Eps#2 SEPUCUK SURAT

Dito dan Andi berdiri di depan rumah sakit desa, menatap ke dalam gelapnya malam yang mencekam. Di dalam, wanita muda yang mereka temukan di hutan masih berjuang untuk bertahan hidup. Mereka tahu bahwa jawaban atas misteri ini mungkin terletak pada dirinya.

"Saya tidak yakin apakah kita harus masuk," kata Andi, suaranya gemetar oleh ketakutan dan kekhawatiran.

Dito menggenggam lengan Andi dengan mantap. "Kita harus tahu apa yang terjadi pada wanita itu, Andi. Kita harus mencari tahu bagaimana dia bisa berada di hutan sendirian dan dalam keadaan terluka seperti itu."

Dengan langkah berani, mereka memasuki rumah sakit desa. Di koridor yang gelap, mereka dihadapkan oleh aroma obat-obatan dan bunyi gemuruh mesin-mesin medis. Di ruang perawatan darurat, mereka melihat wanita itu terbaring di atas tempat tidur, tubuhnya tertutup oleh selimut putih.

Dokter desa, seorang pria tua yang bijaksana bernama Dr. Arif, menghampiri mereka dengan wajah serius. "Kalian datang untuk wanita itu, bukan?"

Dengan cepat, Dito mengangguk. "Kami menemukannya di hutan, terluka parah. Apa yang terjadi padanya, Dok?"

Dr. Arif menghela nafas dalam-dalam. "Nama wanita itu adalah Maya. Dia adalah penduduk desa yang menghilang beberapa hari yang lalu. Kami masih mencoba mencari tahu bagaimana dia bisa berakhir di hutan sendirian seperti itu."

Andi menatap Maya dengan simpati. "Apakah dia bisa memberi tahu kita apa yang terjadi padanya?"

Dr. Arif menggeleng. "Sayangnya, dia masih belum sadar. Luka-lukanya cukup parah, dan kami tidak yakin kapan dia akan bangun."

Dengan hati yang berat, Dito dan Andi meninggalkan ruang perawatan darurat, pikiran mereka dipenuhi dengan kekhawatiran akan nasib Maya dan keingintahuan akan apa yang telah terjadi padanya.

"Mungkin kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang kejadian terkait dengan Maya," usul Dito saat mereka keluar dari rumah sakit.

Andi setuju. "Kita bisa mulai dari rumahnya. Mungkin ada petunjuk di sana yang bisa membantu kita memahami apa yang terjadi padanya."

Mereka berdua bergegas menuju rumah Maya, sebuah pondok kecil di pinggiran desa. Saat mereka mendekat, mereka melihat rumah itu dalam keadaan yang kacau-balau, seolah-olah telah ditinggalkan dalam keadaan terburu-buru.

Dengan hati-hati, Dito membuka pintu dan memasuki rumah itu, diikuti oleh Andi. Di dalam, mereka menemukan barang-barang yang berserakan di lantai, dan tanda-tanda perkelahian yang jelas terlihat di dinding dan perabotan.

"Sesuatu yang mengerikan terjadi di sini," kata Andi dengan suara gemetar.

Dito mengangguk, mencari-cari petunjuk yang mungkin ada di sekitar mereka. Di sudut ruangan, dia menemukan selembar kertas yang terlipat, seakan-akan baru saja tersembunyi.

Dia membukanya dan membaca dengan cepat. "Ini adalah surat cinta dari seorang p

ria yang ditujukan untuk Maya. Namun, ada sesuatu yang aneh..."

Andi mengernyitkan kening. "Apa yang aneh?"

Dito menunjuk ke satu bagian dari surat itu. "Tulisan tangan Maya terlihat tidak stabil di sini, hampir seperti dia menulis dalam keadaan panik atau takut."

Mereka berdua bertukar pandang, menyadari bahwa ada lebih banyak misteri yang tersembunyi di balik kejadian ini. Apa yang terjadi pada Maya, dan mengapa dia berada di hutan sendirian dengan luka-luka parah?

Mereka tahu bahwa mereka harus mencari tahu jawabannya sebelum terlambat. Tetapi dengan makin dalamnya mereka menyelidiki, semakin jelas pula bahwa ada kekuatan gelap yang mengancam Desa Puger, dan mereka harus siap untuk menghadapinya.

Dengan hati-hati, Dito dan Andi menyelidiki setiap sudut rumah Maya, mencari petunjuk yang mungkin ada di sekitar mereka. Mereka memeriksa setiap benda yang berserakan di lantai, mencari tanda-tanda apa pun yang dapat menjelaskan keberadaan Maya di hutan dan kondisinya yang terluka parah.

Tiba-tiba, mata Dito jatuh pada sebuah foto yang tergeletak di atas meja kayu. Foto itu menunjukkan Maya bersama seorang pria yang tidak dikenal, senyum mereka terpancar bahagia. Namun, sesuatu yang aneh menarik perhatian Dito: ekspresi wajah Maya terlihat tegang, seolah-olah ada ketegangan yang tersembunyi di balik senyumnya.

"Dia siapa, menurutmu?" tanya Dito kepada Andi sambil menunjuk foto itu.

Andi mengambil foto itu dan memeriksanya dengan seksama. "Saya tidak yakin. Tapi sepertinya dia bukan warga desa kita. Barangkali dia adalah orang asing yang Maya temui di luar desa."

Dengan penuh perhatian, mereka terus menyelidiki rumah Maya, mencari petunjuk tambahan yang mungkin membantu mereka memecahkan misteri ini. Di lemari pakaian, mereka menemukan secarik kertas yang terlipat rapi, seolah-olah disimpan dengan sengaja.

Dengan hati-hati, Dito membukanya dan membaca tulisan tangan yang tertera di atasnya. "Ini adalah catatan pribadi dari Maya. Dia menulis tentang ketakutannya akan sesuatu yang mengintai di malam hari di desa ini. Dia merasa seperti ada yang mengikuti setiap langkahnya dan mengawasinya dari kegelapan."

Andi mengerutkan kening. "Ini semakin aneh. Apa yang membuatnya merasa terancam seperti itu?"

Dengan kekhawatiran yang memuncak, Dito dan Andi terus memeriksa setiap sudut rumah Maya, mencari petunjuk yang mungkin terkait dengan keberadaannya di hutan dan keadaannya yang terluka parah. Namun, semakin dalam mereka menyelidiki, semakin jelas pula bahwa ada kekuatan gelap yang mengancam Desa Puger, dan mereka harus siap untuk menghadapinya.

Ketika mereka hampir putus asa, mata Dito jatuh pada sesuatu yang tersembunyi di balik rak buku di pojok ruangan. Dia mengambil benda itu dengan gemetar tangan dan melihatnya dengan cermat.

"Apakah itu... sebuah kalung?" ucap Dito dengan suara yang hampir tercekik.

Andi mendekat dan melihat kalung itu dengan kagum. "Ya, sepertinya begitu. Tapi ada sesuatu yang aneh dengan kalung ini."

Dengan hati-hati, mereka memeriksa kalung itu dan menemukan sebuah liontin yang terbuat dari batu hitam berkilauan. Di permukaan batu itu, terukir simbol-simbol aneh yang mereka tidak dapat mengidentifikasinya.

"Ini pasti memiliki makna khusus," kata Dito dengan suara serak. "Dan saya yakin bahwa kalung ini terkait dengan misteri yang mengelilingi Maya dan teror yang mengancam Desa Puger."

Andi mengangguk setuju, wajahnya penuh dengan tekad. "Kita harus membawa kalung ini bersama kita dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa ini."

Mereka berdua meninggalkan rumah Maya dengan kalung itu sebagai satu-satunya petunjuk yang mereka miliki. Langit malam yang gelap menatap mereka saat mereka berjalan pulang ke rumah, dan ketakutan akan apa yang mungkin menanti mereka tidak dapat diabaikan.

Dengan hati-hati, mereka menyembunyikan kalung itu di dalam tas mereka, siap untuk mengungkap kebenaran yang mengerikan di balik misteri yang menghantui Desa Puger.

Terpopuler

Comments

ghina amd

ghina amd

Dito atau Danang? jgn bikin bingung thor

2024-04-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!