Chapter 2

Mereka masuk ke dalam rumah kosong yang berada di ujung jalan, Raido melemparkan Reina masuk ke dalam pagar dan dia melompat memanjat pagar, “prang,” Raido memecahkan kaca jendela dan masuk ke dalam, keduanya langsung duduk bersandar di dinding dengan nafas terengah engah. Setelah keduanya sudah tenang,

“Ayo ceritakan semuanya,” ujar Raido.

“Iya iya aku ceritakan,”

Tanpa menunda lagi, Reina menjelaskan semuanya, rupanya selama ini Reina adalah seorang pembunuh bayaran yang bekerja di dunia bawah dengan code name kunoichi karena dia seorang yatim piatu dan butuh biaya untuk hidup sama seperti Raido, banyak anggota gangster, mafia dan pebisnis pebisnis yang menyewa jasanya untuk melenyapkan saingan dan musuh mereka. Tapi hari ini Reina melakukan kesalahan karena dompet dan kuncinya terjatuh di tempat dia membunuh seorang bos gangster kecil yang mencoba mengambil lahan bisnis bos gangster besar.

“Astaga, kupikir yang di gosipkan di kelas itu benar kalau kamu memiliki sugar daddy atau om senang dan suka menjajakan tubuhmu,” ujar Raido.

“Hah...tentu saja tidak, kalaupun aku masuk ke hotel itu artinya aku sedang bersama targetku, kamu jangan salah sangka,” ujar Reina panik.

“Siapa juga yang salah sangka, aku hanya mendengar gosip di kelas, memang sih ketika melihatku, mereka semua berhenti bicara hahaha,” ujar Raido.

“Huh dasar,” balas Reina.

“Jadi sekarang bagaimana ? apartemenku berserta barang barangku di dalam hancur,” ujar Raido.

“Hmm termasuk smartphone kita berdua ya ?” tanya Reina.

“Iya grrrrr....” jawab Raido geram.

“Maaf, aku tidak menyangka mereka semudah itu melacakku, padahal aku sudah menunggu kamu keluar dari gedung tadi,” ujar Reina.

“Hah....kamu memang tahu pekerjaanku ?” tanya Raido.

“Baru hari ini aku tahu, awalnya aku juga mendengar gosip dari teman teman katanya kamu selalu berada di host club melayani para perempuan,” jawab Reina.

“Mana mungkin, aku kesana hanya mengambil bayaran atau bos ada perlu...eh..kalau kamu melihatku berarti sasaranmu ada di dalam gedung itu dong ?” tanya Raido.

“Yup, yang jawaranya kamu bunuh,” jawab Reina santai.

“Ah.....begitu, pantas klienku kasih bonus tadi,” ujar Raido.

“Bilang terima kasih dong sama aku,” ujar Reina.

“Terima kasih atas hancurnya apartemenku,” balas Raido.

“Sama sama, hehehe,” balas Reina.

“Bletak,” Raido menjitak kepala Reina saking geramnya, Reina langsung memegang kepalanya dengan kedua tangannya,

“Hei...kenapa kamu jitak aku ?” tanya Reina.

“Mikir aja sendiri,” jawab Raido.

“Kan aku sudah minta maaf, gimana sih,” balas Reina.

Raido menoleh melihat Reina, ternyata Reina juga terluka di bagian matanya, ketika Raido ingin menjulurkan tangannya untuk melihat luka Reina, tangannya menyibakkan rambut Reina dan dia kaget melihat mata Reina ternyata cukup parah dan terpejam. Berbeda dengan Raido yang terluka di bagian mata kanannya, Reina terluka di mata kirinya. Reina langsung menyingkirkan tangan Raido dengan menepuknya,

“Aku tidak apa apa,” ujar Reina.

“Kita ke rumah sakit,” balas Raido.

“Hah....kenapa ?” tanya Reina.

“Matamu harus di rawat, mataku juga, ayo !” Raido berdiri dan menarik tangan Reina supaya berdiri.

Reina tidak mau berdiri, dia menarik tangan Raido sampai akhirnya Raido kembali duduk disebelahnya,

“Kenapa ?” tanya Raido.

“Tidak apa apa, kita di sini saja,” jawab Reina.

“Tapi matamu....”

“Tidak apa apa, aku akan sembuh sendiri,” ujar Reina.

“Be..benarkah ?” tanya Raido.

“Kamu sendiri.....juga sama kan ? tadi sewaktu berlari aku menyadarinya” tanya Reina.

Raido melihat ke depan, dia mengangguk mengiyakan ucapan Reina. “Psssss,” asap putih mulai keluar dari kedua mata mereka, berangsur angsur mata mereka sembuh dan pulih seperti sedia kala tanpa ada bekas sama sekali. Keduanya terdiam tanpa bicara apa apa, namun diam diam keduanya saling melirik dan akhirnya saling melihat satu sama lain,

“Siapa kamu sebenarnya ?” tanya Raido.

“Lupa...aku tidak ingat masa laluku, kamu sendiri siapa ? aku sendiri heran, kenapa aku selalu berbicara dengan mu di kelas walau tempat duduk kita berjauhan dan tidak bicara dengan yang lain,” jawab Reina.

“Kalau aku jawab aku juga tidak ingat siapa aku dan sama sepertimu, aku tidak bicara dengan orang lain selain kamu, kamu percaya ?” tanya Raido.

“Setelah melihat matamu yang sembuh sendiri sama sepertiku, aku percaya,” jawab Reina.

Keduanya kembali terdiam dan tidak bicara lagi, suasana di dalam rumah kosong yang gelap itu kembali menjadi hening. Raido menoleh melihat Reina,

“Kamu....kenapa kerja seperti itu dan jangan jawab karena butuh uang ? padahal kan bisa kerja yang lain kalau hanya sekedar butuh uang, contoh kasir convinience store dan pelayan restoran, kita sudah berumur 18 tahun, sebentar lagi kita lulus sma, bekerja paruh waktu seperti itu harusnya tidak masalah, jadi tidak harus mempertaruhkan nyawa seperti itu kan ?” tanya Raido.

“Aku...tidak tahu, kamu sendiri kenapa bekerja seperti itu ? omonganmu barusan bisa untuk dirimu sendiri kan, pekerjaan itu membuatmu bonyok setiap kali masuk ke sekolah,” jawab Reina.

“Sama, aku tidak tahu, entah kenapa, aku baru merasa hidup di dalam pertarungan,” ujar Raido.

“Kalau aku bilang sama, kamu percaya ?” tanya Reina.

Keduanya kembali terdiam, Raido bersender kebelakang dan meluruskan kakinya, dia menatap ke langit langit. Reina menekuk kedua lututnya dan memeluknya sambil membenamkan wajahnya. Tiba tiba, “ting...ting...teng..tong,” tedengar alunan tembang yang di nyanyikan menggunakan piano, keduanya langsung berdiri dan melihat pintu basement,

“Tembang ini.....aku kenal tembang ini,” ujar Raido bingung.

“Aku juga kenal...tapi aku lupa, aku ingat aku pernah mendengarnya, bukan hanya pernah, sering,” balas Reina bingung.

Alunan tembang itu berasal dari basement, Raido dan Reina berjalan menuju pintu basement yang di tutup rapat, Raido membuka pintunya dan melihat sebuah tangga turun ke bawah, ternyata alunan tembang itu terdengar jelas ketika pintu di buka. Mereka melihat ada cahaya remang remang di bawah seperti cahaya obor atau lilin. Dengan perlahan, mereka melangkah turun untuk memeriksa sumber cahaya dan sumber alunan tembang yang mereka dengar. Tanpa mereka sadari, mereka mulai melangkah turun sambil bergandengan tangan.

Begitu sampai dan melihat ke dalam ruangan, mata kedunya langsung membulat dan mulut mereka ternganga karena melihat sebuah api besar melayang di udara tepat di atas pedestal tanpa ada lilinnya. Di belakangnya terlihat sebuah piano dan seorang gadis kecil berambut panjang memakai pakaian seperti dari suku asing yang tidak ada di bumi. Ketika melihat Raido dan Reina mendekat, gadis kecil itu menghentikan tembangnya dan menoleh melihat kepada keduanya dengan kepala miring. Raido dan Reina langsung terkesiap, karena mata gadis kecil itu terlihat hitam seperti tengkorak dan mulutnya tersenyum seperti bulan sabit,

“Ke..te..mu hehehehe,” ujarnya sambil mengangkat telunjuknya ke arah Raido dan Reina.

“Huh !” ujar keduanya bingung.

Sang gadis kecil turun dari kursi, dia mulai menyanyikan tembangnya tapi kali ini menggunakan suaranya dan ada liriknya, tiba tiba, “aaaagh...” Raido dan Reina memegang kepala mereka dan berlutut, kemudian mereka tersungkur jatuh sambil berpegangan tangan. Keduanya jatuh terlungkup dan pingsan, mata Raido dan Reina yang pingsan mulai bergerak gerak, tangan mereka menggenggam erat satu sama lain, sesuatu terjadi di dalam pikiran mereka.

******

“Baduum...baduum,” terdengar bunyi mendentum, Raido dan Reina merasa dirinya bergerak melangkah maju, mereka membuka matanya, “Groaaaaaar,” mereka mendengar diri mereka sendiri meraung, kemudian mereka melihat ke bawah,

[“Ap...apa ini...kenapa aku menjadi sebesar gedung ?” tanya Raido.]

[“Aaaaaaaaaa.....” terdengar Reina berteriak.]

Raido menoleh dan melihat seekor monster besar di sebelahnya, monster itu terlihat sedang memegang wajahnya sendiri dengan tangannya, monster itu menoleh dan melihat ke arah Raido, kemudian dia mundur ke belakang,

[“Ra..Raido,....ka..kamu....monster,” ujar Reina.]

[“Ha...monster itu....Reina ? kamu Reina ?” tanya Raido sambil melihat monster di sebelahnya.]

[“A..apa yang terjadi pada kita,” ujar Reina.]

[“A..aku tidak tahu....” ujar Raido.]

Tiba tiba, “Blaaaam,” terdengar ledakan besar di sekitar mereka, keduanya melihat ke arah ledakan, mereka melihat sebuah lubang hitam di atas mereka yang di kelilingi awan hitam dan berpetir, dari dalamnya keluar semacam makhluk berwujud seperti tentakel tentakel yang sangat besar dan menjijikkan karena banyak gelembung gelembung daging di tentakel tersebut. Keduanya melihat sekeliling, seluruh kota terbakar, gedung gedung tinggi hancur, banyak sekali monster monster kecil seperti laba laba, doggy dan kuda yang bekeliaran di jalan membunuhi manusia.

Dari ketinggian mereka juga melihat banyak sekali helikopter serbu, pesawat tempur dan pesawat pembom sedang berkejar kejaran dan menembaki monster monster yang beterbangan berwujud seperti burung besar binatang purba, selain itu mereka juga melihat banyak misil dan rudal melesat yang di tembakkan oleh artileri dan tank pembawa artileri ke arah para monster besar yang berwujud seperti manusia namun menjijikkan karena berwarna ungu dan tubuhnya penuh gelembung gelembung daging, monster itu memiliki sebuah mata besar di tengah dadanya dan tangannya berupa cula yang sangat besar.

Monster monster itu berasal dari gelembung gelembung daging yang pecah di tentakel tentakel raksasa yang terjulur dari dalam lubang hitam ke tanah. Raido dan Reina merasa mereka menoleh melihat satu sama lain dan mengangguk,

“Groaaaaaaaaaar,” keduanya meraung bersamaan.

“Baduuum...badum...badum...badum...” keduanya berlari menuju ke arah monster monster di depan mereka. Raido menabrak seekor monster bermata satu sampai jatuh, kemudian dia melompat menerkam monster itu dan menyabetkan cakarnya mencabik cabik monster di bawahnya sampai hancur berantakan,

“Groaaaaaaaar,” setelah itu dia meraung ke atas.

Dia kembali berdiri dan berlari menuju ke arah tentakel yang terjulur dari lubang hitam. Sementara itu, Reina juga mendorong seekor monster berbentuk badak besar bercula enam dengan tubuh seperti gelembung gelembung daging yang bersatu dan menjijikkan, dia mengangkat monster itu dan melompat membanting monster itu ke tanah kemudian mencabik cabiknya. Setelah itu Reina berlari menuju ke arah tentakel dari sisi yang berbeda. Keduanya bersama sama berlari menuju tentakel tentakel yang keluar dari lubang di langit sambil menghindari gedung gedung di sekitar mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!