menunggu, sebetulnya aku ingin minum. Tetapi, ternyata isi botolku sudah tandas. Mau tidak mau, akupun beranjak menuju pantry yang tidak berada jauh dari ruangan ini.

Beruntung, aku tidak perlu antri mengambil air seperti sebelum-sebelumnya. Malah kali ini aku sendirian di pantry.

Kuisi sampai setengah botol minum berukuran 500ml itu, lalu aku minum. Lalu, aku isi lagi botol itu, kali ini sampai penuh.

Selama mengisi botol, aku mendengar sebuah suara yang tidak asing bagiku sedang mengobrol entah dengan siapa.

“Adik saya tidak aneh-aneh kan, Pak?” suara yang asing itu bertanya.

“Dokter tidak perlu khawatir. Adik dokter itu cepat sekali belajar. Pekerjaannya juga cukup bagus.” suara Pak Arif memuji.

“Baguslah jika demikian. Saya khawatir, karena adik saya itu kan jurusannya tidak linier dengan pekerjaannya.”

“Hahaha. Tapi, dia kan masih lulusan dari universitas yang bagus. Saya yakin kedepannya adik dokter akan berkembang lebih baik lagi.”

“Hmm, Pak. Begini, saya mau ambil air dulu. Barang kali Pak Arif mau duluan.”

“Silakan, Dok. Saya masih perlu menyiapkan keperluan rapat yang lain. Saya duluan. Mari.”

“Mari.”

Suara langkah kemudian terdengar semakin mendekat. Aku yang tidak peduli hanya terus memperhatikan botolku yang masih kuisi agar tidak meleber.

Langkah kaki itu kemudian berhenti tepat di sampingku. Dia berhenti bertepatan dengan botolku yang sudah penuh dengan air.

Kututup botol minumku, lalu mendongak. Di sana kulihat seorang pria berpakaian serba biru sedang menatapku nanar. Matanya hampir tidak berkedip saat pandangan kami bertemu.

Jujur, akupun sama. Mataku hampir keluar saat kami bertemu pandang.

Ini tidak berlebihan. Siapapun pasti akan bereaksi sama jika melihat seseorang yang wajahnya begitu mirip dengan diri sendiri.

Terpopuler

Comments

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

Makanya cari yang lain daripada yang lain tuh wajah

2024-03-16

0

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

Salman Khan India Acha-Acha

2024-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Desas-Desus
2 2. 'Kakakku'
3 3. Barang Titipan
4 4. Sombongkan Aku!
5 5. Sampai Terbawa Mimpi
6 6. Sampai Terbawa Mimpi 2
7 7. Pacar Dokter Ilman
8 8. Yang Patut Dicontoh
9 9. Hal Penting
10 10. Berasa Skripsi
11 11. CPR
12 12. Asal Kau Tidak Mengikutiku
13 13. Mutasi
14 14. Musuh Segala Umat
15 15. Abangku Yang Ganteng
16 16. Brother Complex
17 17. Wani Piro?
18 18. Kriteria
19 19. Makin Ngawur
20 20. Dia Cuma dr. Ilman
21 21. Divisi Gibah
22 22. Derita Para Dokter
23 23. Bom Kenyataan
24 24. DIAM, DOK!
25 25. Diterima
26 26. Tugas Di Luar
27 27. Bertemu XXX
28 27. Ayah dr. Ilman
29 29. Aku Terlambat
30 30. Ahlinya
31 31. Mengejar dan Menunggu
32 32. Panggil Aku 'Mas'
33 33. PDKT
34 34. Kehidupan Yang Lalu
35 35. Kembalinya Mea
36 36. Perasaan Saat Ini
37 37. Tak Mau Mengaku
38 38. Rencana Licik
39 39. Pembagian Tim
40 40. Pak Arif, Lulung, dan Juleha
41 41. Hidup yang Lain
42 42. Minta Penjelasan
43 43. Kalian Berantem?
44 44. Terlalu Banyak Rahasia
45 45. Feri
46 46. Ada Dalam Sejarah
47 47. Tidak Sabaran
48 48. Yoon Si Stylist
49 49. Patah Hati
50 50. Bukan Menghindar
51 51. Super Market
52 52. Feri yang Mencurigakan
53 53. Rahasia Salman
54 54. Kecelakaan
55 55. Puncak Tragedi
56 56. Selamat dari Maut
57 57. Tes DNA
58 58. Ganti Status
59 59. Gara-Gara Cincin
60 60. Solusi
61 61. Calon Ibu Mertua
62 62. Galau
63 63. Lalernya Banyak
64 64. Cuma Kamu
65 65. Hani Mulai Terpojok
66 66. Distraksi
67 67. Lamaran
68 68. Employee Gathering
69 69. Bath Talk
70 70. Candi Misterius
71 71. Kakek Tua
72 72. Koma
73 73. Kaihe dan Hevia
74 74. Wisartala
75 75. Eksekusi Raja
76 76. Kedatangan Sang Resi
77 77. Amarah Sang Resi
78 78. Syarat
79 79. Takdir
80 CURHATAN PENULIS
81 PROMO NOVEL BARU
82 SPIN OFF: Dinda dan Salman_1
83 SPIN OFF: Dinda dan Salman_2
84 SPIN OFF: Dinda dan Salman_3
85 SPIN OFF: Dinda dan Salman_4
86 SPIN OFF: Dinda dan Salman_5
87 SPIN OFF: Dinda dan Salman_6
Episodes

Updated 87 Episodes

1
1. Desas-Desus
2
2. 'Kakakku'
3
3. Barang Titipan
4
4. Sombongkan Aku!
5
5. Sampai Terbawa Mimpi
6
6. Sampai Terbawa Mimpi 2
7
7. Pacar Dokter Ilman
8
8. Yang Patut Dicontoh
9
9. Hal Penting
10
10. Berasa Skripsi
11
11. CPR
12
12. Asal Kau Tidak Mengikutiku
13
13. Mutasi
14
14. Musuh Segala Umat
15
15. Abangku Yang Ganteng
16
16. Brother Complex
17
17. Wani Piro?
18
18. Kriteria
19
19. Makin Ngawur
20
20. Dia Cuma dr. Ilman
21
21. Divisi Gibah
22
22. Derita Para Dokter
23
23. Bom Kenyataan
24
24. DIAM, DOK!
25
25. Diterima
26
26. Tugas Di Luar
27
27. Bertemu XXX
28
27. Ayah dr. Ilman
29
29. Aku Terlambat
30
30. Ahlinya
31
31. Mengejar dan Menunggu
32
32. Panggil Aku 'Mas'
33
33. PDKT
34
34. Kehidupan Yang Lalu
35
35. Kembalinya Mea
36
36. Perasaan Saat Ini
37
37. Tak Mau Mengaku
38
38. Rencana Licik
39
39. Pembagian Tim
40
40. Pak Arif, Lulung, dan Juleha
41
41. Hidup yang Lain
42
42. Minta Penjelasan
43
43. Kalian Berantem?
44
44. Terlalu Banyak Rahasia
45
45. Feri
46
46. Ada Dalam Sejarah
47
47. Tidak Sabaran
48
48. Yoon Si Stylist
49
49. Patah Hati
50
50. Bukan Menghindar
51
51. Super Market
52
52. Feri yang Mencurigakan
53
53. Rahasia Salman
54
54. Kecelakaan
55
55. Puncak Tragedi
56
56. Selamat dari Maut
57
57. Tes DNA
58
58. Ganti Status
59
59. Gara-Gara Cincin
60
60. Solusi
61
61. Calon Ibu Mertua
62
62. Galau
63
63. Lalernya Banyak
64
64. Cuma Kamu
65
65. Hani Mulai Terpojok
66
66. Distraksi
67
67. Lamaran
68
68. Employee Gathering
69
69. Bath Talk
70
70. Candi Misterius
71
71. Kakek Tua
72
72. Koma
73
73. Kaihe dan Hevia
74
74. Wisartala
75
75. Eksekusi Raja
76
76. Kedatangan Sang Resi
77
77. Amarah Sang Resi
78
78. Syarat
79
79. Takdir
80
CURHATAN PENULIS
81
PROMO NOVEL BARU
82
SPIN OFF: Dinda dan Salman_1
83
SPIN OFF: Dinda dan Salman_2
84
SPIN OFF: Dinda dan Salman_3
85
SPIN OFF: Dinda dan Salman_4
86
SPIN OFF: Dinda dan Salman_5
87
SPIN OFF: Dinda dan Salman_6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!