Flashback 2

~ Ragaku baik namun batinku tidak.

Selepas latihan voli kami memutuskan untuk istirahat, saat Daniell ingin berjalan untuk mencuci muka, melihat ada seorang perempuan duduk sendirian dipinggir lapangan sambil menutup matanya.

Daniell pun langsung ikut duduk di sampingnya dan berdeham namun dia tidak mendengar karena tersumbat oleh aerphone. Mencoba untuk berdeham lebih keras benar saja dia membuka kelopak matanya dan terkejut melihat kehadiranku.

Astaga! apa dia melihatku menangis? batinku. Dengan buru-buru membuang wajahku ke samping untuk menormalkan ekspresiku.

"Aku tidak melihatnya," imbuhnya yang membuat ku terdiam membeku.

"Kenapa ke sini?" tanya ku singkat.

Dia pun sedikit berdeham dan mengatakan kalo tidak ada alasan untuk menemui ku.

Akupun mengangguk sebagai balasan,

"Kadang hidup memang tak sesuai apa yang kita inginkan," ucapnya serius.

Daniell pun langsung melanjutkan perkataanya, "Kalo seseorang ingin melihat keberadaan kita, carilah orang yang tepat."

Saat sedang memikirkan apa yang dia ucapkan, teringat dimana aku tidak di perlakukan tidak baik, sejak masih sd.

Mencoba untuk tidak memikirkan semuanya, namun sebagai manusia ternyata tak mampu membohongi diri.

Dimulut aku bisa sabar dan menerima semuanya, tapi hatiku sedikit tergores atas ucapan mereka.

Jujur aku tidak melakukan apapun tetapi orang -orang melihatku seperti jiji dan mereka tertawa atas penderitaanku. Memang kadang cerita tidak membuat hati tergores kita sembuh, apalagi kalo luka batinnya ditambah setiap harinya.

"Kau benar, tapi semua ini bikin aku muak." keluh ku sambil menatap lurus dengan tatapan kosong.

Lelaki itupun tidak tahu harus mengatakan apa, karena tidak tahu seberat apa masalahnya dan sedalam apa lukanya.

Namun seseorang datang memanggil dari arah belakang,

"Woi Daniell! ngapain lo berduan sama cewe begitu?" seru pemuda tersebut yang membuat kita berdua menengok ke sumber suara.

Pemuda itu terus Berbicara dengan seenaknya," Yang benar aja lo! Mending lo sama Chalista ketahuan dari segi apapun. Lah kalo dia?" Dengan tertawa mengejek ke arahku.

Aku pun yang mendengar dia mentertawakan ku langsung menatap sengit, memberanikan diri berjalan mendekat ke arah pemuda tersebut sambil tertawa renyah.

"Urusannya dengan lo apa kalo gue deket sama Daniell?" desis ku di kuping nya.

Lelaki itu tak menerima dan langsung mendorong tubuhku kasar.

"He! Gausah banyak gaya. Lo enggak liat muka lo ha? cih mending lo gausah hidup, enggak ada yang mau sama lo. Selain mencicipi tubuh lo doang!" hardiknya.

Aku yang mendengarnya hatiku sedikit berdenyut saat pemuda itu secara terang-terangan merendahkan ku.

Namun aku tersentak melihat Daniell memukul pemuda itu yang membuat mereka saling memukul.

"Gausah lo komentar dia dengan mulut sampah seperti lo!" sengit Daniell.

Daniell yang tidak menyukai perkataan Dera masih memukulinya entah setan apa yang masuk dalam tubuhnya, membuatku menarik lengan Daniell untuk segera berhenti.

Namun Dera berdecih dan mencibir, "Emang benar buktinya orang-orang pada jiji melihatnya." Sambil memegang perutnya yang sakit akibat serangan dari Daniell.

Daniell semakin geram mendengarnya, "Lo! cari mati....."

Belum sempat Daniell melayangkan pukulan, aku langsung berteriak untuk menghentikan perkelahian ini.

Aku menghadap ke arah Dera yang tadi merendahkan ku dengan tatapan sinis. Tak lama Daniell mematung saat aku memberikan pukulan yang seharusnya dia lakukan.

"Dengar ya. gue enggak peduli apa yang lo ucapkan, sekalipun lo ataupun satu dunia bilang gue jiji silahkan. Hina gue sepuas lo! gue tunggu karma suatu saat nanti. Karena karma real bagi orang yang udah sakit hati, gue harap lo salah satunya!"

Selepas mengatakan itu aku langsung pergi dari hadapan 2 pemuda dengan perasaan kacau, Mereka berdua tertegun melihat aksi ku yang berani mengatakan pada Dera.

Namun Daniell yang masih tersalut emosi langsung mencengkram kerah baju Dera dengan kasar.

"Lo enggak berhak mengatakan atas apapun itu, Der!" sarkas Daniell.

Dera tertawa mendengar peruturan dari Daniell,

"Kenapa lo belain dia sampai segitunya, oh apa lo pernah mencicipinya?" ejek Dera sambil tertawa.

Daniell mengepalkan tanganya namun mencoba untuk menahan emosinya.

"Gue dengar lo ketua club voli? Gimana kalo senen depan Lawan basket sama gue?" tantang Dera dengan smirk di wajahnya.

Dera tahu pasti Daniell tak akan mampu menandinginya karena dia tidak jago dalam hal basket.

"Hahaha, keberatan lo. Atau takut kalah sama gue?" ejeknya

Daniell mendengarnya berdecih, "Gausah banyak omong Kita buktikan saja, kalo gue yang menang lo harus menuruti perkataan gue."

"Oke, Kalo lo yang kalah siap-siap cewe itu harus done dari sekolah ini." putus Dera.

Sudah cukup mendengar peruntunan dari Dera, Daniell langsung melayang sebuah pukulan berkali-kali di wajah Dera membuat hidung Dera mengeluarkan banyak darah.

"Itu balasan! Karena lo udah berani bikin gue luka dan Nayesha." desis Daniell tajam dan pergi meninggalkan Dera yang sudah tak berdaya.

****

Daniell datang ke warkop untuk menghilangkan stres, sudah beberapa hari dirinya di skor membuatnya jenuh. Diffran yang sedang tidak sengaja melihat pemuda yang mirip dengan temannya pun langsung mendekat ke arahnya.

"Woi! Daniell?" Kepala Diffran sambil memutar nya ke samping. Apa benar itu temannya yang enggak ada kabar berapa hari? Daniell hanya berdeham melihat Diffran yang sudah duduk di sampingnya.

"Gila! Gue kira lo pindah. Waktu itu gue kerumah lo tapi sepi," tutur Diffran.

"Sementara menginap di rumah sepupu gue," jelas Daniell.

Diffran yang tidak mengerti langsung melontarkan banyak pertanyaan, mendengar Diffran menunding dirinya membuat Daniell membuka suara dan menjelaskan secara the point tentang masalah kemarin.

Diffran menyimak penjelasan dari Daniell yang membuat Diffran mengerutkan dahinya, dirinya tidak salah dengarkan? Apa tadi Dera? Ya Diffran mengenal Dera saat Smp. Dera terkenal club basket sering menang dalam kompetisi, namun siapa sangka dia seorang Kang bullying cuman dia menutupi dengan prestasinya.

Diffran juga tidak menyangka bahwa dia melakukan kepada perempuan juga, sungguh! Kalo gue berada di situ mungkin gue juga mendukung Daniell untuk memberinya pelajaran kepada Dera.

"Tapi Dan... Lo serius mau melawan Dera nanti?" cakap Diffran serius. Karena gue tahu tidak mudah melawan Dera.

Sejenak Daniell menyeruput coffe sebelum membalas pertanyaan Diffran.

"Ya walaupun gue enggak ahli main basket, bukan berarti gue harus menyerahkan diri bukan?" balas Daniell datar.

Diffran mengangguk Benar, emang orang yang ngerasa dirinya sempurna harus memberi pelajaran untuk hidup.

Cukup lama berbincang Daniell pun berpamit pada Diffran karena ada sesuatu yang harus di urus.

"Oke. Kalo ada apa-apa lo telfon gue aja, mungkin gue bisa bantu." pesan Diffran kepada Daniell, yang dibalas tepukan dipunggungnya dan segera melenggang pergi.

Malam hari Daniell sibuk pada layar komputernya tidak terasa kalo ini sudah larut malam, Daniell mengambil ponselnya dan melihat layar ponsel menunjukkan jam 00.00 malam. Daniell berpikir untuk memutuskan keluar untuk mengambil barang-barang keperluannya.

"Mau kemana Dan?" tanya sepupunya yang melihat Daniell yang berjalan tergesa-tergesa.Namun Daniell yang sudah melenggang keluar tidak tidak sempat menjawab pertanyaanya.

Mau kemana tuh anak jam segini? Monolognya pada diri sendiri.

Daniell yang sudah sampai di rumahnya, berjalan masuk kedalam dan menyalakan lampu untuk mengambil barang keperluannya Karena tidak mungkin untuk membelinya lagi.

Saat selesai mengambil barangnya pun bergegas keluar dari rumah, sebelum pergi Daniell melirik rumah Nayesha yang di samping dengan rumahnya. Ingin sekali untuk menemuinya dan memastikan untuk apa dia sudah baik-baik saja? Ah sialnya, aku tidak bisa melakukannya karena aku harus fokus untuk pertandingannya dengan Dera nanti.

Udah 3 hari Daniell bermain basket yang diajari oleh pelatih sepupunya, sepupunya adalah siswa Sma High Internasional. Dulu sepupunya ingin Daniell bersekolah bareng dengannya, namun Daniell menolak karena ingin bersekolah pada umumnya. Sepupunya tidak tahu soal masalah Daniell berantem dengan Dera, Daniell hanya meminta dilatih untuk pertandingan, Zeo pun tersedak air yang dirinya minum apa yang tadi dia katakan? Ah pasti dia sedang bergurau.

Namun Daniell mengatakan bahwa dirinya berbicara serius, tapi sejak kapan dia mau bermain basket? Waktu kecil saja kami berdua sering bertengkar karena sepupunya ini tidak mau bermain bersamanya.

Tapi kalo Daniell menceritakan semuanya Zeo tidak segan-segan untuk menonjok Dera habis-habis an, Zeo Prayoga ketua basket Plus dia pintar dalam akademik sains, yang membuat siswa-siswi di sana pada mengenalnya.

Daniell yang sedang bermain basket sendiri dengan fokus, dirinya tidak mau ada yang dikorbankan saat bola Jatuh menggelinding kebawah dirinya di kejutkan oleh pelatih, sepupunya dan juga teman-temannya Zeo.

Pelatih pun tersenyum menghampiri Daniell,

"Kemampuan yang bagus!" ujar pelatih Chaiden Barnard. Namun Zeo menggeleng tidak setuju.

"Belum bagus kalo belum lawan gue."

Zeo pun memanggil teman-temannya untuk bergabung dengannya. Daniell pun melihat ke arah Zeo yang sudah ada 3 orang di sana.

"Apa kau tidak mampu tamvan?" godannya membuat Daniell mendelitik geli.

"Mari kita lakukan saja tuan Zeo yang terhormat," balas Daniell yang membuat Zeo terkekeh.

Pelatih pun berada di tengah Daniell dan Zeo yang saling memancarkan aura datarnya, saat suara pruit ditiup Zeo dengan sigap merebut bolanya dan melemparkan kepada temannya bernama louis. Louis terus menggerakan badannya untuk menghindar dari lawan namun bola itu diraih oleh Daniell, Lincah sekali tuh bocah, pikir Louis.

Keivin dan Pian menghalangi jalan Daniell kesana kemari, Saat yang lain tidak mengetahui kalo Daniell tersenyum tipis, mengalihkan perhatian saat mereka lengah untuk mendriblle bolanya ke arah bawah hingga bolanya lolos dari pengawasan Keivin dan Pian. Daniell pun melompat membuat pelatih, Zeo dan temannya menganga Daniell seperti terbang dan memasukkan bola ke dalam ring yabg membuatnya mencetak score.

Pelatih meniup pruitnya kembali, Membuat mereka semua tersadar.

"Gile! Sepupu gue udah jago neh," puji Zeo dengan ekspresi meledek. Tentu saja Daniell memberikan sebuah toyoran di kepala Zeo membuatnya tertawa pelan, Demen sekali Zeo meledek sepupunya ini hahaha.

Pelatih pun juga angkat bicara, "Iya kemampuan kamu cukup meningkat, saya harap kamu terus berlatih ya."

Daniell hanya mengangguk kepalanya, apa setiap hari? Oh no!!! Ini saja rasanya aneh beda sekali saat bermain voli, batin Daniell.

"Gimana malam ini kita party?" ajak Zeo semangat.

Teman-temanya setuju, tapi Daniell bergeming berapa saat, "Baiklah."

Zeo pun Menatap pelatihnya dan mengajaknya untuk bergabung juga,

"Sorry I can't. Another Time," ucap pelatih.

Daniell pun mengucapkan terimakasih karena beliau Sudah meluangkan waktunya untuk mengajariku bermain basket. Pelatih Chaiden hanya berpesan kepadaku cara siasat yang benar dalam pertandingan, setelah itu kami berjabat tangan dengan pelatih Chaiden. Namun saat dia di hadapanku pelatih Chaiden memeluk sebentar dan menepuk punggung ku. Pelatih Chaiden Pun melenggang jauh yang sudah tak terlihat oleh kami.

"Oke, mari kita siapkan Party buat sepupu gue yang tamvan!!!" kata Zeo sambil tersenyum merekah di wajahnya.

*Tbc...

#Terimakasih sudah membaca silahkan melanjutkan bab selanjutnya yang akan di publish oleh author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!