Seorang anak kecil perempuan sedang memasak sarapan pagi bersama dengan suster panti asuhan, dia tertawa gembira.
Rambut pirangnya yang panjang dan sedikit bergelombang diikat dua bagian dengan pita berwarna merah muda, membuatnya semakin lucu. Mata birunya yang bulat dan indah sangat bersinar, tampak jernih. Tawa polos yang segar mengalir dari bibir kecilnya.
Ia terlihat ceria pagi ini, karena hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Anak kecil yang manis itu adalah Nina, seorang anak perempuan yang ditemukan oleh suster panti asuhan ketika berumur dua tahun dengan bekas luka di sekujur tubuhnya.
"Kak Nina!"
Seseorang memanggilnya, dia adalah gadis kecil berponi dengan rambut pendek hitam legam yang diikat satu.
"Selamat ulang tahun yang ke-7 tahun!"
Nina memandang anak itu dan tersenyum manis, lantas memeluknya.
"Makasih, ya!"
"Iya, sama-sama. Hehe."
Anak kecil di pelukan Nina tertawa bahagia, kemudian memakaikan sesuatu yang melingkar di kepala Nina.
"Lila buat mahkota bunga ini untuk Kak Nina!"
"Ini hadiah yang paling bagus!"
Mereka saling tertawa dan mengobrol, hingga seseorang dengan gaun sederhana datang.
"Nina, tolong bantu bawa ini, ya."
"Iya, Suster!" balas Nina.
Ia mengambil nampan yang diserahkan suster panti asuhan itu, lalu membawanya ke meja makan. Setelah itu, anak-anak yatim-piatu yang lain segera berhamburan duduk di meja makan.
"Selamat makan!"
Setelah itu mereka sarapan pagi bersama, tak lupa memotong kue cokelat yang dibeli anak-anak panti untuk Nina, yang hari ini berulang tahun.
"Makan ini, Nina."
"Wah! Ini kue cokelat kesukaan Nina. Makasih, Suster!"
Nina membuka mulutnya, lalu sepotong kue cokelat yang dicampur vanila memasuki mulutnya. Rasa manis yang kental segera meleleh di sana.
"Mmm! Sangat enak!"
Nina menganggukkan kepalanya berulang kali, pipinya yang tembam tampak kemerahan, kemudian ia menerima suapan dari suster panti asuhan hingga kue cokelat untuknya tidak tersisa.
Setelah itu, suster tertua menghampiri Nina, lalu memberikannya hadiah dan ucapan selamat ulang tahun. Nina menerima hadiah itu dengan senang hati. Ia tak lupa berterima kasih pada suster itu, yang telah dianggap sebagai neneknya sendiri.
"Nina, kamu harus mencari keluargamu."
Namun tiba-tiba, wanita tua itu mengatakan kalimat itu, membuat Nina terkejut sekaligus bingung.
"Kenapa? Aku, 'kan, sudah punya kalian. Kenapa aku harus mencari keluargaku?" tanya Nina.
Wanita tua itu menggeleng. Ia tersenyum hangat.
"Tidak. Kamu harus tetap mencari keluargamu. Karena kamu pantas menerima itu. Kamu harus hidup bahagia bersama keluargamu."
Kata-kata suster itu menyemangati Nina, kemudian sesuatu melintas di pikirannya.
"Tapi... Nina gak mungkin cari orang tuaku sendirian...."
Memainkan jari-jarinya, Nina menunduk.
Itu benar.
Dia hanya seorang anak kecil berumur 7 tahun, yang bahkan belum menjelajahi dunia luar yang menyeramkan.
Jadi, bagaimana mungkin dia bisa mencari orang tuanya di dunia yang begitu luas ini?
Suster panti asuhan tertua memahami kesulitan Nina, tangannya yang keriput membelai kepala Nina dengan lembut.
"Tidak apa-apa. Cari pelan-pelan saja. Wanita tua ini yakin kalau orang tuamu adalah orang yang terkenal, jadi pasti akan sangat mudah mencari mereka."
"Benarkah?"
"Iya, Nak. Kata kuncinya ada di dalam liontin milikmu."
'Kata kunci? Apa itu?'
Nina sedikit memiringkan kepalanya, berpikir, namun ia tetap tidak mengerti. Tapi setelah mendengar kata "liontin", tiba-tiba otak kecilnya bekerja.
'Ohhh! Jadi aku bisa cari orang tuaku dari liontin indah itu!'
Sekarang Nina sudah tahu bahwa dia harus memulai pencarian dari kalung liontin miliknya.
'Oke! Ayo mulai cari!'
Ia bertekad di dalam hati bahwa ia akan mencari keluarganya.
Melihat semangat yang besar membara di mata biru jernih itu, suster panti asuhan tersenyum dan memeluk Nina.
"Nina janji. Nina akan menemukan keluargaku."
Dia berjanji bahwa ia akan menemukan keluarganya. Dan Nina akan melaksanakan pencariannya esok hari, setelah pulang sekolah.
Tangan mungilnya mengepal dan membentuk tinju kecil.
'Aku pasti bisa! Hidup Nina!'
Namun, tak ada yang tahu bahwa janji itu akan terpenuhi esok hari.
...↬°↫...
Sepulang sekolah, Nina langsung pergi ke Perusahaan Van In Here, perusahaan tempat orang-orang mencari keluarga mereka yang menghilang. Nina pergi ke perusahaan itu dengan berjalan kaki, yang ternyata jarak antara perusahaan itu dengan sekolahnya hanya beberapa meter saja.
Sebelumnya dia sudah mengumpulkan informasi dari para guru.
Mereka semua merekomendasikan perusahaan besar itu padanya, jadi Nina pergi ke sana tanpa ragu.
Ketika memasuki pintu Perusahaan Van In Here, petugas keamanan langsung mengecek tas ransel berwarna merah muda bergambar kelinci yang dibawa Nina. Setelah selesai, Nina berjalan menuju meja resepsionis. Di sana ia menanyakan ruangan tempat orang-orang melakukan pencarian.
"Permisi, Kak," ucap Nina dengan sopan dan ramah pada salah satu karyawan di meja resepsionis itu.
Karyawan itu segera menghentikan aktivitasnya. Ia sedikit menunduk, memandang anak kecil perempuan yang tampak lucu.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu, Dik?" tanyanya ramah.
Nina tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Eh, anu, bisa kasih tahu Nina di mana ruangan tempat orang melakukan pencarian?"
"Ya?"
"Bisa ya, Kak~? Ya~"
Memasang tampang yang begitu menggemaskan, Nina menatap karyawan itu sambil memelas.
Karyawan itu, yang tak sanggup mengabaikan anak kecil di depannya yang begitu menggemaskan, langsung menjawab dengan wajah memerah, "Dari sini kamu bisa jalan lurus, terus belok kanan. Ruangannya ada di sana ya, Dik."
"Ohhh, begitu. Makasih ya, Kak!"
Nina menembakkan bentuk hati pada karyawan itu, yang dibalas seruan kecil dari karyawan itu.
"Kyaaa! Dia imut sekaliiii!"
'Hehe!'
Nina tertawa di dalam hati sambil membanggakan wajahnya yang imut. Lalu ia berjalan, mengikuti instruksi karyawan tadi. Ketika kaki kecilnya melangkah, rambut pirangnya yang diikat dua bergoyang. Ukuran tubuhnya yang lebih kecil daripada orang-orang di sini membuatnya menjadi pusat perhatian.
Orang-orang yang berjalan di sekitarnya melirik dan menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Hah? Ini tidak mungkin, 'kan?"
"Ya Tuhan, apakah malaikat kecil itu turun dari langit?"
"Gila. Lihat wajahnya! Wajahnya!"
"Sejak kapan presdir kesayangan kita punya anak?!"
"Idola kita sudah menikah?!"
"Hari patah hati nasional resmi ada."
"Imut! Dia imut sekali."
'Hm?'
Nina memandang orang-orang, yang entah sejak kapan mulai mengelilinginya, lalu dia segera mempercepat langkahnya.
'Huwaaa! Ibu guru tolong! Aku mau diculiiik!'
Tatapan ganas dari semua orang membuatnya mengira bahwa mereka akan menculiknya. Nina segera berlari.
"Dia kabur!"
"Apa dia akan mengadu pada presdir kita?"
"Tamatlah riwayatku!"
Para karyawan, yang takut malaikat kecil itu mengadu pada ayahnya, segera mengerjarnya.
"Tolong berhenti!"
Mereka berteriak putus asa.
Namun Nina, yang salah paham dengan teriakan mereka, langsung meneteskan air mata.
"Huwaaa! Ibu guru tolong akuuu!"
Dan terjadilah aksi kejar-mengejar di antara para karyawan dan Nina. Hingga kepala kecilnya menabrak seseorang.
"Kyaaaa!"
Buk!
Terjatuh di lantai, Nina mendongak. Mata birunya yang bulat sudah berair.
"Heuk."
Dia terkejut ketika mata seseorang menatapnya dengan tajam. Tubuhnya tanpa sadar bergetar.
'A-a-aku takut....'
Sementara Nina bergetar di lantai, para karyawan yang awalnya mengejarnya segera berhenti. Tubuh mereka langsung kaku. Lalu mereka membungkuk dengan tergesa-gesa.
"Ma-maafkan kami, Presdir! Maaf! Maaf! Maafkan kami!"
Setelah meminta maaf berulang kali, mereka kabur. Sekali lagi mereka salah paham bahwa tatapan tajam dari orang itu diarahkan pada mereka.
――――――――――――――
TBC!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments