Eps#18 DI HANTUI MASA LALU

Dalam keheningan malam yang sunyi, Danang terbaring di ranjangnya dengan mata yang terpejam. Namun, tidurnya tidak tenang; pikirannya terus menerus terhanyut dalam mimpi yang menakutkan.

Di dalam mimpinya, dia kembali ke masa lalu desa Puger, ke saat-saat yang berlalu dengan cepat dan penuh teror. Dia melihat bayangan-bayangan gelap yang menghantui rumah-rumah, dan suara-suara aneh yang memenuhi udara.

Tiba-tiba, dia mendengar suara gemuruh yang menggema di kejauhan. Dengan hati-hati, dia melangkah mendekati suara itu, melewati gang-gang gelap yang sunyi. Saat dia semakin dekat, dia melihat sesosok bayangan yang mengambang di udara, dipenuhi dengan aura yang gelap dan menyeramkan.

Dengan hati yang berdebar, Danang mencoba memanggil bayangan itu, tetapi tidak ada jawaban. Dia merasakan kehadiran yang mencekam di sekitarnya, membuatnya merinding hingga ke tulang.

Tiba-tiba, bayangan itu mulai bergerak mendekat, mengambang di udara dengan gerakan yang mengancam. Danang mencoba mundur, tetapi kakinya terasa seperti terjebak di tempat.

Saat bayangan itu semakin dekat, Danang merasa dirinya terjatuh ke dalam jurang gelap yang tak berujung. Dia berteriak meminta pertolongan, tetapi suaranya hilang ditelan oleh kegelapan yang menakutkan.

Dan kemudian, dengan terkejut, Danang terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal. Dia duduk di atas ranjangnya, terengah-engah dan berkeringat dingin. Namun, ketakutan dari mimpi itu masih terpatri dalam pikirannya, meninggalkan rasa ketidaknyamanan yang tak terlupakan.

Danang duduk di atas ranjangnya, masih terhantui oleh bayangan gelap dari mimpi yang menakutkan. Dia meraba-raba meja kecil di samping tempat tidurnya, mencari senter untuk menerangi kegelapan yang menyelimuti kamarnya. Setelah menemukannya, dia menyalakannya dan membiarkan cahaya redup menerangi sudut-sudut ruangan.

Dengan napas yang masih tersengal-sengal, Danang berusaha meredakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Dia mencoba membuang jauh-jauh pikiran tentang mimpi yang menyeramkan itu, tetapi bayangan-bayangan gelap terus menghantuinya.

Dengan gemetar, dia mengambil Al-Quran yang selalu dia simpan di samping tempat tidurnya. Dengan tangan yang gemetar, dia membukanya dan mulai membaca ayat-ayat suci untuk memohon perlindungan dari Allah SWT.

Saat dia membaca ayat-ayat tersebut, dia merasa ketenangan yang lambat laun menyusup ke dalam hatinya. Dia merasa dirinya dilindungi oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri, memberinya keberanian untuk menghadapi teror yang menghantuinya.

Dengan hati-hati, dia menutup Al-Quran dan meletakkannya kembali di tempatnya. Dia merasakan kelelahan yang menghampirinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus tetap waspada. Kegelapan masih mengintainya, dan dia harus siap menghadapinya.

Dengan tekad yang bulat, Danang meraih senter di sisinya dan berdiri dari tempat tidurnya. Dia siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggu di kegelapan malam.

Malam semakin larut, tetapi Danang tidak bisa tidur. Dia duduk di sudut kamarnya, memandangi jendela yang terbuka lebar. Angin malam menyapu masuk, membawa aroma tanah basah dan daun kering.

Bayangan-bayangan gelap di luar jendela menambah ketegangan yang sudah ada dalam dirinya. Dia merenung tentang mimpi itu, tentang bagaimana masa lalunya terus menghantuinya seperti hantu yang tidak akan pernah meninggalkannya.

Dito, yang ternyata teman masa kecilnya, muncul dalam ingatannya. Dia mengingat bagaimana mereka berdua selalu bersama, mengeksplorasi desa Puger dengan riang gembira. Namun, kematian tragis Dito menghancurkan semua itu. Dito menjadi korban praktik santet yang dilakukan oleh seorang dukun jahat di desa mereka.

Dengan tiba-tiba, Danang teringat akan janji yang dia buat pada saat pemakaman Dito. Janji untuk menemukan kebenaran di balik kematian sahabatnya itu, dan untuk memastikan bahwa kejahatan yang sama tidak akan terjadi lagi pada orang lain.

Dia merenungkan apa yang telah dia lakukan sejak saat itu. Perjalanan panjangnya untuk mengungkap misteri di balik kematian Dito telah membawanya ke tempat-tempat gelap dan menyeramkan. Tetapi dia tidak akan mundur. Dia bertekad untuk membawa keadilan bagi Dito, bahkan jika itu berarti dia harus menghadapi setan-setan dari masa lalunya.

Dengan hati yang penuh tekad, Danang bangkit dari tempat duduknya. Dia tahu bahwa perjalanan mencari kebenaran ini belum berakhir, dan dia siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggunya.

Langit gelap malam itu dipenuhi dengan gemuruh petir yang menggelegar, menciptakan suasana yang semakin mencekam di Desa Puger. Di dalam rumah tua yang terbengkalai, Danang duduk di atas ranjangnya, merenung dalam kegelapan yang menyelimutinya.

Bayangan Dito masih terus menghantuinya, muncul dalam mimpi-mimpinya seperti setan yang tidak akan pernah meninggalkannya. Dia merasa bertanggung jawab atas kematian tragis sahabatnya itu, dan rasa bersalah itu terus menggelayut dalam dirinya.

Tiba-tiba, sebuah suara derap langkah yang tidak dikenal terdengar di luar jendela kamarnya. Danang merinding, mendengar suara itu semakin mendekat dengan cepat. Tanpa pikir panjang, dia bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju jendela.

Dengan hati-hati, Danang membuka jendela dan melihat ke luar. Di bawah sorotan bulan yang redup, dia melihat sebuah bayangan yang bergerak cepat di kegelapan. Dia tidak bisa melihat dengan jelas apa atau siapa itu, tetapi dia merasakan kehadiran yang gelap dan menakutkan di sekitarnya.

Ketika bayangan itu semakin mendekat, Danang merasa ketegangan yang semakin meningkat dalam dirinya. Dia bisa merasakan bahwa kehadiran itu membawa aura yang tidak bersahabat, dan dia tahu bahwa dia harus waspada.

Dengan hati-hati, dia menutup jendela dan mengunci pintu kamarnya dengan rapat. Dia tidak tahu apa yang menunggunya di luar sana, tetapi dia bersumpah untuk melindungi dirinya sendiri dan orang-orang yang dicintainya dari ancaman yang mungkin datang.

Dengan hati yang berdebar-debar, Danang berbaring kembali di tempat tidurnya, tetapi dia tahu bahwa tidur malam itu tidak akan mudah baginya.

Danang merasa detak jantungnya semakin keras saat ia mendengar langkah-langkah berat mendekat ke pintu kamarnya. Suasana malam yang sunyi membuat bulu kuduknya merinding. Dengan gemetar, ia menggenggam gagang pintu, siap menghadapi siapa pun yang berada di luar sana.

"Tidak boleh ada yang masuk ke sini!" pikirnya keras. "Aku harus melindungi diriku sendiri!"

Dengan hati-hati, ia membuka pintu kamarnya perlahan. Sorot lampu remang-remang dari lorong membuat siluet bayangan yang tidak dikenal terlihat semakin menyeramkan. Dengan napas yang terengah-engah, Danang menyusuri lorong menuju asal suara itu.

Namun, saat ia mencapai ujung lorong, tidak ada yang tampak. Hanya kegelapan yang menyelimuti setiap sudut, membuatnya semakin bingung. Namun, ketika ia berbalik untuk kembali ke kamarnya, ia mendengar suara desiran kain di baliknya.

Dengan cepat, ia berbalik, dan mata terbelalak ketika ia melihat sosok bayangan yang berdiri di ujung lorong. Dengan tubuh yang gemetar, ia berusaha untuk menyampaikan kata-kata, tetapi lidahnya kelu. Apa yang terjadi?

"Ssstt... jangan takut, Danang," bisik suara lembut di kegelapan. "Aku datang untuk memberimu peringatan."

Dengan penuh ketegangan, Danang menatap bayangan itu, mencoba untuk mengetahui siapa yang berbicara. Namun, sebelum ia bisa menyampaikan pertanyaannya, bayangan itu menghilang dalam sekejap.

Dengan hati yang masih berdebar keras, Danang kembali ke kamarnya, mencoba untuk meredakan ketegangan yang memenuhi dirinya. Namun, pertemuan misterius itu masih menghantuinya, meninggalkan tanda tanya besar di benaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!