Planet Bumi di tahun 2222 Masehi.
Kota Megapolitan Jakarta.
Tatanan kehidupan manusia telah berubah drastis dengan adanya kecanggihan teknologi. Semua kegiatan manusia dilakukan dengan bantuan alat-alat canggih, yang pastinya memiliki kemampuan untuk melakukan apapun demi memenuhi kebutuhan manusia.
Bukan hanya soal gadget, komputer ataupun mesin-mesin teknologi. Bahkan dokter dan guru tidak lagi menjadi profesi milik manusia, tapi milik dari robot pintar buatan manusia juga.
Gedung-gedung tinggi menjulang di semua tempat, bukan hanya di kota-kota besar. Tapi di seluruh pelosok dunia dengan kemegahan dan kemewahan yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, dengan berbagai fasilitas yang disediakan untuk kenyamanan dan keamanan penghuninya.
Kendaraan-kendaraan canggih yang berfungsi sebagai alat transportasi, juga memiliki kecepatan yang tinggi sehingga menghemat waktu agar manusia bisa melakukan aktivitas dengan efisien dan efektif karena bukan hanya berfungsi sebagai kendaraan di darat. Tapi kendaraan atau mobil-mobil tersebut bisa diubah dengan penyesuaian tempatnya, bisa di air menjadi kapal laut dan di udara sebagai pengganti pesawat terbang.
Manusia butuh makan? tidak perlu repot-repot, tinggal menekan tombol menu pada layar ponsel yang bisa dibuat menjadi layar transparan di manapun berada - untuk mempermudah manusia dalam penggunaannya. Tak lama, robot pengantar makanan datang mengantarkan makanan sesuai dengan pesanan, sementara kokinya juga robot pintar yang sudah disetting sedemikian rupa untuk bisa mengolah makanan-makanan yang lezat seperti para chef dan koki-koki handal pada umumnya.
Tatanan kota juga super canggih dengan peraturan dan penempatan tata letak bangunan serta ruang kota yang sangat teratur, dengan tingkat keamanan yang tinggi. Jadi jika ada kecelakaan atau kebakaran, alarm bahaya untuk keamanan kota langsung memberikan peringatan tanpa harus membuat laporan secara manual.
Dan yang paling canggih adalah, penanggulangan pra bencana. Satu minggu sebelum ada bencana, peralatan canggih yang berfungsi sebagai alat detektor sudah memberikan peringatan pada manusia. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya korban bencana alam, baik untuk masyarakat atau manusia dan juga kerugian materi atau harta benda.
Tapi semua kemudahan tersebut tentu saja dimiliki oleh mereka-mereka yang kaya, memiliki uang banyak untuk membeli alat-alat canggih tersebut - guna memudahkan kegiatan dan kehidupan mereka.
Untuk mereka yang tidak memiliki uang banyak, tentunya mereka hanya menjadi buruh kasar atau "jongos" yang tidak banyak diperlukan sehingga pengangguran terjadi di mana-mana - sementara tingkat konsumerisme masyarakat, bukan hanya sekedar orang kaya saja, meningkat dengan drastis dan merata di seluruh lapisan masyarakat.
Semua orang hidup dengan nyaman tanpa harus bersosialisasi dengan orang lain secara langsung, sehingga satu orang dengan orang lainnya seperti tidak mengenal secara nyata. Individu hidup dalam keadaan sendiri, seperti yang mereka inginkan sehingga rasa toleransi menghilang.
Anak-anak terlena dengan kecanggihan teknologi dan asyik dengan game-game yang menghabiskan waktu mereka - seharian penuh. Tidak ada lagi aktivitas sekolah untuk belajar mengajar, dan hal ini membuat gedung-gedung sekolah tutup sejak lama.
"Ada perusahaan dengan teknologi tercanggih yang menawarkan Chip Cemer, alat canggih yang bisa dimasukkan ke dalam otak manusia sehingga manusia tersebut menjadi pintar tanpa harus belajar."
Pengembang Chip Cemer ini adalah seorang ilmuwan yang sudah memprediksi adanya perubahan kehidupan dan mengubah kebiasaan manusia. Ia mendirikan laboratorium tercanggih untuk pembuatan Chip Cemer ini.
"Kau punya uang? Beli pengetahuan! Karena di dunia ini, pengetahuan dapat diperjual-belikan."
"Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki uang?"
"Kerja keras, dan beli Chip Cemer dalam kapasitas yang sesuai dengan kepemilikan uang yang kamu miliki!"
***
Di sebuah gedung yang menjulang tinggi.
"Hai, jongos, sini!" panggil seorang pemuda pada seorang OB manual.
"Saya, mas?" tanya OB tersebut, dengan menunjuk dirinya sendiri.
"Mas-mas! Kapan aku jadi mas kamu? Enak aja! Aku gak sudi punya adik miskin kayak kamu!" hardik pemuda tersebut dengan sinis.
OB tersebut menundukkan kepalanya, berusaha untuk menahan diri. Ia tahu jika ia adalah orang miskin, dan bekerja sebagai OB manual di gedung ini juga karena adanya rasa kemanusiaan yang masih tersisa dari salah satu staff pengelola gedung.
Sebenarnya, banyak OB robot yang melakukan tugas-tugas untuk melayani kebutuhan penghuni gedung ini. Tapi tetap saja ada beberapa OB manual, yaitu OB tenaga manusia.
Jika dilihat dari umur, OB ini belum masuk kriteria tenaga kerja legal karena umurnya baru 17 tahun. Tapi karena zaman sudah berubah, suatu pekerjaan yang dilakukan secara manual - nyata, tidak lagi mengenal usia. Bahkan, para manula yang seharusnya pensiun juga masih banyak yang bekerja demi memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
"Apa yang bisa saya bantu?" tanya OB tersebut dengan sedikit membungkuk.
"Aku mau ke laboratorium Chip Cemer. Kamu pasti tidak bisa beli Chip Cemer, kan? Mau gak, Chip Cemer bekas aku?" tanya pemuda itu - meremehkan.
"Saya__"
"Udah, nggak perlu mikir bayar! Aku ngasih gratis, kok! Lagian, daripada Chip Cemer bekas aku kebuang, kan sayang! Jika dijual juga tidak seberapa. Aku gak butuh uang, sedangkan meninggalkan Chip Cemer second di laboratorium justru mendapatkan denda."
Pemuda tersebut memberikan alasan untuk merendahkan OB tersebut. Tapi memang begitulah yang terjadi dan menjadi aturan, sebab Chip Cemer second hanya akan menimbulkan sampah di laboratorium tersebut dan bisa menimbulkan kekacauan sistem keamanan laboratorium itu sendiri. Jadi, sebisa mungkin anak-anak konglomerat yang ingin berganti Chip Cemernya dengan kapasitas yang lebih besar, diharuskan membawa orang yang bisa membantunya menerima Chip Cemer second miliknya.
Karena alasan ini juga, banyak orang-orang miskin yang tidak bisa membeli Chip Cemer ini, antri menunggu seandainya ada customer yang masuk ke laboratorium untuk pemasangan Chip Cemer baru dan tidak lagi membutuhkan yang lama.
Kapasitas Chip Cemer ini, memang bertingkat sesuai dengan besar kecilnya dan ada harga yang harus dibayar juga untuk tiap-tiap tingkatan atau kapasitas yang tertanam.
Semakin besar kapasitas Chip Cemer, semakin mahal harganya. Dan kapasitas terbesar sepanjang sejarah adalah 1 PetaByte, yang setara dengan 1 juta GigaByte - 1 juta GB.
Sayangnya, kapasitas tersebut belum pernah diambil oleh customer manapun, dan penelitian juga masih dilakukan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan - bencana yang ditimbulkan. Dan para ahli juga tidak mengijinkan untuk mengambil kapasitas maksimal tersebut - sebab ditakutkan eror pada saat otak pemilik tidak seimbang dengan besarnya kapasitas besarnya Chip Cemer ini.
"Ayok!" ajak Pemuda itu - dengan memaksa OB tersebut.
"Tidak, aku tidak mau!" tolak OB tersebut, takut jika pemuda itu berbohong.
"Ck, aku bayar! Bukan kamu yang bayar, puas?" tanya pemuda itu dengan senyum sinis.
Tapi OB tersebut tetap menolak tawaran yang sepertinya menguntungkannya, tapi ia justru trauma jika apa yang dikatakan pemuda itu hanyalah bualan saja.
Sebagai orang miskin, ia telah banyak menerima hinaan dan tawaran seperti ini. Tapi pada kenyataannya semua itu hanya tipuan semata untuk menghindari beban pajak atau denda atas Chip Cemer second yang tidak lagi digunakan.
Bugh!
"Argh!" teriak OB tersebut saat perutnya ditendang oleh pemuda itu.
"Banyak bacot, seret dia!" perintah pemuda itu pada robot yang kebetulan lewat di depannya.
***
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"
"Eh, tidak! Aku sudah ada tertanam Chip Cemer," elak OB tersebut.
"Halah, paling juga kapasitas kecil! Beda punyaku ini, ada 20 GB!" sahut pemuda tersebut dengan pongahnya.
Sementara robot yang diminta oleh Pemuda itu untuk menarik OB, telah beraksi. Tangan pemuda tersebut telah dicekal, dan dengan demikian, OB tersebut tidak mungkin bisa melarikan diri.
Dalam keadaan seperti ini, OB tersebut hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin melawan, sebab sistem robot akan memberikan sinyal warning sehingga melumpuhkan lawan - OB tersebut dianggap lawan, karena robot pintar itu sebagai security di gedung tersebut.
Akhirnya OB itu pasrah saja diajak ke laboratorium Chip Cemer. Ia juga ingin tahu, apakah otaknya yang sudah tertanam Chip Cemer masih bisa menerima pemasangan baru dengan kapasitas yang lebih besar daripada yang saat ini sudah ada.
'Jika bisa, maka Chip Cemer di dalam otakku ada dua dengan total 30 GB. Sebab yang tertanam sebelumnya adalah 10 GB,' batin OB tersebut.
Sementara pemuda kaya itu tersenyum puas melihat OB yang ditindasnya tidak lagi melawan. Itu berarti ia telah menemukan "tempat sampah" yang bisa menampung Chip Cemer second miliknya. Ia bisa bebas menanam kembali Chip Cemer dengan kapasitas yang dia inginkan - yang lebih besar, sebab ia akan segera masuk ke perusahaan papanya agar bisa belajar menjadi pengusaha.
Setibanya di laboratorium Chip Cemer, tampaklah sebuah ruangan yang dipenuhi dengan berbagai alat-alat canggih - yang tentunya hanya para ahli yang tahu bagaimana cara pengoperasian dan fungsinya.
Setelah melakukan pendaftaran, pemuda tadi memberitahu jika ada "penampung" Chip Cemer second miliknya.
"Aku bawa penampung, jadi gak bakalan ninggalin sampah," ujarnya sambil tersenyum lebar.
"Oh, penampungnya juga harus didaftar." Petugas administrasi laboratorium memberitahukan peraturan yang berlaku.
"Ya, tentu saja."
Akhirnya OB yang tadi dipaksa untuk ikut, dipanggil dan diwawancarai oleh petugas administrasi laboratorium.
"Nama?"
"Reo San Aron," jawab OB.
Petugas mengetikkan nama tersebut, tapi data dari OB tersebut nyatanya sudah ada dengan kapasitas Chip Cemer yang dimilikinya. Hal ini karena OB tersebut baru saja menjadi penampung dua minggu yang lalu, dan semua data dari pengguna Chip Cemer memang ada dan langsung muncul begitu namanya disebut.
Hal ini membuat petugas ragu untuk menerima penampung yang sama, takut jika terjadi konsleting sistem. Tapi untuk lebih jelasnya, petugas administrasi tersebut menghubungi tim ahli.
"Kenapa?" tanya pemuda tersebut dengan wajah tegang.
"Penampung yang kamu bawa, sudah memiliki Chip Cemer." Petugas memberikan penjelasan. "Tapi aku bertanya dulu pada tim ahli, sebab belum ada kasus untuk pemilik Chip Cemer tapi ditanam lagi," imbuhnya memberikan informasi.
Mungkin, petugas administrasi tersebut tidak ingin ada "sampah" baru, sebab OB tersebut tidak mungkin bisa membayar denda untuk sampah Chip Cemer second miliknya.
Tak lama kemudian, ada salah satu petugas ahli datang. Ia memeriksa keadaan OB tersebut, sebab ia juga belum pernah melakukan penanaman ganda.
"Kata ketua, penelitian tentang Chip Cemer ganda masih berlangsung. Tapi untuk beberapa percobaan, memang ada kegagalan. Belum ada final. Penampung ini bisa digunakan sebagai bahan penelitian lagi," ujar ahli tersebut.
Mata Reo langsung terbelalak saat mendengar perkataan ahli tersebut. Itu artinya, ia akan dijadikan sebagai objek atau tikus percobaan. Dan orang-orang miskin sepertinya ini tidak memiliki kekuatan untuk menolak.
"Jika ada penelitian, aku mau bonus. Kan aku yang bawa tikus ini," pemuda tersebut mencoba untuk bernegosiasi - mencari keuntungan sendiri.
"Hah?" Reo terkejut mendengar perkataan pemuda yang memaksanya, dan tidak dikenalnya juga.
"Udah, gak usah ngelawan!" bentak pemuda itu dengan senyum mengejek.
Reo menunduk dengan bibir terkatup rapat. Untuk orang miskin sepertinya - yang tidak memiliki uang dan kekuasaan, memang selalu direndahkan, ditekan dan diperlakukan semena-mena. Bahkan jika dijadikan sebagai objek penelitian sekalipun, badan hukum tidak bisa melindunginya karena dalih untuk melakukan percobaan dan penelitian teknologi demi kemajuan.
***
Ruangan kedap suara dan udara ini tampak suram bagi Reo. Para ahli telah mengunakan pakaian seperti astronot untuk menghindari efek samping dari alat-alat canggih yang ada, sementara dirinya hanya alat bantu pernapasan. Reo juga didudukkan di sebuah kursi yang tersambung dengan beberapa alat-alat rumit, yang Reo sendiri tidak tahu untuk apa fungsi akar tersebut.
Di sampingnya, duduk pemuda tadi - yang baru saja diketahui memiliki nama Charles Tomy Rifaldi. Anak seorang konglomerat, yang ternyata memiliki beberapa persen saham dari laboratorium ini.
Lampu dengan kekuatan cahaya yang sangat terang telah dinyalakan, membuat mata silau lalu beberapa alat telah terpasang di kening dan leher Reo - membuatnya tidak bisa bergerak lagi.
Kesadaran Reo berkurang seiring tubuhnya yang terguncang. Ia tidak lagi merasakan apa-apa saat terlihat cahaya yang seperti aliran listrik memenuhi alat-alat yang tersambung ke tubuhnya.
Blebeb blebeb blebeb
Nging nging nging
"Warning!"
"Cepat lepaskan!"
Samar-samar, Reo mendengar perdebatan dan teriakan para ahli yang tadi menangani dirinya dan Charles. Lalu terdengar suara ledakan dari alat-alat canggih yang digunakan dalam ruangan ini, kemudian ruangan menjadi gelap gulita.
Di saat Reo membuka mata, terdapat sebuah layar transparan berwarna kebiruan dengan banyak tombol. Lalu setelah itu ada bunyi notifikasi dengan tulisan yang terpampang jelas dilayar tersebut.
[Ding Ding]
[Sinyal terdeteksi, target sistem ditemukan.]
"Apa maksudnya?" tanya Reo bingung.
[Anda adalah Master yang menjadi target Sistem Pengetahuan. Apakah Anda bisa menerima pemasangan Sistem Pengetahuan pada tubuh Anda?]
"Pemasangan Sistem Pengetahuan?" Reo masih merasa bingung dengan tulisan layar yang dibacanya.
[Sistem Pengetahuan ini adalah Chip Cemer terbesar, yang memiliki kapasitas 1 PB. Belum pernah ada yang terpasang pada manusia manapun, dan Sistem Pengetahuan ini baru saja final dalam proses pengujian.]
"Apa aku mampu menampungnya?"
Reo merasa ragu dengan kapasitas terbesar dari memori yang seharusnya dimiliki manusia. Sebab 1 PB adalah memori yang sempurna untuk otak manusia, sementara manusia jenius sepanjang sejarah hanya menggunakan daya ingat mereka antara 5 sampai 7 item dalam satu waktu, sementara berat otak manusia hanya sebesar 1200 - 1400 gram.
[Sistem Pengetahuan tidak mungkin salah target, Master. Apakah Anda mau menerima penyatuan Sistem Pengetahuan ini?]
"Apa yang bisa aku dapatkan jika menerima penyatuan sistem?" tanya Reo ingin tahu - tidak mau rugi.
[Dengan Sistem Pengetahuan, Anda akan menjadi Master yang bisa menggantikan laboratorium yang telah hancur ini. Jual beli Chip Cemer, bisa dilakukan Master dengan sendirinya tanpa mengurangi kapasitas Chip Cemer dalam otak. Keuntungan mutlak ada pada Anda, sebab Master juga yang menentukan harga dari Chip Cemer tanpa ada yang bisa mengaturnya.]
"Wah, ini menarik. Dengan demikian, aku bisa memberikan harga berapapun, memberikan pelajaran pada mereka yang dulunya merendahkanku."
[Tepat! Apakah Anda setuju?]
Reo berpikir sebentar, lalu dengan pasti menjawab pertanyaan Sistem Pengetahuan.
"Ya, aku mau!"
[Ding Ding]
[Menyatukan identitas Master dengan Sistem pengetahuan.]
Memuat ...
Louding ...
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Selesai
"Argh! Ini, ini panas sekali?"
Reo begitu kesakitan saat penyatuan Sistem Pengetahuan selesai - dengan adanya cahaya kuning jingga kemerahan yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Brukk
Tubuh Reo ambruk dengan kepulan asap yang keluar dari seluruh pori-pori kulitnya.
***
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"
Perlahan-lahan mata Reo terbuka. Keadaan ruangan masih sama seperti saat ia sadar terakhir kalinya, yaitu gelap.
Setelah berkedip beberapa kali, layar transparan Sistem Pengetahuan kembali muncul di depan matanya. Membuat Reo kembali tersadar, jika apa yang dialaminya tadi bukanlah sekedar mimpi.
[Ding Ding]
[Penyatuan Sistem Pengetahuan selesai.]
Nama : Reo San Aron
Umur : 17 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Muatan Chip Cemer : 1 PetaByte
Status misi : Belum ada
[Identitas Master telah terkunci pada Sistem Pengetahuan.]
[Ding Ding]
Reo memperhatikan tombol-tombol layar dan tulisan yang tertera di layar transparan Sistem Pengetahuan yang baru saja padam dan menghilang. Sekarang ia sadar jika saat ini ia adalah orang paling jenius di dunia, dengan Sistem Pengetahuan yang telah menjadi miliknya. Dengan demikian, pengetahuan yang dimilikinya unlimited - tidak terbatas.
Sesuai dengan petunjuk Sistem Pengetahuan di awal tadi, Reo adalah satu-satunya tempat yang bisa memasang Chip Cemer untuk orang lain. Hal ini sama dengan laboratorium canggih sebelumnya, tempat di mana orang-orang memasang Chip Cemer untuk kecerdasan yang langsung bisa didapatkan tanpa harus belajar.
Reo tersenyum lebar ketika ingat dengan jelas apa yang terjadi. Kini ia bisa mengendalikan orang-orang kaya, karena mereka akan takluk dengannya.
"Laboratorium Chip Cemer ini telah hancur. Chip Cemer unlimited yang menjadi penelitian tanpa ujung, telah berakhir. Dan aku, orang yang tidak pernah berpikir untuk bisa membelinya justru memilikinya tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Bahkan keuntungan setelahnya, akan menjadi milikku."
Reo mengedarkan pandangannya, melihat keadaan ruangan laboratorium canggih Chip Cemer yang telah hancur menjadi abu. Beberapa ahli, terlihat masih tidak sadarkan diri. Atau bisa jadi, mereka telah meninggal dunia akibat dari penelitian mereka sendiri.
"Aww ..."
Kepala Reo menoleh saat mendengar seseorang yang sedang mengaduh. Ternyata orang itu adalah Charles Tomy Rifaldi, pemuda yang memaksanya untuk menjadi penampung Chip Cemer second.
"Ahhh, isshhh ..."
"Apakah kau tidak apa-apa?" tanya Reo mendekat ke tempat Charles.
"Kau? Kau tidak apa-apa?" Charles justru balik bertanya dengan tatapan tajam - menyelidik, sebab melihat keadaan Reo yang tak kurang suatu apapun.
"Ya, aku baik-baik saja."
Reo malas memberikan jawaban panjang lebar pada pemuda sombong tersebut. Ia bahkan tidak berniat untuk menolong Charles yang terlihat kesakitan pada kepalanya, sebab sedari tadi pemuda itu memegangi pelipisnya. Tempat di mana seharusnya Chip Cemer terpasang.
Mata Reo kembali melihat sekeliling, dan terlihat beberapa ahli yang tadi pingsan kini mulai bergerak-gerak. Kemungkinan, ada juga yang tidak kuat menahan ledakan tadi sehingga meninggal dunia.
Reo memejamkan matanya sebentar, lalu terlihat olehnya layar transparan Sistem Pengetahuan. Ia mencari tahu bagaimana caranya menghubungi pihak medis, sementara di laboratorium ini ia tidak pernah tahu apa-apa.
Ternyata, di luar ruangan ini ada beberapa robot medis, siap untuk melakukan pekerjaannya jika diperintah.
Clek
Reo keluar meninggalkan Charles dan para ahli. Ia akan memberikan perintah pada robot-robot medis untuk melakukan tugasnya, membantu Charles dan para ahli yang menjadi korban kecelakaan di ruangan laboratorium.
Tak lama kemudian, Reo melihat robot-robot medis melaksanakan tugasnya dengan patuh. Membersihkan luka-luka yang ada dan memberikan obat-obat sesuai dengan kebutuhan.
"Ternyata benar, robot-robot tersebut bekerja sesuai dengan apa yang harus dilakukan. Dan sepertinya robot-robot itu lebih profesional karena tidak harus memikirkan hal-hal lain seperti manusia. Pantas saja banyak pihak yang mempekerjakan robot-robot ahli, daripada manusia manual seperti aku."
Dengan memperhatikan apa yang dilihatnya saat ini, Reo sadar betul bagaimana pola hidup manusia. Dan tentunya Reo juga akan mengalami perubahan yang signifikan, karena ia juga telah menjadi sangat kaya dengan adanya Sistem Pengetahuan yang telah memilihnya menjadi Master.
Keuntungan laboratorium Chip Cemer, telah berpindah padanya. Jadi, Reo juga bisa mempermainkan harga untuk pemasangan Chip Cemer yang diinginkan oleh banyak orang. Apalagi jika orang itu adalah anak dari keluarga kaya raya seperti Charles.
"Mereka tidak bisa melakukan tekanan dan intimidasi padaku lagi, bahkan mereka akan lebih sering memohon padaku. Heh, dunia telah ada di dalam genggamanku!"
Dengan bangga, Reo duduk di kursi luar ruangan yang tadi telah hancur.
"Hai, kau siapa?"
Reo menoleh cepat saat mendengar seseorang yang menegurnya. Dia tidak sadar jika ada orang yang masuk secara tiba-tiba, karena sedari tadi hanya diam dan berbicara sendiri tentang situasi dan keadaannya yang berubah dalam waktu sekejap.
"Hai, aku sedang bertanya denganmu. Siapa kamu? Apakah kamu orang baru?" tanya orang itu - lagi.
"Aku Reo San Aron," jawab Reo memperkenalkan diri.
"Aku tidak peduli namamu siapa, yang aku tanyakan adalah, apa fungsimu di laboratorium ini?" gertak orang tersebut.
Mata Reo memperhatikan pria setengah baya tersebut. Menurut Reo, pria itu berumur sekitar 50 tahun. Dengan penampilannya yang rapi dan bahan pakaian yang mahal, bisa dipastikan bahwa pria tersebut adalah orang yang kaya dan sepertinya juga memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
"Aku mencari anakku, atau di mana para ahli laboratorium ini?" Pria itu kembali mengajukan pertanyaan.
"Anak?" tanya Reo, mengulang kembali pertanyaan pria tersebut.
"Iya, anakku. Kau tidak tuli, kan?" Pria itu menatap tajam Reo, dengan kalimat yang juga bernada merendahkan.
"Aku tidak melihat anak-anak dari tadi," ujar Reo melihat sekelilingnya.
"Ck, kemana dia? Padahal tadi pamit mau pergi ke laboratorium ini," gumam pria itu dengan mengerutu sendiri.
Otak Reo cepat berfungsi, dan dia yakin bahwa anak yang dimaksud oleh pria tersebut adalah Charles Tomy Rifaldi. Pemuda yang telah menjadi salah satu korban kegagalan ujicoba Chip Cemer di ruangan yang sama dengannya, yang memaksanya ikut sebagai penampung Chip Cemer second.
Tak lama kemudian, samar-samar terdengar suara gaduh di dalam ruangan utama laboratorium yang telah hancur. Suara gaduh karena rasa sakit itu terdengar juga oleh Pria itu. Apalagi lampu warning yang ada di atas pintu juga masih menyala.
"Apa yang terjadi?" pria itu terlihat panik.
"Lihat saja sendiri," jawab Reo acuh.
Pria itu menatap semakin tajam ke arah Reo, tapi kakinya cepat melangkah ke arah ruangan. Sementara Reo hanya tersenyum sinis, menunggu apa yang akan terjadi setelah ini.
Beberapa saat kemudian, robot-robot medis telah selesai dengan tugasnya. Beberapa ahli yang terluka sudah dirawat dan dipindahkan ke ruangan yang lebih memadai, menunggu mobil ambulans yang akan membawa mereka ke rumah sakit.
Pria tadi juga keluar dengan memapah anaknya, yang sesuai dengan tebakan Reo, yaitu Charles.
"Pa, dia yang menyebabkan kecelakaan laboratorium!" tunjuk Charles ke arah Reo.
***
"Karya ini merupakan karya jalur kreatif"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!