Hinata menyusuri pemukiman kumuh. Pria tampan berpakaian lusuh dan kotor serta membawa anjing putih menghampirinya.
"Ayah dan ibumu tahu? " tanya pria itu.
Madara mengintip disalah satu rumah yang sengaja dia sewa untuk memata-matai Hinata.
"Iya " jawab Hinata.
"Lalu apa keputusanmu Hinata? " tanya pria yang bernama Kiba.
Hinata tampak berfikir. "Bukankah kau sudah bilang padaku untuk menemui kedua orang tuaku? "
"Dengar Hinata, jika aku datang kerumahmu dan meminangmu, yang ada mereka akan mengusirmu. Aku tidak mau kalau kau sampai menderita hidup dengan ku" kata Kiba
"Aku sudah siap dengan konsekuensinya Kiba-kun"
"Kita akhiri saja semua ini"
"Apa? "
"Maaf "
Hinata pun berlalu karena kesal dan sakit hati.
"Maaf aku terlalu mencintai mu, tapi cinta tidak perlu memiliki. Apalagi kau akan menderita jika hidup dengan ku" gumam Kiba.
Ada seseorang yang membidik kepala Kiba dan
DOOORRRR!!
Kiba terkejut begitu pun dengan Madara yang masih bersembunyi.
DOR DOR DOR
Kiba berlari.
Sekitar 6 orang yang memburu Kiba.
Madara menarik Kiba ke tempat persembunyiannya.
"Aahh siapa kau?! "
"Suttss jangan berisik"
"Keluar kau pengemis!! " teriak salah satu dari mereka.
Madara keluar dari tempat persembunyiannya.
"Hei kau pria berjas sedang ap.. Ah? Madara? "
"Jadi kalian mengenalku? Apa kalian kesini atas perintah Hiashi? "
"Meski kau orang berpengaruh, kami tidak akan segan membunuhmu! "
"Hhh dia memang selalu melakukan cara kotor untuk melaksanakan niatnya. Tapi.... "
Madara pun menembaki mereka. Mereka segera bertiarap dan sembunyi 2 orang mati tertembak.
Kiba terkejut melihat hal itu.
Madara sembunyi sambil membawa lagi satu pistol jadi kini dia memegang 2 pistol.
Kemudian dia menampakkan diri dan mnembaki secara membabi buta.
Peluru musuhnya habis, sebelum mereka mengisi ulang, Madara segera menghajar mereka.
Terjadi perkelahian. Akhirnya mereka kalah. Dua menarik bagian depan baju salah satu dari mereka.
"Katakan! Hiashi kan yang memerintahkan kalian!! " bentak Madara.
"I.. Iya, Tn. Hiashi yang yang memerintahkan kami untuk menghabisi pengemis itu jika Nn. Hinata masih menemuinya"
Madara melirik Kiba yang berdiri dibelakangnya.
"Hmm selamat tinggal" Madara menembaki semua orang suruhan Hiashi sampai tidak ada yang hidup.
Kiba berdiri terpaku. "Kkau membunuh mereka?? "
"Memangnya kenapa? Aku melakukannya agar kau dan aku tidak dalam bahaya"
Kiba terdiam setelah mendengar ucapan Madara.
♡♥♡♥♡♥♡
Kini Madara berada didalam rumah Kiba yang sederhana.
"Jadi kenapa kau menolongku Tn? " Kiba memecah kesunyian.
"Karena aku melihat ketulusan cintamu untuk Hinata "
"Iya, dia sangat baik, tapi mau bagaimana lagi. Kami berbeda. Lalu kau siapanya Hinata? "
"Aku... Sebenarnya... " Madara tampak berfikir.
"Bagaimana ini aku harus mencari alasan" batin Madara.
Flashback
"Menurutku kau menikah saja dengan Hinata. Itu akan menyakiti Hiashi dan Hikari. Bagaimana? " usul Obito.
"Bagus juga idemu. Tapi aku tidak sudi menyentuhnya" jawab Madara.
"Kalau begitu percuma kau menikahinya jika kau tidak menikmatinya"
"Hhh rasa dendamku lebih besar dari rasa lainnya"
End Flashback
Kiba mengerutkan dahinya. "Sebenarnya apa? "
Madara terhenyak. "Maaf, aku melamun ya, emm begini.. Sebenarnya aku mencintai Hinata. Tapi Hiashi sangat keras"
"Hiashi tidak mungkin keras padamu. Kau sepertnya orang kaya"
"Tetap saja dia keras kepala"
"Apa kau benar -benar mencintai Hinata Tn? "
"Memang nya kenapa? "
"Hinata gadis yang baik dan polos. Kau punya segalanya jika kau benar -benar mencintai nya, aku rela. Tapi jaga dia dengan segenap jiwa dan ragamu"
Madara terdiam.
"Bagaimana? "
"Baiklah "
Keesokan harinya
Hinata duduk diruangannya.
"Nn. Hyuuga, Tn. Uchiha ingin menemui anda " kata Miana.
"Silakan"
Madara pun memasuki ruangan Hinata.
"Silakan duduk Madara -kun "
Madara pun duduk berhadapan dengan Hinata. Dia tersenyum melihat kesedihan yang tersirat diwajah Hinata.
"Kau terlihat sedih? Kenapa? "
Hinata tersenyum masam. "Tidak ada "
"Bagaimana kalau malam ini kita ke pesta Obito? "
"Pesta? Emm boleh" Hinata terlihat senang.
"Dia memang polos. Bagus ini sesuai rencana"
Malam hari di pesta Obito
Madara duduk bersama Obito. Dia meminum wine. "Dia datang? " tanya Obito.
"Hn"
Rin mengajak Obito berdansa. Mereka pun berdansa dan meninggalkan Madara duduk sendirian.
Pandangan Madara terhenti pada gadis cantik bergaun ungu indah.
Madara berdiri kemudian menghampiri gadis yang tak lain adalah Hinata.
"Kau cantik sekali malam ini Hinata "
Pipi Hinata merona. "Terimakasih, kau juga terlihat tampan Madara -kun"
"Mau berdansa? " Madara mengulurkan tangannya.
Hinata menerima uluran tangan Madara. Mereka pun berdansa. Keromantisan mereka membuat yang melihat iri.
"Sebenarnya aku bukan penari yang bagus. Kau tidak takut kakimu terinjak? " tanya Hinata.
"Tidak masal... Aw" belum sempat Madara menyelesaikan kalimatnya, kaki Madara terinjak.
"Maaf, aku tidak bisa menari, kita akhiri saja"
"Tidak apa-ap... Aw" lagi-lagi kaki Madara terinjak.
"Payah! Kupikir dia bisa menari! Bisa-bisa kakiku memar" batin Madara. "Kau menaiki kakiku saja"
"Ah? Apa? Kkau se..serius? "
"Iya"
Hinata pun menurut, kedua kakinya bertumpu pada kaki Madara. Mereka pun menari.
Semua yang hadir memperhatikan mereka. "Wah romantis sekali "
Hinata menatap wajah Madara. "Dia tampan sekali dan lembut. Berbeda dengan Kiba... Hhhh apa yang aku pikirkan, harusnya aku memperbaiki hubunganku dengan Kiba " batin Hinata.
Madara melirik Hinata karena merasa diperhatikan. Hinata segera mengalihkan pandangannya. Madara mengerutkan dahinya.
"Jangan-jangan dia menyukaiku.. Tapi itu bagus " batin Madara.
Benar sekali , Hinata mulai menyukai Madara. Musik dansa pun selesai. Hinata turun dari kaki Madara.
Mereka pun duduk berdampingan. "Mau wine? " Madara mengulurkan gelas wine nya.
"Tidak, aku tidak minum"
"Kalau dia tidak minum, rencanaku tidak akan berhasil, aku harus segera mengubah rencana" pikir Madara.
"Aku mau mengambil dulu wine ya untukku" kata Madara.
Hinata mengangguk. Madara pun berlalu.
Hinata tersenyum bahagia. Dia pun menunggu Madara.
Seorang pria berambut oranye mencolok menghampirinya.
"Mau dansa? " tanya pria itu sambil mengulurkan tangannya.
Hinata tampak berfikir. "Aku menunggu temanku"
"Tidak masalah kita menari sebentar"
Hinata pun terpaksa menurut karena tidak enak juga jika dia menolak. Dia menerima uluran tangan pria itu kemudian mulai menari.
"Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin mengatakan ini. Aku mencintai mu Hinata " kata pria itu sambil memeluk Hinata.
Hinata terkejut kemudian berusaha melepaskan pelukan pria itu.
"A..apa yang kau bicarakan! Ki.. Kita baru saja bertemu, aku tidak mengenalmu"
"Setiap hari aku melihat mu, setiap detik tidak pernah lepas dari pandanganku, Hinata kau sangat cantik. Aku tahu kau suka bunga mawar merah muda dan kau suka coklat"
"Kau aneh! Lepaskan aku! "
Tapi pria itu malah memeluk Hinata.
"To.. Tolong lepaskan aku "
"Aku tidak akan kasar jika kau tidak berontak,bagaimana? "
Tiba-tiba ada yang membekap mulut Hinata dari belakang dengan menggunakan sapu tangan putih.
Aroma asing menyeruak ke rongga hidung Hinata. Hinata terkulai tapi ditahan oleh pria yang sudah membekapnya. Yaitu pria berambut hitam.
"Aku akan membawanya" kata pria berambut orange.
Pria berambut hitam mengangguk. Pria berambut orange itu pun menggendong Hinata yang tak sadarkan diri dengan bridal menuju ke sebuah kamar dikantor Obito itu.
Didalam sana ada Obito dan Madara yang seperti nya tengah menunggu mereka.
Pria berambut orange pun menidurkan Hinata ke ranjang.
"Kalian boleh kembali" kata Madara.
"Baik" mereka berdua pun pergi berlalu sambil membungkukkan badannya.
"Jadi Madara, apa kau akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Hiashi pada Hikari? "
"Tidak "
"Coba kau lihat dia begitu cantik dan menggoda, usianya masih remaja. Kau beruntung jika bisa memilikinya seutuhnya"
"Banyak gadis seusianya bahkan dewasa yang mengejarku. Mereka tergila-gila padaku. Tapi aku menolak mereka semua"
"Iya sekarang usiamu hampir 40 tahun karena dendam mu itu "
"Diamlah Obito!! Keluar! "
"Bagus aku diusir di kantorku sendiri " Obito pun meninggalkan ruangan kamar itu.
Madara menatap Hinata yang tak sadarkan diri.
"Rambutmu memang mirip seperti Hikari. Tapi wajah kalian berbeda. Kau lebih mirip Hiashi yang menyebalkan. Sekarang disini hanya ada kiba berdua. Kau lah satu-satunya orang yang bisa membuat orang tua mu itu bertekuk lutut"
Madara mendekati Hinata. Madara mendekatkan mulutnya ke telinga Hinata. "Bukan hanya ibumu yang menjadi korban. Wanita lain juga" bisik Madara. Perlahan tangan Madara memegang gaun indah Hinata kemudian merobeknya begitu saja.
"Aku tidak serendah ayahmu. Aku bahkan tidak sudi menyentuhmu"
By
Ucu Irna Marhamah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Amelisa cherry Salsabila
lalu dia mau ap
2019-07-13
3