Lyon baru saja keluar dari ruang rapat, diikuti oleh asisten pribadinya dan beberapa pengusaha yang berbisnis dengannya. Namun, dia tidak menyangka bahwa para karyawannya, yang seharusnya bekerja, justru sedang berlari mengejar seorang anak kecil.
'Apa-apaan mereka?'
Sebagai seorang presiden direktur di perusahaan keluarganya, dia sangat ketat dalam kedisiplinan para karyawannya. Tapi ketika dia melihat para karyawannya melalaikan tugas mereka dan bermain dengan seorang anak kecil, harga dirinya seolah diinjak.
"Asisten Fai, catat nama-nama mereka. Aku akan memasukkan mereka ke daftar hitam," perintah Lyon dengan dingin pada asisten pribadinya, yang berasal dari negara timur.
"Baik, Tuan."
Lalu tatapan kasihan dari asisten Fai mengarah pada sekumpulan orang-orang itu.
'Lebih baik potong gaji daripada masuk ke daftar hitam milik Tuan. Sungguh malang nasib kalian.'
"Huwaaa! Ibu guru tolong akuuu!"
Kemudian suara jeritan khas anak-anak terdengar. Mata hitam asisten Fai membelalak kaget ketika melihat anak yang meminta tolong sambil berlari sedang dikejar oleh sekelompok orang.
'Nggak mungkin. Masa mereka mau menculik anak kecil?!'
Karyawan tuannya tidak mungkin melakukan hal seperti itu!
Lantas asisten Fai memandang tuannya dengan gugup.
"Tu-tuan...."
"Kyaaaa!"
Tapi panggilan asisten pria itu disela oleh jeritan seseorang.
Lyon dan asistennya, serta para pengusaha yang masih mengikutinya di belakang, segera menatap anak itu, yang bertabrakan dengan Lyon.
'Astaga. Anak siapa ini?!'
Mereka merinding sambil menelan saliva dengan gugup. Semua orang tahu bahwa para karyawan yang sudah menikah dilarang membawa anak mereka ke kantor, tapi masih ada satu karyawan yang berani melanggar aturan itu?
"Anu, Tuan, Anda tidak apa-apa?"
Berusaha mengalihkan perhatian Lyon dari anak kecil itu, asisten Fai bertanya dengan gugup sambil berpura-pura memeriksa tuannya.
"Berhenti," kata Lyon dengan dingin.
'Ah, habislah kita hari ini.'
Asisten Fai mengangguk dan melangkah mundur, membiarkan tuannya berhadapan dengan anak kecil itu.
Lyon, yang mengamati wajah anak kecil di depannya dalam diam, tidak bisa tidak terkejut.
"Kamu."
"I-iya!"
"Ikut denganku."
"Y-ya?"
Asisten Fai, yang sedang kebingungan dengan perkataan tuannya, tiba-tiba mendapat perintah.
"Bawa dia ke ruanganku."
"Baik, Tuan."
Setelah mengatakan itu, Lyon pergi lebih dulu. Asisten Fai yang sedang kebingungan pun beradu pandang dengan mata anak kecil itu. Segera setelah itu, akhirnya dia menyadari mengapa tuannya memerintahkannya membawa gadis kecil itu ke ruangannya.
...↬°↫...
'Kue ini enak.'
Setelah tak sengaja bertabrakan dengan seseorang, Nina tiba-tiba dibawa ke sebuah ruangan mewah, setelah itu dia disajikan berbagai macam hidangan kue.
"Apakah enak?"
"Iya! Sangat enak! Makasih, Paman!"
Nina tidak tahu siapa paman yang duduk di depannya, tapi dia tetap berterima kasih karena sudah memberikannya kue yang begitu lezat. Senyum ceria andalannya terpasang di wajahnya.
"Paman juga sangat tampan! Hehe."
"...."
"Pffft."
Berdiri di samping pria yang dipanggil 'paman' oleh Nina, seseorang menahan tawanya. Sudut mulutnya terus terangkat.
"Asisten Fai, kalau kamu ingin tertawa pintu ada di sana. Keluarlah."
"Baik, pffft, Tuan."
Setelah terdengar suara pintu tertutup, suara tawa yang menggelegar segera terdengar.
"Bwahahaha! Tuanku yang dijuluki "Pangeran Es" mendadak berubah jadi 'Paman Es'! Hahahaha!"
'Apa paman itu gila?'
"Jangan dengarkan dia."
"Oh, iya!"
"Makan."
"Iya!"
Nina mengikuti kata-kata pria berambut pirang itu dengan patuh. Ia memakan kue-kue lezat di atas meja yang ditaburi topping cokelat dengan semangat.
Sementara itu, Lyon, yang menatap anak perempuan di depannya sambil menopang dagunya, berpikir keras.
'Semuanya mirip. Mata, hidung, mulut, dan fitur wajahnya juga mirip denganku. Hanya rambut dan sifatnya yang berbeda.'
Dia tidak tahu apakah ini kebetulan atau tidak, tetapi fakta bahwa anak itu memiliki kemiripan yang sama dengannya adalah nyata. Namun, bagaimana bisa?
Dia adalah Van Lyon, anak tunggal dari keluarga Van sekaligus presiden direktur Perusahaan Van In Here. Semua orang memberinya julukan 'Pangeran Es'. Ke mana pun dia pergi pasti akan menuai kehebohan, dan di mana pun dia berada pasti akan membuat tempat itu terkenal dalam sekejap. Keluarganya sangat tertutup terhadap dunia luar, sehingga semua orang selalu ingin mengetahui apa saja aktivitasnya selain bekerja. Satu berita tentang dirinya pasti akan menjadi trending topic di sosial media.
Tapi secara tiba-tiba anak kecil yang mirip dengannya muncul di perusahaannya sendiri? Sejak kapan dia menikah? Dan sejak kapan dia memiliki seorang putri?
Jika anak perempuan itu tidak muncul di perusahaannya hari ini dan malah muncul di tempat lain, maka gosip-gosip miring tentangnya pasti akan memenuhi stasiun televisi dan di seluruh media sosial.
'Itu tidak boleh terjadi. Ibu akan marah kalau dia tahu berita ini dari orang lain, bukan dari aku.'
Mata biru Lyon menatap anak perempuan itu lebih dalam.
"Siapa namamu?"
"Uh, aku?"
Lyon mengangguk. Anak perempuan itu tersenyum senang dan memperkenalkan dirinya sendiri.
"Namaku Nina!"
"Di mana tempat tinggalmu?"
"Di panti asuhan!"
"Apa?"
Mata biru Lyon sedikit melebar. Ia tidak percaya dengan indra pendengarannya. Anak perempuan manis itu tinggal di panti asuhan? Lalu di mana ibunya?
"Kamu... tinggal di panti asuhan?"
"Iya!"
"Di mana ibumu?"
"Ibuku?"
Tatapan Nina secara perlahan menurun ketika Lyon bertanya tentang ibunya. Dia memainkan jari-jari mungilnya.
"Nina... gak tahu orang tuaku di mana...."
"Hah?"
'Bagaimana bisa?'
Apakah wanita yang melahirkan anak itu sudah tiada makanya dia tinggal di panti asuhan? Atau dia dibuang di sana?
"Terus kenapa kamu ada di sini?"
"Karena Nina mau cari keluargaku!"
"Kamu? Sendirian? Dengan tubuh sekecil ini? Bagaimana kalau nanti kamu diculik? Kenapa kamu berkeliaran di kota ini sendirian? Apa tidak ada orang dewasa yang menemanimu?"
Tanpa sadar Lyon memborbardir anak perempuan itu dengan banyak pertanyaan, setelah itu dia menutup mulutnya dengan wajah terkejut.
"Kenapa aku sangat peduli padamu?" gumamnya.
Lyon tidak terbiasa mempedulikan orang-orang di sekitarnya selain ibunya, tapi sikapnya pada anak ini sangat berbeda. Sikap peduli yang selalu ditunjukkannya pada ibunya juga dia tunjukkan di depan anak ini.
'Ah, gila. Aku jadi gila.'
...↬°↫...
'Paman ini aneh.'
Itulah pikiran Nina saat ini. Dia bertanya-tanya di dalam hati mengapa paman di depannya bertanya tentang ibunya, yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali.
'Oh! Apa jangan-jangan paman itu mau membantuku?'
Berpikir seperti itu, Nina bangkit dari sofa dan berlari ke arah Lyon dengan semangat.
"Paman! Paman!" panggilnya dengan ceria sambil memeluk kaki pria berambut pirang itu.
"Apa?"
Lyon, yang sedang menjernihkan pikirannya, dikejutkan dengan suara manis anak kecil yang memanggilnya "paman".
Apakah wajahnya setua panggilan itu?
Tanpa sadar alisnya berkerut.
Namun Nina, yang tidak menyadari ekspresi paman tampan di depannya, berbicara dengan wajah cerah.
"Apakah Paman mau membantuku? Ya? Ya? Atau tidak?"
"Bantuan apa?"
"Tolong carikan keluargaku!"
"Kenapa harus aku?"
"Karena sepertinya Paman mengenal keluargaku! Paman bahkan bertanya tentang ibuku! Itu berarti aku mirip dengan orang yang Paman kenal, 'kan? Nina benar, 'kan?"
"Benar. Kamu mirip dengan orang yang kukenal."
Rona kemerahan segera menjalar di wajah mungil Nina. Senyumannya semakin lebar.
"Benarkah? Siapa itu? Siapa?" tanyanya dengan antusias. "Nina ingin tahu!"
"Itu aku."
"Hah? Apa maksudnya? Paman?"
Nina tampak bingung. Jawaban singkat dari paman tampan itu membuatnya tidak mengerti. Kenapa dia? Kenapa?
"Orang itu aku."
"Paman?"
"Dan juga jangan panggil aku 'paman'. Namaku Lyon."
"Bukan itu! Kenapa Paman bilang kalau orang yang Paman kenal adalah diri Paman sendiri? Kenapa?"
'Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu.'
Lyon menghela napas. Dia mengetuk kepala Nina dengan jari panjangnya.
"Coba pikir dengan kepala kecilmu ini."
"Paman gak seru, huh!"
Nina menggerutu, tapi dia menuruti ucapan Lyon. Kepala kecilnya, yang sudah bekerja keras selama berada di sekolah, kembali bekerja. Beberapa saat kemudian, ia mengerutkan kening setelah mengerti ucapan Lyon.
"Maksudnya Paman adalah orang itu? Orang yang mirip denganku?"
"Pintar."
"Gak mungkin."
Nina mendongak, memandang wajah Lyon tanpa berkedip.
"Aku mirip dengan Paman?"
"Ya."
"Semirip apa?"
"Lihat saja sendiri."
"Oh, benar! Sangat mirip!"
Sementara Nina tertawa bahagia sambil berseru, Lyon hanya membalas dengan anggukan kecil.
"Tapi Paman ada hubungan apa denganku? Kita mirip karena keluarga, 'kan?"
"...."
Lyon tidak bisa menjawab.
Benar juga. Apa hubungannya dengan anak perempuan ini?
――――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Gribelion
bisa luang kan waktu anda untuk membaca novel ku Hidden Feeling 😁✌️
2020-09-20
1