Chapter 9

Tak lama kemudian, ketika keduanya sudah membereskan piring piring yang pecah dan berganti pakaian dengan seragam sekolah, keduanya duduk di depan meja untuk menikmati sarapan mereka. Namun keduanya masih diam dan tidak berani menatap wajah masing masing, suasana pun menjadi kaku dan canggung. Raido yang ingin mengubah suasana, mengambil remote televisi dan menyalakannya,

“Breaking news, pagi dini hari, polisi menutup sebuah gudang di pelabuhan, terjadi pembunuhan besar besaran di dalam gudang, polisi polisi yang datang untuk menangkap pelaku karena ada laporan masuk, menjadi korban keganasan pembantaian semalam. Mohon warga berhati hati, karena polisi belum menangkap pelakunya dan masih menyelidiki lebih lanjut siapa pelakunya,”

Keduanya langsung tertegun mendengar berita di televisi, karena mereka pergi setelah mendengar sirene polisi mendekat semalam dan mereka merasa sudah membunuh pelakunya yaitu pemuda yang berubah menjadi monster tentakel.

“Siapa lagi pelakunya ?” tanya Raido.

“Hmm mungkin tidak gadis kecil itu, kamu kemarin lihat dia kan ?” tanya Reina.

“Bisa jadi, berarti gadis kecil itu sangat berbahaya dan manusia biasa tidak bisa melawannya,” ujar Raido.

“Dan masalahnya gadis kecil itu sepertinya mengikuti kita. Raido, bagaimana kalau kita bolos sekolah hari ini, setelah mendengar berita itu, mendadak aku malas sekolah,” ujar Reina.

“Aku mengerti, baiklah, kita bolos, tapi mau kemana ?” tanya Raido.

“Di sini saja,” jawab Reina.

“Hmmm, ok aku setuju, ngomong ngomong Reina, boleh aku melihat kartu pelajarmu ?” tanya Raido.

“Eh...kenapa ?” tanya Reina bingung.

“Ada yang mau ku cek, sayangnya kartu pelajarku ikut meledak bersama apartemenku,” jawab Raido.

Reina berdiri, dia membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah kotak kemudian membawanya ke meja, dengan ragu ragu dia membuka kotak itu, Raido bisa melihat di dalamnya Reina menyimpan barang barang kenangannya. Reina mengambil kartu pelajar, namun ketika dia menarik kartu itu keluar, secarik foto usang terbawa keluar dan jatuh di meja, mata Raido langsung membulat ketika melihat foto berisi seorang pria paruh baya berwajah ramah yang sedang berjongkok berpose merangkul dua orang anak kecil yang tidak tersenyum. Raido mengambil foto di meja,

“Foto apa ini ?” tanya Raido.

“Aku tidak tahu, ketika aku terbangun, foto itu sudah ada bersamaku dan kartu pelajarku,” ujar Reina.

“Aku juga ada foto ini, sama sepertimu, ketika aku terbangun foto ini ada di sebelahku,” ujar Raido.

“Benarkah itu ? berarti foto dua anak kecil itu....” balas Reina.

“Bisa jadi aku dan kamu,” balas Raido.

Dia membalik fotonya, di belakang foto ada tulisan R dan R, tanggal 13 tahun yang lalu dan “panti asuhan Amamiya.” Raido dan Reina saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian mereka memperhatikan kembali foto itu,

“Raido, ada yang aneh di foto ini,” ujar Reina.

“Apanya yang aneh ?” tanya Raido.

“Coba lihat sisi sebelah kanan sini, terlihat seperti di potong kan ?” tanya Reina sambil menunjukkan sisi sebelah kanan foto.

Raido mengangkat fotonya, ternyata Reina benar, setelah di amati, sisi sebelah kanan terpotong, tapi ada foto sebuah siku seseorang yang memakai pakaian putih dan tersamarkan dengan latar belakang di tambah kaki seorang anak kecil yang juga tersamarkan.

“Kamu mau lihat kartu pelajarku untuk apa ?” tanya Reina.

“Awalnya aku ingin memeriksa tanggal ulang tahun mu, aku ingin tahu apa tanggal ulang tahun ku sama denganku, ternyata jawabannya ada di foto ini,” jawab Raido.

Keduanya melihat tanggal yang tertulis di balik foto, ternyata tanggal itu adalah tanggal ulang tahun mereka dan kalau di hitung dari tahunnya berarti saat itu mereka berusia lima tahun. Raido mengantungi fotonya di kantung seragamnya, kemudian berdiri,

“Mau kemana ?” tanya Reina.

“Internet cafe, aku ingin mencari alamat panti asuhan ini, kalau bisa kesana aku mau kesana hari ini,” jawab Raido.

“Aku ikut,” ujar Reina berdiri.

“Ya...ayo,” ajak Raido.

Keduanya kembali berganti pakaian, kali ini mereka memakai kaus dan jaket hitam mereka, setelah keluar apartemen, mereka berjalan menuju internet cafe kecil yang berada di dekat apartemen Reina. Setalah di dalam, Raido langsung memeriksa nama panti asuhan itu di mesin pencari. Beberapa hasil keluar, kebanyakan isinya adalah berita tentang panti asuhan itu yang terjadi sekitar 10 tahun lalu. Hampir semua situs mengatakan kalau panti asuhan itu di tutup karena kematian misterius lima orang anak yang menghuni panti asuhan itu beserta penjaga dan pengawas mereka.

Seluruhnya meninggal dengan tenang dan terlihat seperti tidur, namun ketika petugas koroner datang ke panti asuhan itu, jasad ke lima anak itu menghilang dan menyisakan jasad para pengawas juga penjaga mereka. Raido menscroll ke bawah, keduanya melihat sebuah foto yang tampil di blog itu, Raido langsung mengambil foto dari sakunya dan mencocokkannya. Ternyata benar, foto yang ada di tangan Raido hanya potongan foto yang berada di sisi kiri, sedangkan di kanannya terlihat enam orang anak sedang berbaris berderet dengan dua orang wanita yang berdiri di belakangnya seakan akan merangkul mereka. Tapi setelah melihat foto anak anak itu, Raido dan Reina mulai merinding,

“Reina, kamu lihat apa yang ku lihat ?” tanya Raido.

“Iya....aku lihat,” jawab Reina singkat sambil merangkul lengan Raido.

Alasan mereka merinding karena mereka melihat gadis kecil yang mereka temui berada di barisan anak anak di sebelah kanan dengan pakaian dan wujud sama dengan yang mereka lihat di depan mata mereka waktu itu. Raido melepaskan pegangan tangan Reina dan langsung merangkul Reina, dia sendiri merasakan perasaan aneh di dalam hatinya ketika melihat keseluruhan foto dari yang mereka miliki.

Keduanya terdiam tidak bisa berkata kata, dengan perlahan Raido mengscroll mousenya untuk meneruskan membaca artikel di dalam blog itu. Di bagian bawah dia menemukan alamat lokasi panti asuhan itu berada. Raido mencatat alamat panti asuhan yang dia lihat di blog,

“Lokasinya di desa Kuragari, di kaki gunung Kageha,” ujar Raido.

“Kita bisa kesana naik kereta ya menurut keterangan di artikel,” balas Reina sambil membaca.

“Gimana menurutmu ? kita pergi sekarang ?” tanya Raido sambil melihat wajah Reina.

“Hmmm....ok, kita pergi sekarang, semoga di sana kita bisa menemukan jawaban tentang masa lalu kita dan monster yang ada di dalam tubuh kita,” jawab Reina.

“Baik, sekarang juga kita berangkat, kita pulang ke apartemen dulu untuk bersiap siap, setelah itu kita ke stasiun,” ujar Raido.

“Setuju, ayo Raido,” Reina berdiri sambil menarik lengan Raido.

“Tunggu, lihat dulu rutenya, sabar sebentar,” balas Raido yang tetap duduk.

Setelah memeriksa rute perjalanan menuju desa Kuragari dan mencatatnya, keduanya berjalan keluar dari internet cafe dan kembali ke apartemen mereka untuk bersiap siap. Setelah selesai, mereka kembali ke luar membawa tas punggung dan berjalan menuju ke stasiun untuk pergi ke desa Kuragari. Mereka tidak menyadari kalau di belakang mereka sang gadis kecil melayang turun dan melihat mereka dengan senyum yang lebar,

“He..he...he,” ujarnya sambil melihat keduanya berjalan.

Gadis itu terus menatap Raido dan Reina yang semakin menjauh dari pandangannya. Saat ini Raido dan Reina belum menyadarinya kalau kepergian mereka ke desa Kuragari adalah langkah awal perjalanan mereka bersama sama dan tidak akan kembali lagi ke kota mereka berada sekarang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!