Eps. 16

Abel tergagap, dia benar-benar salah.

"Bo-bos... Sebenarnya anak itu sepertinya menjadi korban perundungan di sekolah, ta-tapi tidak ada maslaha besar hanya pertengkaran anak kecil, dan dia berhasil mengatasinya,"

"Lalu??"

"Prioritas kami adalah menunggu anda sembuh, jadi saya menyembunyikan masalah ini," ucap Abel dengan yakin.

"Mati kau di tanganku keparat!!" Umpat Edgar yang amarahnya kini lepas kendali. Dia memutus sambungan telepon itu sambil memijit pelipisnya yang berdenyut karena anak buahnya yang tidak berguna.

"Edgar? Ada apa?" Rhea menghampirinya dengan tatapan khawatir. Gadis baik yang kini diujung masalah karena adiknya.

Edgar menghela nafas, dia memegang bahu Rhea dengan kedua tangannya, dia bahkan tidak berani menatap wajah Rhea," ayo ke sekolah Ahin, sekarang!" ucap Edgar tanpa menjelaskan apapun.

"Ada apa? Apa kamu tahu sesuatu? Katakan padaku?" Tanya Rhea.

Suaranya bergetar, terasa ketakutan dan kekhawatiran dalam ucapannya, yang membuat Edgar tak tega menyampaikan berita buruk itu.

"Rhea... Ahin... Sepertinya menjadi korban bully, aku belum tahu pastinya, oleh karena itu kita cari tahu ke sekolahnya!" Ucap Edgar dengan perlahan agar Rhea tidak sampai syok.

"Perundungan!? Haha... Hahaha... Ma-mana mungkin gar.. Ahin itu anak baik-baik, gak mungkin dia jadi korban perundungan!"

"Kamu jangan bicara sembarangan, kamu baru kenal Ahin!" Protes Rhea yang tidak terima dengan ucapan prianitu.

Wajar Rhea menyanggah ucapan Edgar, sebab yang dia ketahui selama ini, Ahin sangat bahagia dengan sekolah dan pertemanannya.

"Rhea... Seperti yang ku katakan, aku tidak yakin, tapi melihat noda darah ini, lebam di lehernya, juga perilakunya belakangan ini, bukankah sudah membuat kecurigaan!?" Ucap Edgar. Sungguh hebat pria itu masih bisa tenang menjelaskan kondisinya pada Rhea yang sebenarnya sudah hancur berkeping keping di dalam hatinya.

Rhea terdiam membisu, pikirannya kacau, dadanya terasa sesak hanya membayangkan adik yang dia sayangi jadi korban perundungan.

" Ayo kita ke sekolah Ahin," ucap Edgar.

Rhea menurut, mereka menutup rumah dan berangkat menuju sekolah Ahin untuk memastikan apa yang sebenarnya dialami oleh Ahin.

Sementara itu, di sisi terpencil jalanan kota itu. Sekelompok anak-anak sedang tertawa dengan begitu keras sambil memandangi seorang anak laki-laki yang diikat pada sebuah tiang di bawah jembatan .

Celananya dipeloroti, pakaiannya disobek-sobek dan tampak di tubuh atasnya lebam bekas pukulan benda tumpul yang tercetak jelas. Semuanya dia sembunyikan dengan bedak kakaknya.

Ahin sesak nafas, air matanya mengering, tak ada harapan baginya untuk lepas dari penderitaan itu.

"Hahahahah... Ahin lihat ini, apa ini kakakmu? Aku akan mengirim orang untuk menggodanya, dia cantik juga ya hahahahah..." Celetuk Riko, anak kebelet dewasa yang sok jagoan karena kekuasaan orangtuanya.

"Jangan kakakku!!! " Pekik Ahin di akhir kekuatannya.

"Jangan lakukan apapun pada kakakku, aku akan menuruti permintaan kalian selama kalian tidak menyentuh kakakku!!" Pekik Ahin sampai suaranya serak. Bibirnya berdarah, keningnya juga berdarah, dia sangat menderita tetapi tetap bertahan demi kakaknya.

" Hahahahah... Dasar anak yatim piatu sialan, anak miskin sok hebat, apa pintarnya dirimu hah!?"

"Gara-gara kelakuanmu aku dihukum di hari pertama masuk sekolah!! " Kesal Riko.

Hari pertama dia masuk sekolah, adalah hari di mana Ahin resmi bertugas sebagai Anggota Keamanan OSIS di SMA Swasta Bina Wahyu, salah satu SMA swasta yang cukup baik dalam bidang akademik.

Ahin memilih sekolah di sana karena program beasiswa bagi siswa berprestasi yang membantu keuangan keluarga mereka.

Ahin adalah anak yang berbakat dan penuh prestasi, dulu tubuhnya lebih berisi dan senyumnya selalu cerah. Tetapi sejak dia memberi hukuman pada Riko yang ketahuan mencuri uang adik kelas, Riko merundung anak itu habis-habisan sampai detik ini.

Plak!!

Plak!!

Plak!!

"Kau sudah jagoan hah!? Kau sudah hebat sampai sok menghukumku di depan siswa hah!? Dasar orang rendahan sialan!!" Pekik Riko yang tersulut emosi. Dia menendangi perut Ahin sampai akhirnya anak itu memuntahkan darah dari mulutnya.

Selain mereka yang bolos, ada beberapa anak SMA lain dan pria berbadan besar yang tampaknya adalah pengawal bocah sombong itu.

"Hahahaha... Lihat dia, anak miskin mau sok jagoan, mati saja sana!" Semua mengumpat, meludahi dan mempermalukan anak itu.

Hingga merekam aksi gila mereka dan dengan bodohnya mengunggah video itu ke publik.

Ahin pingsan di tempat, dia kelelahan juga kesakitan, tubuhnya hancur berantakan, sudah makanan sehari-hari nya ketika dia harus dirundung demi melindungi kakaknya.

"Kak Rhea... Kak... Rheaa... Maafkan Ahin kak..." Dia menangis pilu, dadanya terasa begitu sesak, tak ada tempatnya mengadu, satu-satunya yang ingin dia lindungi adalah kakaknya yang baik hati dan manis.

Pandangan Ahin semakin kabur, hingga akhirnya dia kehilangan kesadarannya. Cedera parah membuatnya tak kuat menahan siksaan, entah anak itu akan selamat atau tidak nantinya.

Sementara itu, Edgar mengerahkan anak buah Balck Dragon untuk mencari keberadaan adik Rhea yang tidak mereka ketahui ke mana.

" Kenapa begini pak buk!? Ahin anak yang baik, apa yang terjadi padanya hah!? Kenapa tak seorang pun bicara!?" Pekik Rhea di depan kantor guru SMA itu.

Semua guru diam, bahkan para siswa bersembunyi di dalam kelas. Ayah Riko adalah donatur utama sekolah itu, selain itu orangtua anak-anak yang bersekolah di sana memiliki hubungan kerja dengan ayah Riko.

Jika demi menyelamatkan diri mereka, menumbalkan Ahin yang adalah anak yatim piatu dan miskin bukanlah hal besar, seperti itulah isi kepala mereka.

Dada Rhea semakin sesak, saat mendengar dari para guru, bahwa adiknya sudah tidak masuk sekolah selama seminggu ini.

Ternyata setelah Abel mengantar Ahin ke sekolah, perundungan yang lebih keras menyerang Ahin hingga dia tidak bisa pergi ke sekolah dan setiap hari dirundung, dipermalukan oleh Riko dan gengnya.

"Hiks... Hiks... Hiks.. apa tak ada satupun yang tahu keberadaan Ahin!?" Pekik Rhea di tengah lapangan, berharap suaranya di dengar oleh semua anak yang ada di sana. Anak-anak juga ketakutan, pengaruh keluarga Riko sangat besar, sebab ayah Riko adalah salah satu Direktur sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang penerbangan.

"Kumohon!!" Pekik Rhea sampai dia bersujud di tengah lapangan. Air matanya mengalir begitu deras, dadanya terasa sesak, dia menyalahkan dirinya atas apa yang dialami oleh adiknya.

Hatinya hancur berkeping-keping.

"Rhea bangun Rhea, aku sudah mengerahkan orangku untuk mencari Ahin, kita tunggu kabar dari mereka," Edgar merangkul gadis itu, hatinya juga sakit saat mendengar ucapan para guru yang acuh tak acuh dengan keberadaan siswa mereka.

Edgar menatap seluruh sekolah itu, kebencian dan kemarahan bercampur aduk dalam benaknya.

"Riko ? Anak bajingan mana kau? Sampai seisi sekolah ini takut mengungkap perbuatanmu!!!" Batin Edgar.

Di saat yang sama, seorang anak perempuan berlari ke tengah lapangan sambil menangis sesenggukan, dia membawa ponsel yang kebetulan dipakai untuk praktikum.

"Kak... Ma-maaf... Hiks hiks hiks... Se-selamatkan Ahin... Riko melakukan ini semua, Riko dan gengnya setiap hari membully Ahin," ucap gadis itu sambil menunjukkan video perundungan yang diupload ke sosial media, menunjukkan wajah Ahin yang sedang dipukuli oleh para anak sok hebat itu.

Deghh...

Rhea terdiam membeku, hancur sudah hatinya saat melihat rekaman itu. Anak gadis di depannya juga ketakutan karena pengaruh keluarga Riko di sekolah itu.

" Setelah ini, tolong bantu saya... Mereka pasti akan mengincar saya juga," ucap gadis itu sambil menangis sesenggukan. Ketakutan membuat orang-orang yang dekat dengan Ahin menutup mulut, tapi melihat kejadian yang menimpa Ahin, hati gadis itu tak sanggup membiarkan.

Rhea berdiri, cepat-cepat dia berlari menuju lokasi. Jembatan itu dia kenali, tempat yang pernah dilalui Ahin dan dirinya, saat itu juga Ahin menunjukkan reaksi tidak biasa yang membuat Rhea semakin menyalahkan dirinya karena tidak peka atas ketakutan adiknya.

Rhea dan Edgar berlari dengan cepat, lokasinya tak jauh dari sekolah.

" Bos, anak itu di bawah jembatan!! Pelakunya melarikan diri!!"! Seseorang berteriak dari sebuah sedan hitam, membuat kedua kaki Rhea semakin cepat berlari.

"Ahin.. tidak... Adikku... Tunggu kakak... Tunggu kakak sayang!!" Ucap Rhea dengan jantung berdebar tak karuan.

Terpopuler

Comments

iin marlina

iin marlina

ngeri sekali bully ini, ayo Edgar hancurkan mereka.

2024-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!