Bersulang

~ Jika dengan menjauh bisa memberikan kebahagiaan maka aku siap melakukanya.

Ke esokan harinya aku bangun pagi-pagi untuk memebeli bahan sayuran, saat sedang belanja nampak Ibu-Ibu di hadapanku melirik dengan sinis,

"Kamu Nayesha kan?" celetuk Ibu-Ibu tersebut yang mengarah padaku, mau tidak mau aku harus menjawabnya, "Iya Bu."

"Hoh, terus kamu kuliah?" imbuh nya lagi.

Aku pun menyahut, "Enggak, saya kerja."

Ibu-Ibu itu terus bertanya kepadaku, "Kerja di mana kamu?"

"Saya kerja di Coffe shop." balas ku sambil membayar sayuran ke abang tukang sayur.

Sebelum pergi aku berpamit pada Ibu-Ibu yang ada ditukang sayur, "Saya duluan permisi."

Selepas kepergianku Ibu-Ibu yang masih di tukang sayur langsung memulai gosipannya,

"Dengar gak? masa kerjanya cuman di Coffe shop." cakap Ibu-Ibu yang memulai pergosipan.

Sontak ada yang menyahut, "Iya ya, anak saya aja kerjanya bagus. uh! beda banget sama anak saya dehk."

Yang lain juga ikut menimpali, "Benar tuh, anak saya aja kuliah dapat beasiswa."

"Wah! hebat sekali anakmu dapat beasiswa." ujar Ibu-Ibu yang mendengarnya.

"Ya anak saya tuh pinter Bu, lumayan ada tanggungan dari beasiswa." jawabnya dengan bangga.

Ibu-Ibu yang tadi menimpali hanya mengangguk kepala sambil memilih sayuran,

"Lagian ya, orang tuanya Nayesha gatau kemana." ungkap salah satu dari mereka, membuat yang lain terkejut mendengarnya.

"Ah, masa sih?" tanya nya yang tidak percaya.

"Iya Bu, dengar-dengar orang tuanya cerai jadi salah satu dari mereka enggak ada yang mau membawanya." urai nya.

Ibu-Ibu yang ada di sebelahnya langsung menggeleng, "Ya allah kasian juga."

"Mungkin orang tuanya malu kali membawa anaknya yang begitu." Sontak yang mendengar langsung tertawa, tapi tidak dengan 2 Ibu-Ibu yang tidak berniat menimbrung dengan obrolannya. Ibu-Ibu yang mendengar mereka mencemohkanya orang langsung geram melihatnya. apa salahnya kalo tidak kuliah? masih mending anak itu bekerja, kenapa harus mesamakan dengan hidup mereka?

Diri ku merasa naik hitam kalo yang mereka bicarakan adalah anak perempuan ku, pasti mereka juga kesal toh jika anak gadis mereka di cemoohkan depan umum?

"Kalo mau belanja enggak usah gosip! yang ada malu sama umur." Sedikit menyindir untuk mereka. dengan cepat aku membayar sayuran ku tidak tahan jika harus berlama-lama dengan orang yang suka menggunjing. Ibu-Ibu yang membawa balita dan tidak ikut menggosip langsung tertawa pelan, memang pantes ditegur tuh Ibu-Ibu yang suka nyinyirin kehidupan orang.

****

"Nayesha apa stok barang masih ada?" tanya pemilik kafe.

Aku pun langsung menunduk hormat sebelum membalas, "Habis Bu, ini saya mau beli."

"Yasudah! cepetan kamu beli dengan Hasna." perintahnya.

Aku dan Hasna segera melenggang pergi untuk membeli bahan baku di pasar dengan mengendarai sepeda motor.

Berapa jam kita sudah kembali ke kafe dengan membawa barang banyak yang ada di tanganku dan Hasna. saat diriku membuka knop pintu seorang pelanggan datang,

"Mba, ini sudah buka belum ya?"

Aku dan Hasna saling pandang, dengan segera aku menyahut, "Iya kak, sudah buka."

Akupun menarik gagang pintu tersebut dan mempersilahkan pembeli untuk masuk,

Belanjaan yang berisi bahan baku di bawa oleh Hasna di dapur, sedangkan barang seperti gelas dan lain-lain aku yang bawa dan aku letakkan di tempat asalnya. namun aku mendekat ke arah Farhan sambil berbisik,

"Han, mejanya sudah di bersihkan?"

Farhan yang mendengarnya langsung menjawab, "Sudah beres."

Aku bernafas lega dengan berjalan ke arah meja kasir dan segera melayani pembeli yang ada di hadapanku,

"Caramel latte 2" pesan nya.

Aku pun langsung bertanya, "Ukuran small atau big?"

Pembeli langsung menyahut, "Big aja, take away ya mba."

Aku mengangguk kecil dan membuat struktur pembayaran, "Baik! saya ulangkan lagi, caramel latte 2 dengan ukuran big?"

"Iya benar." balasnya singkat.

"Tunggu sebentar ya kak." pintaku untuk membuat pesanan untuknya dan juga melayani pelanggan yang datang.

Sore hari kedua pemuda datang ke rumah seseorang dengan heboh, bahkan pemilik rumah melihat kedua orang yang telah menggangu menatapnya tajam ke arah keduanya.

"Lo aja yang bilang." ucapnya berbisik sambil menyikut ke arah lengannya.

"Loh kok gue? kan lo yang punya masalah." balasnya yang tak menerima.

"Iya, tapi kayaknya lo aja deh yang ngomong." cakapnya yang tidak berani untuk berbicara kepadaku.

Pemilik rumah melihat keduanya saling berbisik membuat pemuda itu pun berdeham untuk menyadarkan mereka. kedua pemuda itupun tersenyum dengan penuh arti ke arahku.

****

"Duh mana sih dari tadi enggak ketemu juga." keluh pemuda yang sudah menjadi gembel sekarang. lihat saja pakaianya yang mulai kusut ditambah keringatnya di mana-mana memberi kesan kuat aroma pada tubuhnya.

"Gue juga gatau ke mana." balas Pandu menanggapi perkataan Diffran tadi.

"Shit! kalo lo gatau ini carinya gimana." seru Diffran.

Pandu langsung berdecak mendengar Diffran yang mengeluh terus, "Brisik, lo cari aja sih."

Ketiga pemuda itu adalah, Diffran, Pandu dan Daniell. mereka sedang mencari sesuatu yang hilang, Pandu meminta tolong kepada Diffran untuk mencarinya lalu Diffran mengusulkan untuk mengajak Daniell karena peluang mendapatkannya semakin besar. Daniell hanya berpasrah melihat teman-temannya datang ke rumah lalu menyeret dalam permasalahan ini.

"Duh Bon. lo kemana sih." lirih Pandu.

Mereka bertiga terus mengedarkan pandangan, aku dan Diffran hanya tau Pandu sedang mencari Bonnie tetapi tidak menjelaskan secara signifikasi bentuknya. Diffran yang ingin bertanya Bonnie seperti apa, malah melihat Pandu berlari menjauh yang entah ke mana.

"Lah, woy mau kemana?!" teriak Pandu sambil berdecak melihat tingkah Pandu.

"Kita ikutin!" ajak Daniell ke arah Diffran untuk berlari menyusul Pandu.

Namun langkah Pandu sangat cepat, sehingga mereka kehilangan jejak,

"Perasaan tadi dia berlari ke arah sini." gumam Diffran sambil mengatur nafasnya dalam-dalam.

Daniell yang tengah mengedarkan pandangan tidak sengaja melihat seseorang yang mirip dengan Pandu, hingga Daniell menepuk pundak Diffran. Diffran yang tengah bingung mengikuti pandangan Daniell dengan gesit mereka langsung menghampirinya.

"Woy! maling lo ya?!" sarkas Pandu pada seseorang yang sudah berhenti di depannya.

"Sembarangan, ini tuh punya saya." tukasnya yang tak menerima dengan tuduhan Pandu.

Pandu dengan segera memperlihatkan sebuah bukti foto kalo iti adalah miliknya,

"Baiklah jika Paman tidak mengakuinya, saya akan melaporkan Paman atas pencurian." tegas Pandu.

Paman iti bergeming fan langsung berlari menjauh meninggalkan Pandu bersama sebuah kotak, dengan senang Pandu mengambil hewan peliharaanya. baru berapa menit ditinggal untuk berjemur sudah hilang saja, pikir Pandu.

Dari arah sebrang Daniell dan Diffran tergesa-gesa untuk melihat apa yang terjadi,

"Thanks! sudah membantu gue menemukan Bonnie." cakap Diffran membuat kedua pemuda menganga melihatnya.

Mereka bukan terkejut atas ucapan Pandu melainkan pada sesuatu yang di bawa olehnya, pemiliknya pun menyengir sambil memegang kotak yang berisi keong namun tidak menyadari bahwa kedua temannya sedang menahan kesal.

Jadi dari tadi kita hanya mengejar keong....? pikir mereka berdua. dengan segera Daniell dan Diffran mengumpati dengan kasar kepada Pandu, sungguh melelahkan sekali kau keong!

Menjelang malam Nayesha yang sudah selesai bekerja dirinya enggan pulang kerumah, melainkan berada di atap menatap gedung-gedung dengan silauan cahaya menyinari matanya. aku sedikit tersenyak mengingat hubungan yanh aku jalin bersamanya selama 9 bulan, seperti mengandung saja haha. aku sedikit stres memikirkan, apa begini caranya mencintai orang yang salah? aku ingin bahagia tapi aku tidak merasakan itu selama aku bersama dia. ayolah aku sangat muak dengan adanya sarang(cinta) tapi aku juga muak pada diriku yang tidak tegas kepada orang lain. selama menjalin hubungan aku selalu dibedakan dengan wanita lembut di luar sana, tapi aku hanya acuh saat dia tidak menyukai karakterku, lagian semua orang mempunyai versinya masing-masing. aku juga benci saat orang sempurna malah menghina orang lain, bukan orang lain saja orang terdekat bahkan keluarga juga ada sikapnya menyakiti batin maupun fisik seseorang.

Saat pikiranku sedang berkelut, langkah seseorang datang ke arahku,

"Tidak baik, orang galau ada di sini." Aku pun menyerengit saat seseorang sudah duduk di sampingku. sedikit heran tetangga satu ini pasti selalu ada dimana-mana, apa dia salah satu spesies alien?

"Kenapa lo lagi sih! bosen gue." sunggut ku.

Pemuda yang di sampingku tidak peduli atas ucapanku,

"Benerkan lo lagi galau." Dengan senyum mengejek kepadaku.

Aku pun langsung berseru, "Hei Daniell! lo tuh gak punya kerjaan apa? selain ganggu ketenangan orang."

Pemuda yang aku sebut adalah Tetangga ku sebelah yang bikin aku naik dengan kelakuannya,

"Gue pikir lo bukan orang jadi gue gangguin lah." jawabnya enteng.

Aku tidak menggubris ucapannya, melainkan menatap ke arah langit dengan nampak bulan sabit membuat diriku menjadi tenang.

"Apa ada yang mengganggumu?" Akupun hanya menggeleng sebagai respon.

"Yasudah kalo tidak mau mengatakannya." Pungkas Daniell.

"Huh! kalo pun bercerita kau pasti akan mentertawakan ku." imbuh ku.

"Tidak, jadi apa yang terjadi?" ucapnya penasaran.

Aku pun langsung menyahut, "I don't believe it."

"Aku berjanji tidak mentertawakanmu." jelasnya dengan wajah yang serius.

Aku sedikit bergeming, apa dia bakal paham apa yang akan ku ceritakan? kalo dia menganggapku bodoh bagaimana? dengan nafas gusar aku menceritakan tentang apa yang ada di dalam pikiranku saat ini. sontak dia tertawa membuatku mendengus sebal, "Kau sudah berjanji tidak akan mentertawakan ku."

Daniell langsung terdiam dan meminta maaf, "Aku tidak bermaksud begitu.... tapi sejak kapan? maksud ku, kau menjalani hubungan dengan seseorang yang kau belum temui?"

Aku pun mengangguk membuat dia menatap tak percaya, "Sudah lama, tapi akhir-akhir ini aku selalu badmood kepadanya."

"Kenapa bisa?" sahutnya heran.

"Aku juga tidak paham dengan itu." balasku.

Daniell langsung menatap serius ke arahku,"Apa kau berselingkuh?"

Aku menyerengit dahi ku bingung, "Apa aku terlihat seperti berselingkuh?"

Daniell menyahut, "Lalu?"

"Dia juga memasukkan foto perempuan tanpa privat no ku." seloroh ku.

"Seriously? mungkin itu hanya temannya." timpal Daniell.

Mungkin secara positive bisa dikatakan benar itu hanya temannya, tapi secara sisi negative tau lah tidak seperti seorang teman.

"Aku tidak masalah soal itu, tapi....." jeda ku.

Membuatku bernafas pelan entah rasanya ragu untuk mengatakannya,

"Dia sama halnya tergila-gila pada perempuan." Aku melihat Danie yang sedang terdiam, mungkin Daniell tidak memahami apa maksud ku.

Lalu Daniell menjawab, "Bagaimana kau tahu?"

"Walaupun belum bertemu, tapi aku sangat mengenal dengan karakter seseorang." sahutku.

Pemuda yang ada di sampingku langsung mengatup mulutnya rapat-rapat, tapi dia masih setia mendengar pembicaraanku,

"Dia berubah aku sangat tidak nyaman dengan lelaki seperti itu." ujar ku sambil bernafas pelan.

Melihat Daniell hanya terdiam membuat ku melontarkan pertanyaan untuknya, "Apa kau tahu sekarang bulan apa???"

Daniell membuka layar ponselnya sekilas lalu menjawab, "September."

Aku tersenyum miris saat Daniell menyebutkannya, "Ini adalah hari di mana aku akan melepaskannya, aku ingin dia berubah menjadi lebih baik seperti perkataanya, lalu aku ingin kita mencari kebahagiaan masing-masing."

Daniell melihatku merasa iba dan langsung menarik lenganku untuk masuk ke dalam dekapannya, aku merasa terkejut saat Daniell memperlakukan ku seperti ini membuat ku menjadi rapuh hingga air mata yang ku bendung jatuh dengan sendirinya, tak ada kata yang dilontarkan oleh Daniell hanya ini yang bisa Pemuda itu lakukan untuk membiarkan hatinya lega. dengan segera aku menghapus jejak air mataku dan menahan diri dari rasa emosionalku, Daniell seperti kakak laki-laki ku yang memiliki sifat perhatian, dengan tersadar aku melepaskan pelukannya.

"Dasar cengeng." kata Daniell sambil terkekeh.

Dengan tidak terima aku memukul perut Daniell hingga sang empu meringis memegang perutnya,

"Dipikir gue gatau kalo lo lagi galau kan."

Melihat reaksi diamnya membuat aku tersenyum senang, "Diam berarti benar haha."

Lalu dia membalas dengan menoyor jidatku, "Idih sotoy."

"Enggak galau tapi bikin sw nya galau." sindir ku kepadanya.

"Cuman gabut doang." kilahnya.

Aku mendelik mendengar ucapan darinya hingga dia melirik wajah ku yang mengitimidasi membuat dia mendesah pelan,

"Iya gue lagi break dengan seseorang, tapi gue gak terlalu galau."

Aku langsung menaikan satu alisku hingga dia menceritakan mengenai dia bakal melanjutkan studi di Canada.

"Jin-jja? kau sedang tidak mengeprank ku kan??" Daniell menggeleng membuatku ku menghela nafas pelan,

"Kau tidak bahagia sepertinya," Melihat ekspresiku yang termenggu, dengan cepat aku menggeleng tidak setuju. aku tidak mungkin bahagia melihat teman sekaligus menjadi brother akan meraih mimpinya di sana.

Aku memberi selamat sambil tersenyum, "Chukahaeyo, Gue ikut senang mendengarnya."

Ya walaupun di hati kecilku sangat ingin dia menatap di sini, tapi aku bukan keluarganya yang tidak bisa memaksa keputusannya.

"Gue akan pergi besok." ungkap nya sambil menatap lurus.

Akupun membalasnya sambil terbata-bata, "B-Besok?"

Sangat terkejut saat mengetahui berita dia akan pergi ke canada, namun sekarang aku lebih terkejut saat dia memgatakan akan terbang besok.

Daniell berdeham membuatku berlirih, "Tapi besok gue harus bekerja."

"Gausah repot-repot antarkan gue ke bandara." ucapnya seakan mengerti ucapanku.

Aku mendengus mendengar dia yang selalu kepedean, "Dih, orang gue mau nitip oleh-oleh juga."

Sontak Daniell tertawa, "Tentu, nanti gue bawain khusus buat lo. mau cowo yang modelnya bagaimana? nanti pilih aja."

Dengan geram aku memukul badannya bertubi-tubi, bisa-bisanya dia meledek ku seperti ini.

Pemuda itu hanya tertawa saat melihatku kesal dengan memukul, aku yang jengah langsung berhenti saat pandanganku melirik ke arah 2 cup coffe di sampingnya, sejak kapan dia membawanya? namun pemuda itu mengerti dengan tatapanku teralih pada yang di sampingnya. Daniell langsung menyerahkan kepadaku hingga aku menerima dengan senyuman tipis, memang sangat pas saat pikiranku sedang kacau sekarang, lalu aku mengangkat cup coffe ke arahnya Daniell yang melihat itu juga ikut mengangkat cup coffe dengan menempelkan cup punya milikku lalu...

Bersulang!!!!!

Kita langsung meminumnya sambil tertawa walaupun ini adalah hari terakhir ku bersamanya, sudah sangat cukup untuk sebagai salam perpisahan bagiku. ku harap dia mendapatkan semua mimpinya di sana lalu kita memandang langit malam yang cerah, biarlah hari ini akan menjadi memori untuk kami berdua.

*Tbc...

#Terimakasih sudah membaca silahkan melanjutkan bab selanjutnya yang akan di publish oleh author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!