Eps#17 DITO DALAM MIMPI DANANG (Flashback)

Danang terjaga dalam kegelapan malam, napasnya tersengal-sengal. Tiba-tiba, dalam alam mimpi, dia menemukan dirinya berdiri di tengah sebuah desa yang sunyi, di mana udara terasa tebal dengan aura kegelapan. Di kejauhan, dia melihat seorang pria tua yang duduk sendiri di bawah pohon tua yang angker.

Dengan langkah ragu, Danang mendekati pria tua itu. Wajahnya pucat, matanya terpaku pada Danang dengan ekspresi ketakutan yang mendalam. "Bapak siapa?" tanya Danang dengan suara gemetar.

Pria tua itu mengangkat kepalanya, wajahnya penuh dengan raut penuh penyesalan. "Aku adalah Dito," ucapnya dengan suara parau, "dan aku telah terjebak dalam teror yang tak terbayangkan karena kesalahan masa lalu."

Dengan hati yang berdebar, Danang mendekati Pak Dito. "Apa yang terjadi, Pak Dito?"

Pak Dito menghela napas, matanya dipenuhi dengan rasa menyesal. "Pada tahun '97, saya terlibat dalam praktik santet yang terlarang di Desa Puger. Saya adalah seorang dukun yang mencoba memanfaatkan kekuatan gelap untuk kepentingan pribadi. Tetapi apa yang saya lakukan itu membawa petaka bagi diri saya sendiri dan bagi desa ini."

Danang mendengarkan dengan hati yang bergetar. Dia bisa merasakan ketakutan yang membebani Dito. "Apa yang terjadi setelah itu Pak?"

Pak Dito menundukkan kepala dengan penuh penyesalan. "Saya hampir kehilangan nyawa saya, Danang. Tetapi saya diselamatkan oleh seorang kyai yang bijaksana, yang mengusir setan pocong itu dengan kekuatan doa dan iman. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk hidup dan menebus dosa-dosa saya."

Dengan mata berkaca-kaca, Danang bersumpah, "Aku akan mengungkap kebenaran tentang kekuatan gelap ini, Pak Dito. Aku akan melindungi desa ini dari ancaman setan pocong itu."

Pak Dito tersenyum lemah, dipenuhi rasa haru dan harapan. "Terima kasih, Danang. Semoga Allah memberkahi langkahmu."

Dengan hati yang penuh tekad, Danang terbangun dari mimpi itu, menemukan dirinya kembali dalam dunia nyata, siap untuk menghadapi ancaman yang mengintai Desa Puger.

Dalam flashback yang mencekam, Danang duduk di tepi ranjang kayu tua di rumahnya yang sederhana. Wajahnya tampak tegang, matanya terusik oleh kegelisahan yang mendalam. Di hadapannya, seorang pria tua duduk dengan lemas, wajahnya dipenuhi raut kelelahan dan ketakutan.

"Pak Dito, tolong ceritakan padaku lagi apa yang terjadi," pinta Danang dengan suara lembut, mencoba menenangkan pria tua itu.

Pria tua itu, yang dikenal sebagai Pak Dito, menarik napas dalam-dalam sebelum memulai kisahnya. "Anak muda, saya telah terlibat dalam praktik santet yang terlarang di masa lalu. Saya adalah seorang dukun yang mencoba memanfaatkan kekuatan gelap untuk kepentingan pribadi. Namun, apa yang saya lakukan itu membawa petaka bagi diri saya sendiri dan bagi desa ini."

Dengan hati yang berat, Pak Dito melanjutkan, "Pada tahun '97, ketika saya masih muda seperti Anda, saya terlibat dalam praktik santet yang sangat berbahaya. Saya menggunakan kekuatan gelap untuk mencelakai orang-orang yang dianggap sebagai musuh saya. Tetapi semua itu berbalik menyerang saya sendiri. Setan pocong, yang saya panggil dengan kekuatan gelap itu, menyerang saya dengan ganas. Mereka menuntut nyawa saya sebagai balasannya."

Danang mendengarkan dengan hati yang terpanggil. Dia bisa merasakan ketakutan dan penyesalan yang membebani Pak Dito. "Apa yang terjadi kemudian, Pak Dito?"

Pak Dito menundukkan kepala dengan penuh penyesalan. "Saya hampir kehilangan nyawa saya, anak muda. Tetapi saya diselamatkan oleh seorang kyai yang bijaksana, yang mengusir setan pocong itu dengan kekuatan doa dan iman. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk hidup dan menebus dosa-dosa saya."

Dengan tatapan penuh ketegasan, Danang bersumpah, "Saya akan mengungkapkan kebenaran tentang kekuatan gelap ini, Pak Dito. Saya akan melindungi desa ini dari ancaman setan pocong itu."

Pak Dito tersenyum lemah, dipenuhi rasa haru dan harapan. "Terima kasih, anak muda. Semoga Allah SWT memberkahi langkahmu."

Dengan tekad yang menggebu-gebu, Danang meninggalkan rumah Pak Dito, siap untuk menemukan cara mengalahkan kegelapan yang mengancam Desa Puger.

Dengan napas yang terengah-engah, Danang terbangun dari mimpi yang menghantui. Matanya terbuka lebar, mencoba memahami arti dari pengalaman yang baru saja dialaminya. Apakah itu hanya sebuah mimpi ataukah sesuatu yang lebih dalam?

Perlahan, Danang bangkit dari tempat tidur, hatinya masih terasa berat oleh beban pengetahuan yang baru saja dia terima. Dia merasa tanggung jawab yang lebih besar menumpuk di pundaknya sekarang, memaksanya untuk bertindak lebih berani dan lebih tegas dalam menghadapi kegelapan yang mengancam desanya.

Dengan langkah mantap, Danang menyeberangi kamar tidurnya menuju jendela. Dia memandang keluar ke malam yang gelap, mencari petunjuk atau tanda-tanda yang mungkin ada di sekitarnya. Namun, hanya kegelapan yang menyambutnya, tanpa suara atau gerakan yang mencurigakan.

Seketika, dia merasa sebuah kehadiran yang tak terlihat mengitari dirinya. Hatinya berdegup kencang, dan dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang menunggu di balik bayang-bayang.

Tanpa ragu, Danang mengambil keputusan untuk mengungkap kebenaran dan melindungi desanya dari ancaman yang mengerikan. Dengan tekad yang kuat, dia bersumpah untuk tidak pernah mundur dalam menghadapi setan pocong yang menakutkan itu.

Dengan langkah mantap, dia meninggalkan kamarnya dan memasuki lorong gelap menuju perjalanan petualangannya yang berikutnya. Keputusannya telah dibuat, dan dia siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin menantinya.

Danang melangkah dengan hati yang teguh, melewati lorong gelap menuju ke luar rumahnya. Langit malam masih kelam, dan angin malam berdesir di antara pepohonan dengan suara yang menyeramkan. Dia merasa seolah-olah setiap bayangan di sekitarnya bisa saja menjadi tempat bersembunyi bagi kegelapan yang mengintai.

Segera setelah keluar, Danang merasakan udara malam yang dingin menyapa wajahnya. Bintang-bintang di langit gemerlap, memberi sedikit cahaya pada kegelapan yang menyelimutinya. Namun, kehadiran yang tak terlihat masih terasa di sekitarnya, membuat bulu kuduknya merinding.

Dengan tekad yang tidak goyah, Danang melangkah maju, memasuki jalan setapak yang menuju ke pusat desa. Di tengah perjalanan, dia melihat bayangan-bayangan gelap yang bergerak di antara pepohonan, menimbulkan rasa takut di dalam dirinya.

Namun, dia tidak mundur. Dengan langkah yang mantap, dia terus maju, menolak untuk memberi ruang bagi ketakutan yang merayap di dalam hatinya. Dia tahu bahwa hanya dengan menghadapi kegelapan itu dengan keberanian yang sejati, dia akan bisa mengalahkannya.

Tiba-tiba, sebuah suara serak terdengar di kejauhan, seperti desiran kain yang terbawa angin. Danang berhenti sejenak, mendengarkan dengan hati-hati. Apakah itu suara setan pocong yang menakutkan atau hanya suara alam semesta yang bersuara aneh?

Tanpa ragu, Danang melanjutkan langkahnya, menyusuri jalan setapak yang semakin gelap. Dia tahu bahwa misinya untuk melindungi desanya dari ancaman yang mengintai lebih besar dari ketakutan pribadinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!