~ Pengorbanan tak semua orang bisa melakukannya.
Hari pun berlalu, berganti hari dimana hari ini Daniell bertanding dengan Dera. Daniell masih tidak percaya diri, apa dirinya bisa memenangkan dalam latihan sekejap? Namun apapun yang terjadi dirinya harus melakukan yang terbaik.
Daniell sampai ke sekolah jam 06.30 biasanya Dirinya datang telat karena ini awal dirinya kembali masuk dan melaksanakan upacara mau tak mau dirinya harus berangkat pagi.
Saat Daniell berada di depan kelas semua orang melihat ke arahku, saat Daniell melangkahkan kakinya seseorang datang dari arah belakang membuat heboh.
"Woi lah, sohib gue! Masuk-masuk tambah ganteng aja nih," ledek Diffran membuat Daniell jengah mendengarnya.
Tak menghiraukan keberadaan Diffran, Daniell menginjakan kakinya ke ruang kelas, namun mata ku bertatapan dengan mata coklat milik Nayesha. Dengan segera aku membuang pandanganku ke arah lain dan berjalan ke tempat kursi.
Kring!
Istirahat berbunyi siswa-siswi berjalan berbondong-bondong keluar ruang kelas, Namun saat Daniell keluar kelas Nayesha tidak sengaja melihat Dera sedang menghalangi Daniell, namun tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Lalu Dera berjalan dan sengaja menyenggol tubuh Daniell langsung melenggang dari sana.
Aku ingin meminta maaf kepada Daniell Karena sebab dia membelaku dia menjadi kena skors, Ya aku mendengar bisik-bisik dari toilet, melihat ada 3 siswi dari kelas Ilmu pengetahuan yang sedang bergosip di westafel.
"Pada tau gak sih kalo Dera masuk rumah sakit?" ucap perempuan itu dengan heboh.
Aku yang kebelet buang air kecil tak sengaja melihat mereka membuatku mengurungkan niat untuk masuk ke dalam toilet.
"Ah, serius lo?" Cewe yang berambut coklat mengangguk bahwa Itu berita asli.
Aku yang tersadar Berdiri di balik tembok Toilet, ngapain dirinya Jadi menguping seperti ini? lagian toh dia malas mendengar gosipan.
"Dan satu lagi, lo pada kenal Daniell kan dari kelas Bahasa dia di skors! Ko bisa ya?" timpal cewe berambut coklat lagi.
Aku yang baru ingin membalikkan tubuh, mematung saat mendengar perkataan dari dalam membuat langkah ku terhenti.
What! Jadi selama ini dia di skors? gumam ku pelan.
Aku pun berjalan mendekatkan telingaku untuk mendengar kelanjutannya Tapi jaraknya sedikit menjauh untuk tidak ketahuan oleh mereka.
"Katanya mereka berdua berkelahi." sahut perempuan yang berambut pendek. Cewe berambut panjang pun menyerengit tidak percaya dengan ucapan temannya barusan.
"Serius! Ini tuh sudah ke sebar luas seluruh Murid Sma Citra Unggul." Yang membuat mereka terdiam memberhentikan gibahnya, dengan segera aku yang tadinya kebelet sudah hilang selera memilih untuk buru-buru melenggang dari sana.
****
"Jangan lupa apa yang tadi gue katakan," ucapnya yang sedang mengobrol dengan seseorang.
"Apa tidak terlalu berisiko?" sahutnya yang membuat pemuda itu menggeram.
"Sudah kau urus saja dengan benar!" perintahnya tajam. Dia pun mengangguk yang membuat pemuda Itu tersenyum penuh arti.
Sore ini dimana lapangan Sma Citra Unggul sudah hadir banyak siswa-siswa yang ingin menyaksikan pertandingan basket antara Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Bahasa. Semuanya pun semakin penasaran dan semakin heboh tentunya.
"Lo ngapain mondar-mandir ke setrikaan rusak dah?" heran Avira yang melihat Nayesha mondar-mandir di depan kelas.
Nayesha menggeleng membuat Avira semakin bingung.
"Lo enggak mau kelapangan kan ada pertandingan..." Belum sempat melanjutkan Nayesha sudah memotong pembicaraan Avira.
"Gue mau ke perpus, duluan ya." kata ku cepat yang langsung melenggang dari hadapan Avira.
Nayesha yang berhasil kabur pun bernafas lega untung dirinya bisa lolos kalau tidak pasti diriku sudah diteror banyak pertanyaan olehnya. Namun aku juga ingin melihatnya tapi aku belum siap entah kenapa aku juga tidak tahu.
Aku pun berjalan entah kemana yang jelas pikiranku tidak stabil sekarang, Namun aku tersentak saat seseorang memgang pundakku.
"Eh, sorry sudah bikin lo kaget." cakap cowo tersebut.
Nayesha pun menaikan satu alisnya seolah mengatakan, ada apa?
"Ini gue lagi barang-barang bisa bantu bawain? Itu sih kalo lonya engga keberatan." ungkapnya.
Memang sih aku melihat dia sedang membawa barang peralatan olahraga yang begitu banyaknya, namun Nayesha dan mempertimbangkan, sambil melihat ke arah cowo tersebut yang sudah berkeringat di wajahnya.
"Oke gue bantu," putusku Membuat cowo tersebut berterimakasih padaku.
Nayesha pun mengikuti cowo tersebut yang membawa barang-barang ke gudang, cowo tersebut membantu mengambil barang-barang yang ada di tanganku untuk ditaro pada tempatnya.
"Eh, gue lupa kita harus menyusun barang-barang ini hehe," ujarnya membuat ku mendengus pelan.
Namun saat aku sedang sibuk merapikan Barang tiba-tiba ada serangan dari arah belakang yang membuatku ambruk tidak sadarkan diri.
Berapa menit kemudian aku tersadar dan melihat ruangan yang gelap Tetapi aku merasakan ada sesuatu dalam mulutku, dengan suara yang kencang aku berteriak berulang kali namun nihil mulutnya di ikat dengan kaki dan juga menyadari bahwa kaki dan tangannya juga diikat. Sial! Dirinya tidak bisa bergerak ditambah tidak ada udara yang membuatku kegerahan. Woii, kalo mau sekap gue minimal pake ac ke, modal dikit dong! gerutuku dalam hati.
Pertandingan pun segera di mulai dimana dua kelompok berisi 4 orang, di arah kanan sudah ada tim Daniell dan sebelah kiri tim Dera. Keduanya sangat tidak memperlihatkan Ekspresi tersenyum dari keduanya, seseorang yang jadi wasit pun maju dan melihat ke arah keduanya sambil memegang bola ditangannya.
Wasit tersebut melayangkan bolanya ke atas dan meniup pruit pertanda bahwa pertandingan sudah dimulai, penonton dari tim Bahasa dan tim Ilmu Pengetahuan pun bersorak menyemangati timnya masing-masing.
Bolanya pun sudah di tangan Dera yang membuat tim Ilmu pengetahuan mencetak angka.
Lagi dan lagi dengan waktu yang terus berjalan Ilmu pengetahuan sudah mencetak skors 3:0 dimana tim Daniell masih tertinggal jauh, Diffran yang menyaksikannya tidak tahan pun menarik tangan Pandu untuk melenggang dari lapangan.
"Lo ngapain narik-narik tangan gue!" Sambil menghempaskan Tangan Diffran dari lengannya. Diffran pun enggan menjawab temannya itupun melenggang pergi meninggalkan Pandu yang sedang teriak memanggil nama namaku.
Diffran sedang berada dikantin membeli sebuah minuman dingin untuk meredakan kepalanya yang terasa panas, Pandu yang masih mengekori Diffran tersentak saat Diffran berhenti mendadak membuat menabrak punggung milik Diffran.
"Lo kalo mau berhenti bilang-bilang dong!" kesal Pandu sambil mengusapkan dahinya.
Diffran yang sedang melamun tidak mendengar ocehan Pandu justru melangkahkan kakinya dengan terburu-terburu, Pandu pun berdecak melihat kelakuan Diffran yang selalu meninggalkan ku.
Pandu melihat Diffran berjalan menuju gudang olahraga membuat menggangu pikirannya sekarang, Diffran pun menengok kepalanya seperti mencari seseorang namun Pandu melihat tidak ada satu orang pun selain dirinya dan Diffran.
Setelah itu Diffran berdecak saat seseorang itu menghilang, Diffran sedang memikirkan apa yang sedang dilakukan orang itu? Ah dia pun harus memastikan dengan cara mengikutinya, Namun dirinya ketinggalan jejak saat tak melihat orang tersebut yang sudah menghilang dari pandangannya.
Nayesha yang masih di sekap Dirinya sudah merasa sesak di dadanya, aku berpikir apa aku harus mati secepat ini? Apa mungkin seseorang datang menyelamatkan ku seperti dongeng yang pernah kubaca? Aku semakin Frustasi tidak mau terus-terusan hanya diam, harus berpikir bagaimana caranya terlepas dari ikatannya, aku sangat membutuhkan udara sekarang!
Diffran yang tidak mendapatkan petunjuk ingin berjalan kembali ke arah lapangan namun mereka dikagetkan akan sesuatu.
"Anjir suara apa tuh??" celetuk Pandu membuat kita berdua saling pandang. Diffran berjalan pelan mendekatkan ke arah sumber berasal, Pandu yang berjalan di belakang Diffran berharap kalo itu bukan hantu penunggu gudang.
Bola yang sudah berada di tangan Daniell membuat Dera menggeram, dirinya dengan sengaja menyelengkat kaki Daniell Membuat sang empu terjatuh.
Daniell berdecih melihat permainan Dera yang brutal kalo ini sepak bola pasti Dera sudah mendapatkan kartu merah. Penonton melihat kejadian tadi semakin ricuh apalagi kelas Bahasa langsung mensorakkan nama Dera secara terang-terangan.
Waktu pertandingan masih berjalan menyisahkan waktu berapa menit dimana score sudah 4:0, siswa-siswi dari kelas Bahasa sangat khawatir akan kalah. Sudah cukup dirinya kalah dengan Dera begitu saja, dengan mengambil nafas dalam-dalam untuk merilekskan pikiran untuk memulainya kembali.
Baiklah dengan senang hati aku akan mengikuti permainannya, gumam Daniell pelan.
Diffran dan Pandu sudah berada di depan pintu gudang, Pandu pun merasakan bulu kuduknya merinding. Sedangkan Diffran mencoba mendobrak pintu namun baru menyadari bahwa dikunci gembok membuat dirinya memikirkan sesuatu.
"Coba lo cari batu atau apaan kek, cepetan!" perintah untuk Pandu.
Pandu pun segera berlari meninggalkan Diffran yang tengah mencoba dobrak pintunya.
"Woi! Lo yang ada didalam, tolong sahut gue!" teriak Diffran. Entah kenapa Diffran merasa ada seseorang di dalam.
Bruk!
Suara kotak yang berjatuhan lagi membuat Diffran semakin yakin kalo ada orang di dalam, untungnya Pandu sudah datang dengan sebuah kayu. Dengan segera Diffran memecahkan gembok itu menggunakan kayu dengan kencang.
Akhirnya, setelah lama gembok itu terbuka juga membuat Diffran mendobrak pintunya hingga terbuka lebar.
Brak!
Diffran dan Pandu melebarkan matanya saat ada perempuan yang terkapar lemas dengan terdapat ikatan ditubuhnya, dengan segera mereka mendekatkan pada siswi tersebut.
Saat Pandu ingin menyentuh ikatanya Diffran menepis tangan Pandu dan mempotretnya, berpikir pasti bakalan berguna.
Setelah itu mereka berdua segera melepaskan semua ikatannya termasuk pada mulutnya membuat siswi tersebut merasakan ada udara membuat nafasnya tersenggal-senggal.
Nayesha melihat ke arah dua pemuda yang sudah menyelamatkan dirinya,
"Lama banget sih! Untung saja gue belum pindah alam," gerutuku.
Diffran yang kesulitan membuka ikatan tangan ku karena ada gemboknya membuat Aku teringat akan sesuatu di dalam kantong.
"Coba lo ambil sesuatu yang ada di dalam kantong rok gue," jelasku.
Diffran dan Pandu melotot terdapat sebuah belati, aku membawa benda tersebut untuk penjagaan diri dari orang yang ingin berniat jahat. Namun apakah belati itu bisa membukanya? Diffran yang dengan penuh harap, benar saja gembok itu terbuka dengan segera dan langsung melepaskannya.
"Apa yang terjadi?" tuding Diffran ke arahku.
"Panjang! Intinya kita harus segera ke lapangan." seru ku membuat kita bertiga menatap satu sama lain lalu bergegas berlari menuju lapangan.
Mereka bertiga pun berlari menuju lapangan, aku menyarankan kepada Diffran untuk mengambil jalur yang berbeda untuk bisa segera sampai ke sana.
Pertandingan pun selesai melihat score 4:5 dimana tim Bahasa pemenangnya, perbedaan tipis tapi tidak membuat Dera bisa menerimanya.
"Apa kau puas melihat hasil pertandingan ini?" Dengan kesal Dera menggertakan rahangnya, membuat Daniell senyum kemenangan.
"DANIELL DIA MENCOBA MENCULIK YESHA!!!" teriak Diffran membuat semuanya tersentak.
Daniell tersadar melihat Dera sedang mencoba melarikan diri, Diffran pun mengejar Dera namun sayangnya Dera tidak melihat seseorang dengan gesit melayangkan pukulan di wajah Dera.
Semuanya pun melihat seseorang itu adalah Nayesha mengatup bibirnya rapat, detik kemudian Nayesha berlari ke arah Daniell yang berdiri tidak jauh di sana.
Daniell yang melihat Nayesha berlari dan memeluk diriku dengan cepat aku membalas pelukannya.
"Lo baik-baik saja???" cemas Daniell.
Nayesha pun mengangguk di bidang dada pemuda tersebut.
Daniell bernafas lega mendengarnya, Daniell mengusap pucuk kepala Nayesha namun mereka berdua tidak menyadari bahwa di pertontonkan murid Sma Citra Unggul, semua siswi pun pada pingsan melihat kejadian ini, tapi tidak dengan Diffran dan Pandu memandang mereka bergedik ngeri, dasar tetangga aneh! Batin keduanya.
****
"Coba kalian jelaskan ada masalah apa?" tutur kepala sekolah membuat suasana menjadi mencekam. Ya kami berempat di eksekusi diruangan kepala sekolah dan juga terdapat 2 wali kelas kami di sini.
Aku, Diffran, dan Daniell melemparkan pandangan membuat kepala sekolah bingung melihatnya.
"Baik, Pak! Jadi begini...." ucap Daniell yang menceritakan semuanya membuat mereka semua tertegun.
"Apa itu benar Dera?" tanya Pak Jaelani yang sedikit ragu.
Aku yang melihat Dera tidak bersuara merasa geram, Giliran di sidang aja nyali lo ciut! batinku.
Daniell yakin pasti bakalan terjadi seperti ini, dirinya mengirimkan vidio dimana Dera sedang memaki Nayesha waktu itu.
"Sebagai bukti kalo saya tidak mengarang soal ini." tutur Daniell.
Gimana caranya Daniell mendapat bukti itu padahal keamanan tidak memperbolehkan melihat cctv nya? Daniell meminta bantuan Diffran untuk mengambil sebuah rekaman, dengan menyuruh Diffran mengendap-ngendap mengambil flashdisk pada cctv dan memindahkan pada komputer milik Daniell.
Diffran pun berdecak melihat Dera yang tak berkutik,
"Mendadak bisu lo?" seru Diffran.
Aku yang mendengar perkataan Diffran melotot ke arahnya untuk diam tetapi sang empu hanya menampilkan ekspresi datarnya.
"Maaf Pak kalo saya menyela. Saya kenal Dera saat Smp dari dulu saya melihat dia sering membuly orang sampai anak itu masuk rumah sakit, saya kira dengan memasuki Sma dia bakal berubah. Setelah saya lihat dia sudah keterlaluan dengan membuly Nayesha sampai secara tidak sadar menyekap Nayesha di gudang. Saya punya bukti saat saya dengan Pandu menemukannya di sana." jelas Pandu panjang.
Diffran memperlihatkan foto bukti yang diambil saat digudang tadi, dan menyerahkan ponselnya kepada kepala sekolah dan wakil kelasnya.
"Bisa-bisanya kamu melakukan hal yang seperti itu." sergah Pak Omar selaku wakil kelas kami.
"Tidak pasti ada kesalah pahaman di sini." tekan Pak Jaelani selaku wakil kelas Dera.
Tak berselang lama Pandu menyeret seorang pemuda ke hadapan kami semua.
"Ini Pak! saya menemukan yang bersengkongkol dengan Dera." tegas Pandu membuat pemuda itu menunduk ketakutan.
Sebelum melepaskan Pandu berbisik pelan di kuping pemuda tersebut, "Hei! Katakanlah dengan jujur apa yang kau perbuat."
"Maaf Pak. Saya diancam dengan Dera jadi saya harus melakukan semua itu." selorohnya seakan berharap diberi pengampunan.
"Apa yang dia suruh padamu?" tanya kepala sekolah.
"Dia menyuruhku untuk menyekap Nayesha digudang dan...."
Pak Omar yang penasaran dengan kalimat menggantung dari pemuda tersebut langsung membuka suara, "Dan apa...?"
Sebelum menjawab pemuda itu meneguk ludahnya kasar,
"Dan membunuhnya...." jawabnya pelan namun masih terdengar jelas oleh kami semua.
"A-Apaa!!!" pekik Pak Omar dan Pak Jaelani.
Kepala sekolah pun memijit pelipisnya yang terasa pening, kenapa muridnya melakukan hal semacam itu.
"Nak Nayesha apa benar mereka melakukan itu padamu?" ucap kepala sekolah untuk memastikan kembali.
Akupun hanya mengangguk, heran sekali kenapa tidak ada yang percaya sudah jelas sudah ada bukti jelas kebenarannya.
"Kalian berdua minta maaf kepada Nayesha!!" perintah kepala sekolah dengan nada marah.
"Ma-affkan gue Yesha." kata Asher dengan penuh penyesalan.
Tapi aku yang melihat Dera tidak meminta maaf kepadaku sama sekali merasa tidak ada raut wajah bersalahnya.
Pak Jaelani yang mengerti dengan tatapanku langsung mendesak Dera, "Dera! Cepat minta maaflah agar masalah ini cepat selesai."
Namun Dera melirikku sambil berdecih,
"Sampai kapan pun aku tidak akan mengatakannya!"
Semuanya terkejut saat Dera mengatakan seperti itu, tapi aku terkekeh sambil mengangguk Kan kepalaku membuat semua orang menatapku dengan heran.
"Baiklah aku juga tidak ingin mendengar permintaanmu, tapi saya ingin putuskan prestasi Dera dan urus kepindahanya." lantangku.
Tentu saja membuat Dera menggeram,
"Apa-apaan lo enggak berhak memperlakukan gue begini!" erang Dera.
Aku tidak mempedulikan Ekspresi Dera yang membunuhku,
"Dan untukmu...." Melirik ke arah Asher yang sedang menatapku, membuatku berpikir hukuman apa yang pantas untuknya?
"Karena kau sudah mengakuinya, aku ingin Asher dipindahkan di kelas Ilmu Pengetahuan." Ya karena Asher satu kelas dengan kami di kelas Bahasa.
"Tidak! Kumohon jangan lakukan itu. Aku akan mempertanggung jawabkan kesalahanku, kumohon Pak jangan pindahkan saya." sesal Asher.
Namun kepala sekolah masih termenggu membuat semua orang pada menatapnya untuk menunggu hasil keputusannya.
"Saya akan memproses permintaan Nayesha karena kalian sudah keterlaluan. Ini eksekusi yang harus kalian terima!" Mendengar keputusan dari kepala sekolah membuatku tersenyum miring saat melihat wajah Dera yang melotot tak terima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments