Chapter 7

Wasit memberi aba aba untuk mulai, sang pemuda langsung maju menyerang Raido dengan tinjunya. Tapi ketika musuhnya maju menyerang, Raido malah terpana karena di penglihatannya pukulan musuhnya menjadi sangat sangat lambat, dengan tenang dia mengangkat telapaknya dan “duaaak,” dia menangkap tinju sang pemuda. Karena geram tinjunya di tangkap, sang pemuda berputar dan menyerang Raido dengan punggung tangannya, sekali lagi Raido menangkap pergelangan tangannya.

Kedua tangannya terkunci, sang pemuda menendang menggunakan lututnya yang langsung di tangkap oleh lutut Raido,

“Hmmm....dari gaya dan serangannya, aku tahu dia profesional, tapi kok semudah ini ?” tanya Raido dalam hati.

Langsung saja Raido mendorong lutut sang pemuda yang menempel pada lututnya menggunakan lututnya sendiri, “krek,” terdengar suara tulang patah, “gyaaaaaaaah,” sang pemuda berteriak, Raido reflek melepaskan kedua tangannya dan sang pemuda jatuh ke lantai sambil memegang lututnya. Wasit langsung menghampiri sang pemuda yang berteriak kesakitan dan berguling guling, dia memegang sang pemuda dengan erat untuk memeriksa kakinya, setelah memeriksanya, wasit berdiri dan berjalan ke arah Raido kemudian mengangkat tangan Raido yang masih tertegun bingung.

Suasana menjadi hening karena sebenarnya lawan Raido adalah favorit para pengusaha besar dan mafia yang menonton. “Plok...plok...plok,” seseorang bertepuk tangan, baru seluruh penonton memberikan tepuk tangan mereka walau perlahan. Raido berjalan melewati pria paruh baya yang merupakan bos dari lawannya, dia terlihat geram dan giginya gemeretak, kemudian dia mengambil smartphonenya dan memeriksa email. Wajahnya langsung berubah dan tersenyum sinis, Raido yang melihatnya langsung menghampiri pria paruh baya yang menyewanya,

“Sisanya ?” tanya Raido sambil membuka telapaknya.

“Baiklah,” pria itu memberi kode kepada anak buahnya.

Langsung saja anak buahnya memberikan koper yang di perlihatkan kepada Raido di awal, setelah melihat isi koper itu, Raido berjalan mengambil kaus dan jaketnya, kemudian dia berbalik dan melangkah keluar gudang. Selagi Raido berjalan, “dziiiing....crasss,” “bos...” teriak beberapa orang. Raido menoleh dan melihat pria paruh baya yang menyewanya terpental dengan kepala berlubang di tangkap oleh anak buahnya. Raido berjalan dan melangkah keluar dari gudang untuk bertemu Reina di tempat mereka berjanji bertemu.

Tapi ketika Raido keluar dari gudang, langkahnya terhenti dan dia langsung bersiap siap memasang kuda kudanya. Alasannya gadis kecil yang di temuinya berjalan ke arahnya dari antara mobil mobil yang terparkir dan melihat dirinya sambil tersenyum mengerikan.

“Mau apa kesini ? siapa kamu ? jawab !” teriak Raido.

Gadis itu tidak menjawab, dia memiringkan kepalanya sambil tersenyum seperti bulan sabit. Raido langsung maju menerjang berharap dapat menangkap gadis kecil itu. Namun usahanya sia sia karena gadis itu menghilang begitu saja dari pandangannya. “Gyaaaaaaaaaah,” terdengar teriakan dari dalam gudang, “bratatat...bratat...dor..blam,” terdengar suara tembakan beruntun dari dalam gudang mengiringi teriakan barusan. Raido berbalik dan berlari menuju pintu, dia membuka pintu dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat di dalam gudang. Pemuda yang menjadi lawannya berubah wujud menjadi manusia bertentakel menjijikkan yang menyerang dan membunuh setiap orang di dalam.

Para penonton pertarungan berlarian keluar dari gudang tapi mereka semua tertangkap oleh tentakel tentakel bergelembung daging yang berwarna hitam, darah segar mengalir menggenangi lantai ketika tentakel yang berjumlah banyak itu meremas para penonton yang di tangkapnya. Seorang pria paruh baya yang menyewa jasa sang pemuda dan yang menyewa jasa Reina, merangkak ke arah pintu keluar tempat Raido berdiri, tapi pemuda yang sudah bukan manusia lagi menoleh melihat pria yang merangkak perlahan ke arah pintu.

“Mau kemana ? bayar aku dulu,” ujar pemuda itu dengan suara mengerikan.

“To..tolong...tolong aku....aaaargh,”

Sebuah tentakel menghujam punggung pria malang itu dan “ohok,” pria itu memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tentakel yang masih menghujam punggungnya terangkat dan mengangkat pria itu melayang ke atas, kemudian tentakel itu membawa pria malang itu ke hadapan sang pemuda yang sudah berwajah buruk rupa dan memiliki tanduk seperti petir berwarna hitam di keningnya.

“Bayar aku !” ujar sang pemuda.

“Aaaaaaaah....sa..sakit,” teriak pria malang itu meronta kesakitan.

“Huh...mati,” ujar sang pemuda.

Sebuah tentakel lainnya langsung menghujam kepala pria malang itu persis di ubun ubun kemudian terus masuk ke dalam dan membelah dua tubuh pria itu dari dalam. Setelah itu, pemuda itu melihat ke arah Raido dan tersenyum,

“Sekarang....giliran....mu,” ujarnya dengan suara mengerikan.

Raido memasang kuda kudanya, kedua lengan dan kakinya berubah menjadi lengan dan kaki milik Raigan. Sang pemuda mengangkat tangannya, puluhan tentakel langsung melesat menyerang Raido di depannya. Raido menghalau tentakel tentakel itu menggunakan cakarnya dan berlari maju mendekati pemuda yang sudah terlihat bukan manusia lagi karena wajahnya sudah meleleh. Langsung saja Raido memukul perut sang pemuda dengan kepalannya dan membuat pemuda itu mundur ke belakang.

“Grrrrr....ternyata kamu sama denganku....mati....” teriak sang pemuda dengan suara mengerikan.

Dada sang pemuda membuka terbelah dua dan ratusan tentakel bagai ular menyeruak keluar menyerang Raido, langsung saja Raido menyilangkan tangan di wajahnya dan “graaaaaaah,” dia menghentak maju menyemburkan sinar berwarna hijau ke arah sang pemuda dengan mata merah menyala. Tentakel tentakel yang terkena sinar langsung terputus dan bergelimpangan di tanah seperti ekor cecak yang terputus. Tapi sang pemuda membuat tentakel tentakelnya menutupi dirinya membentuk perisai sehingga dia tidak terkena sinar Raido. Beberapa tentakel menyerang Raido yang menghindarinya tanpa menghentikan tembakannya.

Tiba tiba, “graaaaaaah,” sinar bewarna pink menghujam sang pemuda lurus dari atas dan tepat di kepalanya akhirnya menutupi tubuhnya. Raido melirik ke atas, dia melihat Reina sedang meluncur turun dengan kedua lengan dan kaki berubah menjadi milik Reidan sambil menembakkan sinar berwarna pink dari mulutnya.

“Gyaaaaaaah....ka..mu.....rupanya...ka..mu.....” ujar sang pemuda yang melihat ke atas.

Tubuhnya langsung mengabu karena sinar yang di tembakkan oleh Reina dan menghilang, seluruh tentakel yang berasal dari tubuhnya menciut kemudian mengering seketika, tentakel tentakel itu nampak sepeti batang pohon yang sudah kering dan berkerut. Raido berlari ke depan dan menangkap Reina yang jatuh kemudian menurunkan Reina.

“Makhluk apa sih itu ?” tanya Reina.

“Aku tidak tahu, yang pasti aku melihat gadis kecil itu ketika aku keluar dari gudang,” ujar Raido.

“Berarti orang ini ada hubungannya dengan gadis kecil itu ?” tanya Reina.

“Ada kemungkinan atau gadis itu menggunakan orang ini, (menoleh melihat sekeliling) ini gawat, kita harus segera pergi dari sini,” ujar Raido.

“Aku setuju,” ujar Reina.

Keduanya langsung berlari menuju pintu gudang, Raido menyambar koper dan jaketnya, suara sirene polisi mulai terdengar mendekat dari kejauhan. Keduanya berlari pergi dari komplek pergudangan,

“Kamu sudah di bayar kan ?” tanya Reina.

“Sudah, kamu ?” tanya Raido.

“Baru 80% di transfer ke rekeningku, trus dia mati, ya sudahlah,” balas Reina.

“Hei....pembahasan ini apa ga bisa ntar saja di apartemen ? kita sedang melarikan diri kan ?” tanya Raido.

“Oh benar juga heheh, maaf,” balas Reina.

******

Sementara itu, di dalam gudang, seorang gadis kecil melayang turun dan mendarat ringan di antara tentakel tentakel yang sudah kering, dia melihat separuh kepala sang pemuda yang tidak mengabu dan menendangnya,

“Gagal ya....tapi tidak apa apa, baru percobaan, (menoleh melihat tentakel kering yang berserakan) kembali padaku,” ujar sang gadis cilik.

Dia mengangkat tangannya dan seluruh tentakel tentakel yang sudah mengering bergerak merayap masuk ke dalam telapak tangannya. "Cucuit..." terdengar suara sirene polisi di depan gudang, sang gadis menatap ke arah pintu dan tersenyum lebar, mobil mobil polisi mulai berdatangan di depan dan cahaya lampu sirine mobil mobil itu masuk ke dalam gudang.

“Hehehe masih banyak bahan untuk percobaan, lagipula sudah cukup, teman teman pasti merasakannya hehehe,” ujarnya dengan suara mengerikan.

Para polisi yang turun dari mobil berlarian masuk ke dalam gudang dan tak lama kemudian, “gyaaaaaaaah,” “dor...dor...dor,” terdengar suara tembakan dari dalam gudang di iringi teriakan yang memilukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!