Keduanya terus berpelukan di bawah pepohonan, “wuk...wuk...wuk,” helikopter masih berputar putar di atas mereka, “kresek...tap..tap,” terdengar beberapa langkah kaki mendekat, sepertinya tentara mulai memasuki hutan. Raido berdiri menggendong Reina di depannya,
“Jangan bergerak dan lingkarkan kakimu ke pinggangku, cepat,” ujar Raido.
“I..iya,” balas Reina.
Setelah Reina melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Raido dan mendekap erat Raido dari depan, Raido mulai berlari masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan. Raido berlari tanpa henti, dia mengubah kedua kakinya menjadi kaki Raigan supaya bisa berlari lebih cepat dan melompat lebih jauh, Reina mengawasi keadaan di belakang sambil mendekap Raido dari depan. Akhirnya mereka sampai di sebuah jalan setapak menuju ke atas gunung, Raido meniti jalan itu dan mendaki naik ke atas. Di tengah tengah, Raido menemukan sebuah gua dan dia langsung masuk ke dalam.
“Sepertinya di sini aman, untuk sementara kita di sini dulu,” ujar Raido.
“I..iya...bi..bisa turunkan aku ?” tanya Reina.
“Ah...maaf Reina,” jawab Raido sambil menurunkan Reina dan menoleh ke arah lain.
Reina turun dan tangannya langsung masuk ke dalam sebuah lubang hitam yang merupakan item box untuk mengambil pakaiannya, Raido juga melakukan hal yang sama, mereka saling membelakangi selagi memakai pakaian, setelah selesai mereka masuk lebih ke dalam lagi dan duduk di bagian dalam gua. Keduanya menghela nafas panjang dan melepas ketegangan mereka. Tapi masih ada ganjalan di hati mereka,
“Suzune-chan......” ujar Reina.
“Dia sudah bersama kakaknya kan, untuk sementara dia tidak akan mengganggu kita lagi,” ujar Raido.
“Iya benar, dia bersama kakaknya, aku penasaran, apa yang dia katakan itu semua benar ya ?” tanya Reina.
“Aku tidak tahu, tapi yang jelas, monster bernama Kiko itu nyata dan aku merasa diriku berubah sendiri berdasarkan insting ketika melihatnya, aku tidak mengerti lagi apa yang terjadi pada diriku,” jawab Raido.
“Benar, aku juga sama dan aku baru mendapat kesadaran ku kembali ketika kita terkena serangan listrik oleh Kiko, aku bisa berkomunikasi dengan mu melalui telepati setelah itu,” balas Reina.
“Aku adalah anak hasil dari proyek itu, semua sudah jelas sekarang, di dalam diriku ada seekor monster raksasa (kaiju) mengerikan bernama Raigan,” ujar Raido sambil memegang dadanya.
Reina terdiam tidak membalas ucapan Raido, dia hanya memeluk kedua lutunya dan membenamkan kepalanya, Raido menoleh dan memegang kepala Reina. Keduanya mau tidak mau harus menelan kenyataan pahit kalau mereka adalah monster raksasa yang di musuhi oleh manusia dan juga oleh sesama monster raksasa. Keduanya merasa tidak memiliki tempat dimana pun,
“Raido, boleh aku minta sesuatu ?” tanya Reina.
“Apa ?” tanya Raido.
“Aku ingin kamu berjanji, kita selamanya bersama, aku tidak mau pisah darimu, tolong jangan tinggalkan aku sendirian, aku takut sendirian, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kalau aku sendirian,” jawab Reina dengan nada lirih.
Raido terdiam, dia tidak tahu harus menjawab Reina bagaimana karena selama ini dia memilih menyendiri dan mengasingkan dirinya sendiri, namun dia mengerti perasaan Reina karena dia juga merasakan hal yang sama, akhirnya Raido merentangkan tangannya dan merangkul Reina di sebelahnya kemudian menarik Reina ke arah dirinya. Reina mulai menangis tersedu sedu di pelukan Raido yang tidak berbicara apa apa dan hanya mengelus rambutnya. Walau luka mereka sudah sembuh sendiri secara otomatis, namun keduanya sangat kelelahan dan tanpa sadar mereka tertidur.
*****
Terdengar suara alunan tembang yang di nyanyikan menggunakan alat musih tabuh, Raido membuka matanya dan melihat dirinya sedang duduk di tengah pepohonan purba dan rindang, di depan bawahnya dia melihat sebuah desa kuno yang sangat sederhana, seluruh rumah di desa itu di bangun menggunakan bambu dan jerami, para penduduknya yang berpakaian baju jerami dan menyematkan bulu burung di rambutnya berkumpul di tengah membentuk setengah lingkaran, beberapa wanita menari di depan dirinya dan alunan tembang yang dia kenal mengisi telinganya, sebagian pria duduk bersila membawa alat musik tabuh seperti genderang mengiringi tarian para wanita di depannya. Dia merasakan dirinya sangat bahagia, dia menoleh dan melihat Raidan berada di sisinya, sedang duduk bersama dirinya.
“Huh....ini...dimana ?” tanya Raido bingung.
Dia kembali melihat ke depan, ketika dia memperhatikan dengan seksama, dia melihat seorang pria yang bertelanjang dada, memakai celana jerami dengan tubuh kekar, kulit sawo matang, rambut panjang yang di kepang satu di belakang dan berwajah penuh dengan coretan duduk di podium, di sebelahnya terlihat seorang gadis berwajah sendu dan cantik yang sepertinya berbeda suku dari para penduduk desa dan memakai pakaian kimono ala negerinya, duduk di sebelah pria itu sambil menggendong dua orang bayi yang baru lahir.
“Bruk,” Raido menoleh dan melihat Reidan menggandeng lengannya kemudian merebahkan kepalanya ke pundak Raido. Terlihat Reidan tersenyum melihat kedua bayi yang di bungkus kain jerami dan sedag di gendong oleh ibunya. “Kaaak...kaak,” terlihat kawanan burung terbang dari dalam hutan di kejauhan, Raido merasakan dirinya berdiri dan ketika sudah berdiri dia merasakan dirinya sangat tinggi menjulang ke atas, dia juga melihat Raidan berdiri di sebelahnya. Para penduduk desa melihat keduanya berdiri di depan mereka, para tetua maju ke depan dan menyembah keduanya, tapi Raido merasakan tubuhnya melangkah melewati desa ke arah burung burung yang berterbangan keluar dari hutan.
“Baduuum...baduuum,” langkah Raido dan Reidan di sebelahnya menggetarkan tanah dan mengeluarkan suara berdentum. Raido melihat ke bawah, dia melihat perkemahan sederhana yang sepertinya baru di tinggalkan. Tiba tiba, “kyaaaaaaaaa,” terdengar teriakan dari arah desa, keduanya langsung berbalik dan berjalan menuju desa, ketika sampai, Raido dan Reidan melihat kondisi desa yang penuh dengan penduduk yang terbunuh, beberapa penduduk masih bertarung, tapi mereka tidak melihat wanita yang sedang menggendong dua orang bayi itu. Mereka hanya melihat pria yang duduk di sebelah wanita itu sedang menggendong seorang bayi dan melawan para penyerang yang berpakaian ala samurai.
Raido menjulurkan jarinya ke arah musuh musuh pria yang sudah sedikit terluka itu dan menekan para manusia itu dengan jarinya sampai rata dengan tanah, penduduk yang tersisa langsung menyembahnya dan mengelu elukan nama Raigan. “Groaaaaaaaar,” terdengar Reidan meraung di kejauhan. Raido merasakan dirinya berdiri dan berlari ke arah Reidan.
“Raigan, mereka membawa hime,” ujar Raidan dengan suara mengerikan menggunakan telepati.
“Bayinya ?” tanya Raigan.
“Mereka membawa satu bayinya,” jawab Reidan.
“Groaaaaaaaaaaaaaaaaaar,” keduanya langsung meraung kencang sambil menghadap ke atas.
******
“Whoaaaaah,”
Raido dan Reina bangun bersamaan, nafas mereka terengah engah dan keringat membasahi tubuh mereka, keduanya langsung menoleh melihat satu sama lain,
“Mimpi itu.....” ujar Reina.
“Ya...itu di sisi lain, tapi....siapa wanita dan bayi itu ?” tanya Raido.
“Ah...bisa kalian ceritakan padaku apa mimpi kalian, sepertinya kalian tidur nyenyak sekali,” ujar seorang pria.
Raido dan Reina langsung menoleh dan mereka melihat Toyoshi yang memakai seragam tentara berwarna hitam sedang jongkok di samping mereka. Di belakang Toyoshi terlihat ada banyak tentara yang sedang mengacungkan senapan ke arah keduanya siap menembak. Raido dan Reina terpaksa mengangkat kedua tangan mereka ke atas karena tidak ada pilihan lain,
“Baiklah, bisa kan kalian ikut dengan ku ke kantor, tenang saja, aku hanya ingin berbicara dengan kalian,” ujar Toyoshi sambil tersenyum.
Raido dan Reina saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka menoleh melihat Toyoshi yang tersenyum di depan mereka dan mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments