DESA PUGER '97
Cerita dimulai pada malam yang gelap dan hening di Desa Puger. Danang, seorang pemuda desa yang berusia dua puluh tahun, adalah seorang yang skeptis terhadap cerita-cerita tentang hantu dan legenda. Namun, takdirnya akan segera diubah pada malam itu.
Danang baru saja pulang dari warung kopi desa, tempat dia biasanya bertemu dengan teman-temannya untuk bercanda dan bercerita. Langit malam gelap seperti biasa, dan dia merasa sedikit terganggu oleh angin yang berhembus dingin.
Saat Danang berjalan melewati pemakaman tua di pinggiran desa, dia mendengar sesuatu yang membuatnya menggigil: suara langkah kaki halus di belakangnya. Dia berpaling, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya gelap pekat dan angin malam yang menyapu di antara batu-batu nisan.
Tapi kemudian, sebuah suara bergema di malam yang sunyi, suara yang membuat bulu kuduknya merinding. "Daaanaaang..." bisikan itu bergema di telinganya seperti angin.
Dengan hati berdebar, Danang berbalik sekali lagi, dan di hadapannya, muncullah sosok yang membuat jantungnya berdegup kencang: seorang pocong dengan kain kafan putih yang terkulai, wajah pucat yang menjulang ke arahnya.
Terdiam oleh ketakutan, Danang berusaha mundur, tetapi kakinya seperti terpaku ke tanah. Pocong itu semakin mendekat, langkahnya berat dan gemetar. Dalam keadaan panik, Danang berteriak meminta pertolongan, tetapi suaranya terdengar hampa di malam yang sepi.
Inilah awal teror di Desa Puger yang akan mengubah hidup Danang selamanya.
Di sebuah rumah kayu tua di tepi desa, Danang duduk sendirian di ruang tamu, diterangi oleh cahaya kunang-kunang yang masuk dari celah-celah kayu. Dia menatap layar televisi tua dengan kosong, pikirannya melayang jauh.
Seketika, dia teringat pada peristiwa mengerikan yang dialaminya semalam di pemakaman desa. Bayangan pocong dan suara misterius masih segar dalam ingatannya. Meskipun dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya imajinasi, tetapi ketakutan itu merasuk ke dalam dirinya.
Tiba-tiba, suara langkah kaki halus terdengar dari luar rumah. Danang menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan suara itu sebagai hasil dari kelelahan atau ketakutan yang masih membayangi pikirannya. Namun, suara itu semakin dekat dan lebih nyata.
Dengan hati-hati, Danang berjalan ke jendela dan melongok keluar. Hanya kegelapan yang menyambutnya. Tetapi, ketika dia hendak kembali ke kursinya, dia melihat bayangan putih melintas di luar jendela dengan cepat.
"Danang... Daaanaaang..." suara bisikan itu kembali, kali ini lebih dekat, lebih menyeramkan.
Danang merinding. Dia tahu dia tidak bisa mengabaikan ini lagi. Dengan gemetar, dia membuka pintu dan melangkah keluar ke teras. Angin malam yang dingin menyapu wajahnya, dan bulu kuduknya berdiri tegak.
Tiba-tiba, di tengah kegelapan, sebuah sosok putih muncul di hadapannya: pocong yang mengerikan, dengan mata kosong yang menatapnya. Dengan langkah gemetar, pocong itu mendekat, mengirimkan gelombang ketakutan yang mencekam melalui tubuh Danang.
"Siapa... siapa kamu?" Danang berteriak, suaranya penuh dengan ketakutan.
Pocong itu hanya menatapnya dengan hening, seolah-olah menunggu sesuatu. Dan kemudian, dengan tiba-tiba, pocong itu menghilang dalam kabut malam, meninggalkan Danang sendirian dalam kegelapan.
Dengan hati-hati, Danang mengusap matanya, memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi buruk. Namun, kejadian di teras rumahnya tidak bisa diabaikan. Keringat dingin mengalir di punggungnya, dan denyut jantungnya berdegup keras.
Dia tahu dia harus berbagi pengalaman ini dengan seseorang. Tanpa ragu, dia menghubungi temannya, Andi, yang tinggal di seberang desa. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya Andi menjawab panggilannya.
"Andi, kamu harus datang ke sini sekarang juga. Aku melihat sesuatu yang mengerikan," kata Danang dengan suara gemetar.
Andi, yang bisa merasakan ketegangan dalam suara Danang, segera setuju untuk datang. Tak lama kemudian, Andi tiba di rumah Dito dengan langkah cepat.
"Sudahlah, ceritakan padaku apa yang terjadi," ujar Andi sambil duduk di samping Danang.
Dengan hati-hati, Danang menceritakan pengalamannya di teras rumahnya, mulai dari suara langkah kaki hingga kemunculan pocong misterius. Andi mendengarkan dengan serius, wajahnya penuh dengan ekspresi kebingungan dan ketakutan.
"Ini sungguh mengerikan, Danang. Tapi mungkin ini hanya lelucon atau ilusi optik, bukan?" ujar Andi mencoba menenangkan Danang.
Danang menggelengkan kepala. "Aku yakin ini nyata, Andi. Aku merasa... aneh. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres di desa ini."
Andi mengangguk setuju, wajahnya serius. "Kita harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Desa Puger. Barangkali ada hubungannya dengan legenda Pocong yang selalu kita dengar."
Mereka berdua merenung sejenak, terdiam oleh ketidakpastian dan ketakutan yang menghantui mereka. Namun, tekad untuk mengungkap kebenaran menguatkan hati mereka.
"Baiklah, kita mulai dari pemakaman. Mungkin ada petunjuk di sana," kata Danang, suaranya penuh dengan tekad.
Andi setuju, dan mereka berdua meninggalkan rumah Danang menuju ke pemakaman desa di tengah malam yang sunyi.
Sampai di pemakaman, mereka merasa seakan-akan ada sesuatu yang mengintai di kegelapan. Tetapi, dengan hati-hati, mereka mulai menyelidiki setiap sudut pemakaman, mencari petunjuk yang mungkin ada.
Tiba-tiba, Andi berteriak. "Danang, lihat ini!"
Danang bergegas ke samping Andi dan melihat sesuatu yang mengejutkan: ada bekas jejak kaki di tanah di dekat sebuah makam yang baru saja digali. Jejak itu mengarah ke arah hutan belantara yang gelap di pinggir pemakaman.
"Mungkin pocong itu datang dari sana," bisik Danang dengan nafas terengah-engah.
Mereka berdua bertukar pandang, hati mereka dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan yang mendalam. Namun, mereka tahu bahwa mereka harus terus menyelidiki untuk mengungkap misteri yang mengancam Desa Puger.
Mereka mengikuti jejak tersebut menuju ke dalam hutan yang gelap, dengan hati-hati melangkah di antara pepohonan yang menggeram. Suasana yang mencekam memenuhi udara, dan mereka merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi setiap gerakan mereka.
Tiba-tiba, suara gemuruh misterius terdengar dari kegelapan. Dengan cepat, Danang dan Andi bersembunyi di balik pohon, hati mereka berdebar kencang. Mereka saling berpandangan, mencoba memahami apa yang sedang terjadi di sekitar mereka.
Ketika suara gemuruh mereda, mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka, semakin dalam ke dalam hutan yang gelap. Mereka tahu bahwa mereka harus menemukan jawaban atas misteri yang mengancam desa mereka, bahkan jika itu berarti menghadapi bahaya yang lebih besar lagi.
Mereka terus berjalan, menyusuri jalur yang gelap dan bercabang-cabang di antara pepohonan yang rapat. Angin malam berdesir di antara daun-daun yang bergoyang, menciptakan suara-suara yang menakutkan di sekeliling mereka.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara aneh yang bergema di antara pepohonan. Suara itu terdengar seperti tangisan atau rintihan yang kesakitan, membuat bulu kuduk mereka merinding.
Dengan hati-hati, mereka mengikuti suara tersebut, melewati semak-semak dan pohon-pohon yang tumbang. Semakin dekat mereka mendekat, semakin jelas mereka mendengar suara tersebut.
Dan ketika mereka mencapai sumber suara, apa yang mereka temukan membuat mereka terdiam oleh kejutan dan ketakutan yang mendalam.
Di tengah-tengah hutan yang gelap, terbaring seorang wanita muda dengan luka-luka serius di tubuhnya. Wajahnya pucat, matanya terpejam, dan napasnya yang lemah hampir tidak terdengar.
Dengan cepat, Danang dan Andi berlutut di samping wanita itu, mencoba memeriksa luka-lukanya dan mencari tahu apa yang terjadi.
"Wanita itu terluka parah. Kita harus membawanya ke desa segera," ujar Andi dengan suara gemetar.
Dengan hati-hati, mereka mengangkat wanita itu dari tanah dan membawanya kembali ke Desa Puger. Setiap langkah mereka terasa berat, dihantui oleh ketidakpastian dan ketakutan akan apa yang mereka temukan di dalam hutan itu.
Ketika mereka akhirnya mencapai desa, penduduk desa terkejut melihat wanita itu dalam keadaan parah. Mereka segera membawanya ke rumah sakit desa untuk perawatan lebih lanjut, sementara Danang dan Andi duduk di luar, terdiam oleh kejadian yang baru saja mereka alami.
"Wanita itu siapa, dan apa yang terjadi padanya?" tanya Danang dengan suara rendah.
Andi menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, Danang. Tapi ini pasti terkait dengan misteri yang sedang kita selidiki. Kita harus mencari tahu lebih lanjut."
Dito mengangguk setuju, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang tak terjawab. Apa hubungan antara wanita itu dengan pocong misterius yang mereka temui di hutan? Dan apa kaitannya dengan legenda Pocong yang menghantui Desa Puger?
Dengan tekad yang baru, Danang dan Andi bersumpah untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik teror yang mengancam desa mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
ghina amd
siapa Dito??
2024-04-12
1
🎀
dito?
2024-04-11
1
Kustri
eh, Dito siapa yaa
itu th 1997 di desa sdh msk tlp yaa, kan g mgkin pkai hp
2024-02-27
1