~ Teruslah tersenyum walaupun itu palsu.
Hari pertama ku masuk Sma sedikit melelahkan Karena mengikuti mos dan mengikuti kegiatan lainnya. Saat kakak kelas membubarkan, siswa-siswi pun langsung berhamburan keluar ruangan. Aku melihat jam tangan dipergelangan tangan ternyata sudah sore dan aku memutuskan untuk pulang.
Malam harinya berniat untuk membeli coklat di supermarket, saat selesai belanja aku melangkahkan kaki ku untuk pulang. Namun saat dari jauh tidak sengaja aku melihat ada anak laki-laki sedang duduk di depan pagar yang bersebelahan dekat rumah ku, sedang apa dia disitu? Pikirku heran.
Akupun tidak ingin pusing memikirkannya dan melanjutkan langkah ku untuk sampai ke rumah sambil membawa belanjaan yang aku beli, tapi pikiran ku semakin penasaran menghentikan langkah ku dan memastikan anak laki-laki yang aku lihat tadi. Mencoba menengok ke belakang rupanya anak laki-laki itu masih ada di sana sambil menangis. Buru-buru melihat apa yang terjadi ternyata anak itu mengenggam sebuah aquarium ikan yang sudah mati.
"Hey! Kenapa kau menangis?" tanya ku membuat dia mendongak menatapku. Seakan tahu aku mendekatinya tetapi dia tidak mempedulikannya.
"Ternyata ikanmu mati?" cakap ku lagi.
"Aku tidak bisa hidup tanpa Jones," ungkap nya sedih.
"Jones?" Mengerutkan dahiku bingung.
"Apa dia enggak suka tinggal sama gue ya makanya dia ninggalin gue," lirihnya membuatku terdiam atas ucapannya.
Namun dia melirik ku dengan bingung,
"Kenapa? Padahal Jones udah gue anggap seperti keluarga gue sendiri," Imbuhnya.
Sedetik kemudian aku melihat lelaki itu mengeratkan aquariumnya, dengan heran aku menyerengit ke arah benda yang ada di dalam air tersebut.
"Oh Jones itu Ikan lo?" Yang paham asal pembicaraan tadi. Dia pun mengangguk pelan.
Yaampun ternyata Ikan toh. nih orang tendang aja gak sih aelah, gerutu ku dalam hati.
Aku penasaran kenapa tidak membeli Ikan yang baru saja? Kenapa harus menangis seperti itu? Ternyata dia menceritakan sedikit kalo dia mendapatkan Ikan itu dari almarhum kakeknya sebelum wafat. Aku pun berpikir kenapa tidak membawa dia ketoko serba ikan?
"Hm, ayo ikut gue!" perintah ku sambil menarik lengannya. Dia pun mengikuti sambil menggengam aquarium itu sampai ke tempat toko tersebut.
Toko serba ikan? Membaca tulisan spanduk Yang terpajang di atas dan aku tidak membalas ucapannya dan langsung menarik ke dalam toko.
"Bantulah aku mencari kan Ikan," kata ku kepadanya.
Tetapi dia terdiam sambil memperhatikan ruangan yang dipenuhi aquarium di setiap sudutnya. Tersadar aku sudah tidak ada di depannya dia pun berjala mengikuti ku.
"Mencari Ikan yang seperti apa?" tanya nya membuat ku sedikit berdeham.
"Seperti Ikan kesukaanmu," balas ku.
Ekspresi dia seakan berpikir, aku pun juga bingung harus membelikan ikan yang mana, karena aku tidak tahu jenis Ikan apa yang bagus. Apa aku harus memberikan Ikan yang berbenjol itu? Ah entahlah, bingung juga lebih bingung saat membeli pakaian.
"Loh dia di mana?" ujar ku pelan saat dia sudah tak ada di belakang ku.
Aku menghampirinya ternyata dia sedang melihat Ikan berwarna hitam dan sedikit berwarna di ekornya.
Aku pun berdeham membuat dia tersentak,
"Aku tidak sengaja melihat ini, bagaimana kalo yang ini?" unjuknya yang membuatku sedikit bergeming melihat harganya.
"Ku rasa kau menyukainya," celetuk ku.
Namun dia tidak sengaja mendengar ucapanku pun menyerengit bingung, lalu aku aku pun membawa aquarium tersebut dengan ukuran yang kecil.
"Berapa ini pak?" tanya ku kepada pemilik toko. Ternyata harganya seperti belanja bulanan ku sekitar 5.000, tidak apalah sesekali aku beramal dengan orang.
"Yaudah Pak, saya mau ambil yang ini." pinta ku.
Pemilik toko pun mengangguk dan memproses pembayarannya. Kami pun berjalan keluar yang ditemani aliran angin yang sejuk. Setengah perjalanan dia melirikku yang tengah mengenggam aquarium juga.
"Ternyata kamu suka Ikan juga," Entah itu sebagai pertanyaan atau hanya kalimat biasa membuatku memberhentikan langkah dan menatap cowo tersebut yang ikut langkahnya terhenti.
"Hm. Sepertinya Ikan ini lebih bermanfaat kalo sama lo. Tolong jaga baik-baik Ikan gue ya," tuturku.
Namun yang dibuat bingung olehnya,
"Yaudah kalo gabisa jaga Ikan ini....." belum sempat aku melanjutkan kalimat ku Daniell lebih dahulu menyelaknya dan mengangguk.
"Tentu saja bisa." ujarnya cepat.
Akupun sedikit tersenyum dan memberikan Ikan yang kami beli tadi. Syukurlah dia mau mengambilnya, berarti tak sia-sia aku membelinya.
Daniell pun menaroh kedua aquarium tersebut di tanah membuat ku menyerengit bingung.
"Daniell, is your name?" sapanya sambil mengelurkan tangannya.
"Nayesha Arkhava," balas ku singkat.
Daniell mengangguk kepalanya dan menatap ku.
"Makasih ya, Ava." sambungnya dengan senyum di wajahnya.
****
Daniell yang melihat aku melamun mendekatkan wajahnya ke arahku sambil melambaikan tangannya, Daniell yang kesal langsung memukul pelan kaca helm ku hingga aku tersentak.
"Ada apa?" Aku pun hanya menggeleng sebagai balasan. Namun dia menatap ku penuh mengitimidasi.
"Jangan bilang lamunin gue ya?" pedenya membuat ku merasa mual.
"Minggir! Sebelum gue lindes Shipper lo nanti."
Melihat Daniell sudah menyingkir aku pun bergegas untuk masuk ke dalam dan mengunci pagar secepatnya.
Shipper? Oh iya Simon gue!!! gumam nya sambil berlari menuju ke rumahnya.
Shipper adalah kucing jantan peliharaannya, enggak segan-segan Shipper sering kepergok mendekati aquariumnya. Pernah sekali melihat Daniell berdebat dengan Shipper, gara-gara shipper ingin memakan Ikan miliknya. Kasian si Shipper selalu terniscayakan hahah.
****
Ke esokan harinya Pak Hendra menyuruh khusus siswa-siswi Xll pun untuk datang kesekolah untuk membahas acara perpisahan untuk minggu depan. Akupun bergegas datang ke sekolah, ternyata aku melihat Tania baru sampai menggunakan ojol. Tania pun menghampiriku dan kita berdua langsung masuk ke kelas bersama, rupanya di kelas cuman siswi nya saja yang baru datang, apa emang sudah tradisi kalo cewe selalu datang pertama namun cowo malah sebaliknya?
"Sha. Gue ke toilet dulu ya," Aku pun hanya mengangguk dan merebahkan kepalaku di meja.
Berapa menit kemudian Pak Hendra datang bersama Pak Omar, lalu menanyakan apakah muridnya sudah lengkap atau belum. Avira selaku ketua kelas di perintahkan untuk menelpon teman-temannya yang belum datang.
"Yesha. Tolong hubungi Daniell ya," pinta nya sambil mengeluarkan pupe eyes nya.
Akupun membuka ponselku dan mencari kotak tersebut dan langsung mengirimkan pesan kepadanya, namun tidak ada balasan olehnya.
"Loh Pak Omar dan Pak Hendra sudah datang dari stadi, Sha?" bisik Tania yang baru datang di sampingku. Aku pun mengangguk sambil fokus ke arah ponsel. Berapa detik kemudian para siswa yang baru datang dengan segerombolan namun aku tidak melihat Daniell dan teman-temannya di sana.
"Udah semua ini?" tanya Pak Omar.
Avira menyebutkan kalo Daniell dkk belum datang, apa dia tidak datang ya? batinku.
"Yasudah kita mulai saja, nanti teman-teman kamu yang belum datang di informasikan saja," jelas Pak Omar.
Saat ingin memulai, ada suara berat seseorang dari luar datang dengan mengetuk pintu.
"Maaf Pak kami telat," ungkapnya.
Yang membuat semua menengok ke arah sumber suara ternyata Daniell, Diffran, Pandu dan Nick. Lalu mereka duduk di bangku masing-masing. Pak Omar langsung menjelaskan mengenai keberangkatan dan acaranya di sana.
"Oke! Yang belum mengikuti ujian nasional dan ujian lainnya tidak boleh ikut tour Xll."
Membuat siswa-siswi pada saling pandang,
"Nah lo Zik, Gaboleh ikut lo." ledek pemuda yang ada di sampingnya membuat Rizik tak terima.
"Enak aja lo bilang, gue udah selesai duluan kaleh," ungkapnya pede.
Pak Hendra yang melihat pada heboh langsung mengebrak meja membuat satu kelas kembali tenang.
"Sudah-sudah apa kalian paham apa yang tadi saya jelaskan tentang perjalananya?" tanya nya tegas.
Siswa-siswi pun menjawabnya dengan kompak, "Sudah!"
Lalu Pak Hendra berbisik kepada Pak Omar, "Apa ada yang mau di sampaikan lagi?"
Pak Omar menggeleng yang membuat Pak Hendra mengangguk.
"Oke baiklah. Jangan lupa kalian mempersiapkan apa yang harus di persiapkan, dan juga mental. Saya tutup sampai di sini kalian boleh pulang." tuturnya sambil melenggang keluar ruangan.
Selepas kepergian Pak Omar dan Pak Hendra, aku tidak sengaja melihat Daniell yang sedang fokus bermain game di ponselnya. Berapa menit kemudian dia berjalan keluar sambil mengambil jaket miliknya. Saat aku hendak ingin pulang seseorang menepuk pundak ku.
"Yesha! Mau ikut makan-makan bareng kita?" tanya Garvita Freya.
Seakan tahu jawaban ku mereka semua langsung menyeretku keluar menuju kantin tidak lupa aku juga ikut menyeret Tania.
"Kalian tunggu di sini, biar gue aja yang beli bersama Dira," Saat mereka berdua sudah pergi, aku dan Tania duduk bersama di mana ada Giana, Julita, Tari dan Avira.
Berapa jam kemudian Vita dan Dira datang dengan 2 bungkus plastik besar dan menaruhnya di atas meja.
"Nah baru juga di omongin," lontar Giana sambil membuka minuman yang sudah ada di meja.
"Widih pada omongin apa neh?" sahut Dira kepo.
"Omongin kapan lo jadi janda hahaha." jawabnya sambil tertawa. Vita yang geram langsung memukul kepala bulatnya si Julita.
"Oke. Mari kita nikmatin makanan nya guys!" seru Avira.
Membuat kita Langsung menyerbu makanan sebelum dingin.
Selepas acara makan di kantin tadi, aku langsung menuju parkiran, saat hendak memakai helm aku melihat Daniell sedang berlari seperti orang kesetanan.
"Woi Yesha! Hosh.... Hosh... Hosh" Sambil mengatur nafasnya dalam-dalam.
Aku pun langsung menyerengit, "Kenapa?"
Daniell tidak menjawab melainkan dirinya bergumam pelan, "Padahal kakinya kecil kalo jalan cepat juga."
Aku pun sedikit mendengarnya langsung melotot atas apa yang dia ucapkan.
"Apa lo bilang?" sahutku yang membuat sang empu meringis pelan.
"Enggak. Cuman menyapa aja," Aku pun langsung melongo mendengarnya.
Ya allah nih orang ngapainsih kurang kerjaan apa? Batinku.
Aku pun langsung melajukan motor ku, persetan tidak mempedulikan Daniell sedang memperhatikan ku dengan mata yang begitu menyipit.
Kenapa buru-buru sekali? Padahal ingin mengatakan sesuatu tapi aku mengurungkan niat untuk mengatakannya.
Daniell yang keluar dari ruangan kelas, untuk menghampiri Pandu yang mengajaknya bermain voli, Daniell berpikir sudah lama dirinya tidak mengasah kemampuannya.
Selepas bermain voli dengan Pandu, Daniell mengelap keringatnya, tak berselang lama ada 4 siswi cantik datang menghampiriku untuk meminta foto.
Daniell bingung harus membalasnya bagaimana, memang diriku sering menggoda banyak cewe tapi itu sebagai hiburan. Hiburan bukan berarti memakai cuman senang menjaili apalagi bikin mereka salting.
Daniell pun hanya bisa tersenyum simpul menanggapi namun diriku melihat seseorang perempuan sedang berjalan memakai aerphone sambil tertawa bersama temannya, padahal dulu tidak ada yang mau mendekatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Marii Buratei
Bagus banget ceritanya, thor jangan berhenti menulis ya!
2024-02-28
0