Eps. 4

Pamflet memanjang yang dipajang di dinding rumah bahkan di bagian teras juga dipasangi benda bertuliskan "Jasa Tangan Seribu Gadis Biru".

Edgar mengernyitkan keningnya heran, lalu melemparkan pandangannya pada Ahin yang hanya mengulum senyum sambil garuk-garuk kepala melihat puluhan daftar pekerjaan berupa jasa yang ditawarkan Rhea pada siapa saja yang minta bantuannya.

"Hehehe..." Ahin tertawa cengengesan.

"Itu daftar pekerjaan yang bisa kami lakukan kak, kalau butuh bantuan lihat saja daftar itu, jika memadai kami bisa melakukan apapun!" Ucap Ahin sambil tersenyum polos.

Edgar melongo, dia membaca daftar itu," membajak sawah, memotong rambut, memotong kumis kerbau, memotong janggut kambing, memangkas rumput tetangga, merawat anak ayam, memperbaiki listrik, biduan dadakan...

"Menjadi pacar bohongan!?" Edgar membacanya dengan mata terbelalak

"Ahin? Ini konyol, siapa yang buat layanan jasa tidak masuk akal seperti ini!?" Tanya Edgar tak habis pikir.

"Pfthh hahaha.... Aku tahu kak, reaksimu pasti seperti itu hahaha... Semua itu pekerjaan yang biasa ditangani kakak,"

"Tapi karena ada masalah, seminggu ini layanan jasa tangan seribu kak Rhea ditutup sementara," tutur anak itu sambil garuk-garuk kepala menatap daftar layanan jasa yang disediakan kakaknya demi mencari sesuap nasi.

Edgar terhenyak, semua ini sangat berbeda dengan kehidupan yang dia jalani. Dirinya lahir dengan sendok emas di mulutnya, sejak kecil tidak kekurangan uang atau makanan, hanya kekurangan kasih sayang.

Meski memiliki masa kecil yang tidak menyenangkan, harta mendiang kakeknya cukup menghidupinya sampai dia bisa mencari uang sendiri.

Tetapi di sini dia malah bertemu dengan kakak beradik yang menawarkan berbagai jasa hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup hari ini.

"Kenapa tidak cari pekerjaan resmi saja ? Gajinya pasti lumayan dan stabil," tanya Edgar heran.

"Emmm.... Kak Rhea membenci perusahaan besar," terang Ahin sambil menunduk dengan tatapan sendu. Dia memilin jemarinya sambil mengingat kejadian pahit yang dialami kakaknya sampai membuat Rhea trauma dan sangat membenci orang-orang dengan jas dan dasi ketat yang mengikat lehernya.

"Kak Rhea pernah hampir dilecehkan oleh HRD perusahaan Robin Company, tidak cukup sampai disitu, Kak Rhea dituding sebagai selingkuhan manager tempat dia magang setelah di terima di perusahaan swasta, kak Rhea tidak serta merta berhenti, dia mencoba semuanya, tetapi karena fitnah dan ucapan jahat orang lain, kakak yang putus kuliah dipermalukan di depan publik,"

"Itu sebabnya, meski hidup miskin dan pas-pasan kami tetap bertahan, karena suatu saat nanti kami pasti bisa mendirikan bisnis kami sendiri," terang Ahin dengan senyuman getir yang tergambar di wajah polosnya.

Edgar terdiam, dia mendengar penjelasan Ahin satu persatu. Bagaimana kisah hidup kedua bersaudara itu dirangkai di atas jalanan penuh semak belukar dan duri tajam.

Meski penuh tantangan keduanya tetap berjalan dengan teguh dan menunjukkan pada dunia bahwa mereka bisa berdiri sendiri.

"Ahin, kenapa cerita hal yang tidak perlu pada orang asing!?" Suara cempreng gadis biru itu terdengar.

Rhea dengan wajah bengisnya memasuki ruang depan sambil membawa celemek dan pisau dapur. Sepertinya gadis itu sedang mempersiapkan bahan jualan untuk malam ini.

"Eh... Aduh... Hehehe... Maaf kak aku malah cerita masalah hidup, gak usah dipikir panjang, anggap Ahin tukar cerita dengan kak Edgar, sama-sama pejuang ceban, kita harus saling mendukung," ucap Ahin dengan polosnya.

Edgar berdeham," ekhm.... tak apa," ucapnya singkat. Tapi jauh di dalam hati dia sedang kesal karena disebut pejuang ceban, dia tidak semiskin itu wahai dunia!

"Nona, saya punya penawaran," ucap Edgar sambil melirik daftar layanan jasa yang disediakan Rhea.

Dia teringat dengan tujuannya bersembunyi di tempat itu.

"Apa kamu ada uang? Kalau gak ada, aku tolak!" Ucap Rhea dengan gamblang, tak ada basa basi dalam kamus bisnis gadis itu.

"Aku akan membayar mu dengan layak selama aku bisa tinggal di sini sampai urusanku selesai," ucap Edgar.

Yap!

Edgar memastikan untuk bersembunyi di rumah Rhea sementara waktu, sambil menjauh dari konflik antar keluarga yang sedang heboh di kediaman keluarga besar ayahnya.

Identitasnya sangat mengejutkan, dia salah salah satu orang besar di negeri ini, namun dia terkenal sebagai CEO Gate One sebuah Supermarket yang sudah beranak pinak hingga manca negara.

Dia adalah pimpinan yang tidak pernah menampakkan wajahnya di muka publik. Dia punya dua identitas, dan identitas lainnya adalah anak sulung keluarga Absalom yang tidak berguna, penyakitan dan bodoh!

"Apaaaaa?" Rhea berteriak kencang dengan suara melengking sampai. Membuat Edgar dan Ahin meringis kesakitan.

"Kaka Rhea!!"

"Nona suaramu!!"

Teriak kedua pria itu sambil menatap Rhea dengan wajah kesal.

"Ohohohih... Maaf-maaf, aku terlalu bersemangat, seperti aki-aki hidung belang ketemu daun muda uhuhuuuu..." Celetuk Rhea sambil tertawa cengengesan did depan keduanya.

Ahin dan Edgar saling menatap dengan tatapan datar mereka," dia pasti sudah gila!" Ucap keduanya tak habis pikir.

Rhea tertawa geli melihat kekompakan kedua pria itu. Padahal baru beberapa jam bersama, mereka sudah seakrab itu, seolah memiliki hubungan batin yang kuat.

"Jadi, jasa apa yang anda butuhkan tuan? Untuk setiap jasa, harga yang ditawarkan berbeda!" tutur Rhea.

"Akan ku sebutkan nanti setelah aku sembuh dan urusanku selesai," terang Edgar sambil menatap gadis itu dalam-dalam.

Wajah ceria dan rambut biru Rhea menarik perhatian pria itu. Semakin ditatap semakin membuat Edgar menyadari bahwa gadis itu sangat menawan.

Deg... Deg... Deg...

Dia menatap Rhea untuk waktu yang lama sampai jantungnya berdegup begitu kencang, untuk kali pertama Edgar menyadari dirinya merasakan sebuah percikan aneh di dalam hatinya.

"Apa ini?" Batinnya, dia tidak pernah merasa seperti itu. Sebuah perasaan ingin memiliki dan insting gila untuk memangsa gadis di hadapannya.

Tuk! Tuk!!

"Kenapa melamun agar agar!?" Rhea mengetuk kening pria itu sambil menatapnya heran. Tentu saja heran, karena sejak tadi Edgar hanya terdiam menatap dirinya.

Edgar mengedipkan kedua matanya sambil menggelengkan kepalanya," bukan apa-apa," jawabnya sambil menatap Rhea dalam-dalam.

Rhea terhenyak, bola mata hijau tua itu membuatnya berdebar, tanpa Rhea sadari dia telah ditandai oleh binatang buas yang hendak menandainya sebagai miliknya.

"Ekhmm.. kalau begitu aku lanjut kerja dulu, beristirahatlah, luka mu tidak akan infeksi, percaya padaku, jika kau ingin pulang, panggil keluargamu, aku siap bertanggungjawab," tutur Rhea.

Jelas dia adalah sosok yang bertanggungjawab juga mengingat jasa orang lain. Edgar hanya balas dengan anggukan kepala sembari menutup kedua matanya.

Rhea kembali melanjutkan aktivitas nya, menyiapkan masakan untuk jualan malam ini.

Kepala Edgar berdenyut, rasanya beban di punggungnya sangat berat. Namun tiba-tiba senyuman dan tingkah Rhea terbayang di kepalanya.

"Rhea.... Gadis yang manis," gumamnya sambil tersenyum tipis di wajahnya.

Edgar bertingkah aneh, tidak seperti dirinya yang biasanya suram dan benci melihat manusia lain. Kepada kakak beradik itu, dia menunjukkan sifat berbeda yang mungkin akan membuat seluruh bawahannya terbelalak.

Sementara itu, kekacauan besar terjadi di markas besar Black Dragon. Kabar hilangnya bos besar mereka membuat seluruh markas heboh.

"Bajingan sialan, apa saja yang kalian lakukan sampai Tuan Edgar hilang!???" Pekik pria berambut blonde dengan tatapan tajam bak Siberian Husky.

Di hadapannya, para anak buah tertunduk lemas sambil melirik satu sama lain. Menghadapi anjing gila ini saja sudah melelahkan apalagi menghadapi monster buas yang kini bertapa di kediaman Rhea.

"Tuan Xavier tenanglah dulu, tuan Edgar selamat, hanya saja dia tidak memberitahukan posisinya di mana saat ini!" Seorang pria blasteran Rusia Jepang menghampiri Xavier dengan wajah kesal.

"Apa!?? Apa kau bilang!? Dia selamat tapi menyembunyikan keberadaan nya dia anggap apa aku ini Lan!!!!!" Pekik Xavier sampai uratnya menegang saking kesalnya mendengar penjelasan Jean Lan, salah satu petinggi kelompok itu.

Bugh!!!

Satu pukulan mendarat di perut Xavier," berhenti berteriak, atau aku akan memotong lidahmu berengsek!"

''kau membuat kekacauan sampai semua anak buahku ketakutan, dasar bajingan!" Umpat pria lain dengan tatapan dingin bak pegunungan Alpen. Dia adalah David, sahabat baik Edgar.

"Kita akan menemui Edgar jika dia siap, serahkan semua padanya,"

"Saat ini kita diperintahkan membumihanguskan para keparat itu!" Ucap David dengan senyuman jahat di wajah iblisnya.

"Mereka tidak akan lepas dari masalah ini!" Ucap Xavier berapi-api sambil mencengkram kedua tangannya sendiri .

Lan melirik teman-temannya, anak buah yang menunduk ketakutan karena tingkah dua binatang buas di hadapan mereka itu memang sulit dikendalikan jika Edgar tidak di markas.

"Tuan, cepatlah kembali, lebih merepotkan mengurus dua binatang buas ini, apalagi jika sampai yang lain tahu," batin Lan penuh harap agar tuannya segera kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!