"Namaku Nina!"
"Paman! Paman!"
"Makasih buat kuenya, Paman! Nina pamit dulu. Dadah!"
Lyon terbengong di ruang kerjanya, melamun.
Dia masih bisa mengingat senyuman manis anak perempuan tadi, juga suara imutnya dan aroma tubuh anak itu.
Meskipun katanya dia tinggal di panti asuhan, tapi sepertinya anak itu dirawat dengan baik di sana. Pipi tembam dan mulus anak itu, yang tak sengaja bersentuhan dengan kakinya ketika dia memeluknya, masih terasa dengan jelas. Rambut pirang anak itu yang lebih kuning dari rambutnya terasa lembut dan wangi.
'Sepertinya panti asuhan itu mendapat dana besar dari donatur mereka. Apa semua anak di sana dirawat dengan sangat baik? Aku ingin berterima kasih pada mereka. Padahal ada anak yang mirip denganku, tapi mereka tidak memanfaatkan wajah anak itu untuk mendapat uang.'
Berpikir seperti itu sambil tersenyum tipis, tiba-tiba Lyon tersadar.
'Tunggu! Nina tinggal di panti asuhan mana? Gawat, kalau sampai ada orang luar yang bertemu dengannya, orang itu mungkin akan memanfaatkan wajahnya yang mirip denganku.'
Ekspresi wajah Lyon menjadi sangat gelap.
Asisten Fai, yang berdiri di samping tuannya, memandang Lyon dengan wajah gelisah. Ia sudah memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
'Pasti pintu perusahaan akan tertutup!'
"Asisten Fai, tutup semua akses masuk ke perusahaan. Para karyawan yang berada di luar jangan diizinkan masuk. Lalu hubungi para pengawal terbaik di keluarga Van."
'Benar, 'kan!'
"Baik, Tuan."
Lyon berdiri dari kursinya, sementara Asisten Fai mengambil jas yang dilepaskan Lyon dan memberikan jas itu pada tuannya.
"Ini jas Anda, Tuan."
"Hm."
"Ngomong-ngomong, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" tanya asisten pria itu.
"Ya. Tanyakan saja."
"Maaf bila saya lancang. Tapi, apa anak kecil tadi adalah anak Anda?"
Pertanyaan dari asistennya membuat Lyon berhenti sejenak.
"... Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Soalnya, anak kecil itu sangat mirip dengan Anda," jawab Asisten Fai seraya berpikir. "Ah, andai saja kalau dia beneran putri Anda. Nyonya Besar pasti akan sangat senang!"
Ucapan itu membuat Lyon mengingat tentang ibunya, yang selalu mengomelinya agar cepat menikah dan memiliki seorang anak. Seketika Lyon mengerutkan alisnya.
"Jangan katakan apa pun tentang anak itu pada ibuku."
"Baik. Tapi kenapa, Tuan?"
"Ha, bukankah sudah jelas? Dia pasti akan bertanya di mana ibu anak itu," jawab Lyon sambil tersenyum miring. "Sedangkan aku tidak ingat pernah menghabiskan satu malam bersama seorang wanita."
"Ah! Anda benar!"
Asisten Fai mengangguk setuju, kemudian menjentikkan jarinya.
"Tapi Anda tidak usah bilang kalau dia adalah putri Anda, 'kan?"
"Apa maksudmu?"
Asisten Fai tersenyum manis sambil menjawab dengan semangat, "Adopsi saja dia!"
Mendengar jawaban ini, Lyon terkejut selama beberapa detik, kemudian ekspresi wajahnya menjadi tenang.
"Kamu pintar, Asisten Fai."
'Dengan begini, tidak ada yang bisa memanfaatkan wajah anak itu.'
Lyon tersenyum tipis ketika memikirkan rencananya selanjutnya, sedangkan Asisten Fai bersorak riang.
"Keluarga Van akan punya nona muda yang imut dan manis! Sangat manis seperti calon nyonya kita!"
Deg.
Senyum tipis di wajah Lyon luntur ketika mendengar kata 'calon nyonya' dari asistennya. Setelah itu, wajah manis seorang wanita tumpang tindih dengan wajah anak perempuan tadi.
Deg.
Ketika ingatan dari masa lalunya datang dan saling tumpang tindih di kepalanya, barulah pada saat itu Lyon menyadari kemiripan warna rambut dan sifat anak itu dengan seorang wanita dari masa lalunya.
Deg.
Jantungnya berdebar-debar dengan keras.
'Masa... dia ibunya?'
...↬°↫...
Nina memiringkan kepalanya sedikit, bertanya mengapa kakak tampan di depannya terkejut saat mendengar nama belakangnya, "Memangnya kenapa?"
Vino berkedip, setelah itu matanya melebar.
"Apa... kamu benar-benar tidak tahu?"
"Hah?"
Nina mengernyit. Sungguh percakapan yang terlalu berputar-putar.
"Maksud Kakak apa?"
'Aku gak ngerti sama sekali!'
Pria ramah itu mengamati Nina dengan teliti, lantas menghela napas. Ekspresinya seakan mengatakan "Ternyata kamu tidak tahu". Melihat ekspresi pria itu, Nina semakin mengerutkan alisnya.
'Kasih tahu, dong! Cepat kasih tahu!'
"Ah...."
Seakan mengerti isi pikiran Nina, Vino memasang senyum ramah sambil menjelaskan maksud perkataannya tadi.
"Keluarga Stephanie adalah keluarga bangsawan terbesar di Kota Kyoxx. Pendiri keluarga itu adalah Mayora Stephanie. Dan hanya anggota keluarga saja yang mendapatkan marga "Stephanie" di nama belakang mereka."
"Oke.... Jadi?"
"Jadi, bagaimana kamu bisa mendapatkan marga "Stephanie", padahal kamu bukan anggota keluarga mereka?"
"Gimana, ya? Kok bisa, ya?"
Nina merenung sesaat, kemudian mata birunya terbuka lebar dan menutup mulutnya dengan tangan mungilnnya, sedangkan pipi tembamnya merona.
"Ah! Jadiiii!"
Vino melanjutkan dengan bersemangat, "Jadi keluarga yang kamu cari adalah keluarga Stephanie! Keluargamu!"
"Wow! Ternyata mereka adalah keluargaku!"
Nina berseru kegirangan. Pipinya semakin memerah. Bayangan mengenai dia yang bertemu dengan orang tuanya dan saling berpelukan dengan mereka muncul di kepalanya, membuatnya gembira.
'Ayah! Ibu! Tunggu aku!'
Sementara Nina tersenyum senang, Vino menatap anak perempuan itu sambil tersenyum, kemudian menelepon seseorang secara diam-diam.
...↬°↫...
Lyon, yang masih tertegun di ruang kerjanya, dikejutkan oleh bunyi dering telepon seseorang. Mata birunya segera menatap asistennya, yang sedang menerima panggilan telepon.
Kemudian Asisten Fai, yang berulang kali mengangguk saat seseorang berbicara dengannya di telepon, menutup panggilan telepon itu dan menyampaikan sesuatu pada tuannya.
"Permisi, Tuan. Tuan Arkani memanggil Anda, beliau meminta Anda ke ruangannya."
"Hmm...."
'Arkani?'
Lyon merenung, mencoba mengingat pemilik marga itu, setelah itu mata birunya tersentak. Ia segera menuju pintu ruang kerjanya, sedangkan Asisten Fai berjalan lebih cepat dan membuka pintu untuk tuannya dengan sigap.
Drap, drap, drap.
'Arkani, orang yang sedang bersama Nina saat ini.'
Pada awalnya, dia akan menemui anak perempuan itu, namun tak disangka bahwa seseorang yang dipanggil 'Tuan Arkani' memanggilnya lebih dulu.
Sesampainya di ruangan yang dimaksud, Lyon langsung membuka knop pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Ketika memasuki ruangan, dia melihat seorang pria yang melambaikan tangan padanya sambil tersenyum ramah. Lalu pandangan Lyon beralih pada sosok kecil berambut pirang yang juga sedang menatapnya.
Dua pasang mata biru yang serupa saling pandang.
Sudut bibir Lyon sedikit terangkat.
'Kita bertemu lagi, Nina.'
...↬°↫...
"Hai, Presdir kami yang tampan. Maaf karena telah mengganggu waktu Anda."
Vino menyapa Lyon, berdiri dari kursinya, dan menyambut Lyon dengan senyum lebar.
"Aku tidak suka basa-basi, Tuan Arkani," balas Lyon dengan datar sambil melipat kedua tangannya.
Ya, 'Tuan Arkani' yang dimaksud Asisten Fai adalah Vino, yang memiliki nama lengkap Alvino Arkani.
"Oho, tentu saja aku tahu itu. Presdir kami memiliki waktu yang sangat terbatas."
Vino menertawakan ucapannya sendiri, kemudian mendekati Lyon. Bisikan dari mulutnya, yang hanya bisa didengar Lyon, terdengar.
"Presdir, malaikat manis itu sedang mencari orang tuanya, bisakah Anda membantunya?"
Dia tersenyum manis.
"Anda pasti tahu maksudku."
Lyon berpura-pura acuh tak acuh, tidak membalas, padahal sebenarnya tujuannya datang ke sini adalah untuk anak perempuan itu. Kemudian ia membalas dengan dingin, "Apa aku tidak salah dengar?"
"Nggak, tuh."
Vino mengangkat bahunya, lalu tersenyum menggoda.
"Aha, jangan berpura-pura tidak berminat seperti ini, Presdir."
'Ah, sial.'
Lyon menutup mulutnya sambil menahan kesal, sementara Vino masih berbicara.
"Sebenarnya, bukan hanya karena aku tahu kalau Anda menyukai si malaikat manis. Tapi alasan sesungguhnya adalah karena anak itu berasal dari keluarga terkenal. Anda tahu kalau aku tidak ingin berurusan dengan keluarga kaya."
"Jadi?"
"Jadi, kuserahkan pada Anda. Tolong pertemukan si malaikat manis dengan orang tuanya," kata Vino, kemudian menghampiri Nina.
'Ck. Dia satu-satunya karyawan yang berani memberiku perintah seperti ini,' pikir Lyon sambil berdecak.
Sementara itu, Vino menurunkan Nina dari kursi, lalu mengelus rambutnya dengan lembut.
"Pria tampan yang berdiri di sana akan membantumu."
"Benarkah...?"
"Iya! Jangan takut, dia sebenarnya sangat baik."
"Oke!"
"Nah, sampai jumpa lagi."
"Dadah, Kak!"
Nina melambaikan tangannya, lalu berjalan menghampiri Lyon dengan wajah bahagia.
'Ternyata Paman yang membantuku! Aku senang sekali, hehe!'
Di sisi lain, Lyon menatap sosok kecil di depannya, kemudian memerintahkan asistennya membawa anak itu pulang ke rumahnya. Asisten Fai menganggukkan kepalanya sambil tertawa bahagia.
'Akhirnya kita punya Nona Muda!'
Menggandeng tangan mungil Nina, Asisten Fai bersenandung riang.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di lift pribadi milik Lyon.
――――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
yutantia 10
semangat
salam dari CINTA DIWAKTU YANG SALAH
ditunggu mampir baliknya
2021-01-17
1