BAB 4

Bimbang

*

Selamat membaca⬇️

***

30 menit berkendara Rissa sampai di daycare tempatnya menitipkan Vino sekaligus sekolah. Daycare tersebut milik saudara salah satu temannya, dan fasilitas yang ditawarkan juga lumayan lengkap, pengasuh dan pendidik disini semuanya bersertifikat, jadi dia sangat terbantu dan tidak merasa khawatir. Lagipula jarak dengan tempat kerjanya hanya 10 menit berkendara.

"Vino jadi anak baik ya sayang. Mamah sayang Vino banyak banyak. Sekarang mamah pergi kerja dulu ya." Rissa mencium kening anaknya.

Airmatanya luruh begitu saja, entahlah apa yang dirasakannya. Ada rasa haru, sedih, sakit dan juga marah. Semuanya menyatu bergemuruh di dalam dadanya.

Vino yang menyadari mamahnya tidak baik baik saja, lalu menatap kearah mamahnya. Diusapnya airmata itu, kemudian dia mengecup kedua mata mamahnya.

"Airmata, kamu jangan nakal. Kamu jangan keluar lagi ya, kasihan mamah aku. Nanti wajahnya tidak cantik lagi!" ucapan Vino sontak membuat Rissa tersenyum, dan langsung mendekap putranya erat

"Mamah tidak akan nangis lagi. Mamah janji akan menjadi mamah yang hebat untuk Vino. Karena Vino adalah anak mamah yang hebat!" tegas Rissa

Vino yang berada dalam dekapannya mengangguk ribut.

"Oke, sekarang Vino masuk ya. Assalamu'alaikum," ucap Rissa

"Waalaikumsalam, papay mamah." Vino salim lalu melambaikan tangannya ke arah Rissa. Sedangkan Rissa bergegas menghampiri salah satu pendidik.

"Assalamu'alaikum Miss. Saya titip anak saya ya," ucap Rissa

"Wa'alaikumsalam. Baik Bu, jangan khawatir. Lagian Vino anak yang baik dan dia juga sangat cerdas," sahut Bu Guru Vino

" Terimakasih Miss. Kalau begitu saya permisi, mari," pamit Rissa seraya tersenyum yang disambut dengan senyuman pula oleh guru Vino.

Rissa membalikkan badan dan melangkah meninggalkan pelataran daycare menuju mobilnya di parkir.

Sampai di dalam mobil, ponselnya berdering, dia segera mengangkatnya.

"Hallo assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Ris, loe di mana?gue udah sampai dit empat kerja loe nih."

"Ok, 10 menit lagi gue sampai. Loe tunggu aja di sana."

"Oke, gue tunggu jangan pake lama."

" Iya iya. Assalamu'alaikum."

Rissa bergegas melajukan mobilnya menuju tempatnya bekerja, dia tidak mau temannya menunggu lama.

Hingga 10 menit kemudian mobilnya sudah memasuki pelataran kantor. Belum juga turun, temennya tersebut sudah menghampirinya, dan mengetuk pintu mobilnya.

"Hadeuh, kebiasaan deh gak sabaran!" Rissa mengeluhkan sikap temannya, sembari membuka pintu mobilnya.

"Sorry Ris, gue buru buru nih soalnya. Ini yang loe minta kemaren, menurut gue sih lengkap. Dan yang gue kirim tadi cuma beberapa contohnya aja, mudah mudahan loe puas," ucap temennya Rissa.

"Ok, gue bakal lihat dulu. Nanti bayarannya gue sesuaikan sama kerja loe," sahut Rissa

"Ya elah, loe mah perhitungan amat sama temen." Temennya itu pun menggerutu.

"Iya dong Ndre, thanks ya gue udah ngerepotin loe," ucap Rissa tersenyum.

"Iya, kapan-kapan kalo loe butuh lagi hubungi gue," sahut temen Rissa yang bernama Andre.

"Siap," ucap Rissa

"Ya udah, gue cabut dulu ya," ujar Andre, kemudian berlalu meninggalkan Rissa.

"Iya, hati hati loe!" seru Rissa.

***

Sesampai di ruangannya Rissa tampak termenung, dia kembali berfikir. Apa keputusan yang akan diambilnya ini sudah tepat atau malah hanya akan membuatnya terpuruk dengan rasa sakit.

Dia memandangi amplop coklat yang berada di tangannya. Ingin rasanya segera membukanya tapi takut hatinya tidak siap. Sementara dirinya sangat penasaran.

Akhirnya dia memutuskan untuk membukanya daripada penasaran

Perlahan dia membuka amplop tersebut. Dia melihat satu persatu hingga matanya tertuju pada foto suaminya. Terlihat begitu intim dengan seorang wanita yang diakui suaminya sebagai sahabat masa kecilnya.

Dia lalu meneliti lembar demi lembar foto itu. Dan menemukan sebuah gambar yang memperlihatkan sang suami tengah tertawa lepas saat wanita itu menciumnya.

Rissa membeku, tubuhnya melemas seperti tidak bertulang, pikirannya langsung dikuasai berbagai macam prasangka negatif, hatinya tidak terima dicurangi seperti ini. Diremasnya foto itu, Dia menundukkan kepalanya dalam, mencoba mengumpulkan kepingan hatinya yang telah terkoyak.

Ditariknya nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dimasukkannya kembali berkas tersebut ke dalam amplop.

"Semangat Rissa jangan cengeng, dunia tidak berpusat pada Bara seorang, dia sudah mencurangimu, bangkitlah dan tunjukkan siapa dirimu, semangat!" seru Rissa seraya mengepalkan tangannya keatas. Memberi suntikan moril agar dirinya tidak lemah, masih ada Vino, yang harus dia pikirkan.

"Kamu kenapa Ris? Eeh kenapa dengan wajah kamu? Kalau ada masalah cerita sama mbak, Ris," ucap Winda rekan sekaligus sahabat Rissa

Rissa tidak menjawab, namun sedetik kemudian dia memeluk sahabatnya, tangisnya pecah seketika.

"Mbak ngerti perasaanmu. Tapi maaf ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk kamu seperti ini." Winda melepaskan pelukannya, dihapusnya airmata Rissa

"Kendalikan dirimu, tahan emosimu. Sekarang pergilah ke toilet dan tenangkan dirimu dulu. Jangan sampai mereka yang ada disini melihatmu seperti ini," titah Winda

Rissa mengangguk lalu pergi ke toilet. Sedangkan Winda membuka amplop coklat yang tergeletak di meja.

Seketika Winda tercengang, dia menutup mulutnya rapat, dengan cepat dia memasukkan kembali berkas itu ke dalam amplop. Dan menaruhnya di laci meja agar tidak ada yang melihatnya.

Winda mengelus dadanya, tidak menyangka seorang Rissa yang nyaris sempurna bisa diselingkuhi suaminya. Winda menggelengkan kepalanya.

"Eh mbak Win, ngapain kayak kegelian gitu?" tanya Luna teman sekantor Rissa juga.

"Tidak ada apa apa Luna. Udah sana duduk di kursimu, mbak mau beresin kerjaan dulu, kemaren belum sempet soalnya, " sahut Winda

"Mbak Win, tumben mbak Rissa belum datang. Ada apakah gerangan?" tanya Luna.

"Udah datang, lagi ke toilet sakit perut katanya. Mungkin salah makan," jawab Winda asal.

Sementara di toilet Rissa sudah bisa menenangkan dirinya. Dia mencoba mensugesti dirinya sendiri.

"Jangan lemah hanya satu lelaki Risa. Jangan tumbang hanya karena dikhianati. Kamu harus bisa tunjukkan kalo kamu bisa tanpa dia," gumamnya dalam hati.

Rissa merapikan riasan wajahnya yang sedikit berantakan. Berulang kali dirinya menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Lalu kembali ke ruangannya setelah dirinya merasa tenang.

***

Pukul 15.00 Rissa keluar kantor dan segera menuju daycare untuk menjemput anak lelakinya, setelah berbasa basi sebentar dengan pengurus tempat tersebut, dia pun melajukan kembali mobilnya menuju rumahnya.

" Vino sayang, apakah menginginkan sesuatu nak?" tanya Rissa pada anak semata wayangnya.

"Tidak mamah, Vino masih kenyang," jawab anak itu

"Oke, jadi bener nih ga pengin sesuatu?" tanya Rissa

"Bener mah, kata Miss kita gak boleh jajan banyak banyak. Nanti kasihan mamah sama papah capek nyari uangnya," jawab sang anak

Rissa tersenyum mendengar jawaban anaknya.

"Oooh begitu ya?"

"Iya mah."

"Nah udah sampai di rumah, hati hati ya sayang turunnya." Rissa memperingatkan

"Oke, siap mamah." Vino memberi hormat pada mamahnya.

Rissa turun dari mobil dan langsung menuju ke dapur. Hatinya berdesir nyeri saat melihat makanan yang dia siapkan untuk suaminya tadi pagi masih utuh tak tersentuh secuilpun.

Dirinya menghela nafas dan menatap makanan dalam piring itu lama sekali. Beragam pikiran berkecamuk dalam benaknya.

 Diraihnya piring itu dan memindahkan isinya ke dalam kantong plastik kecil lalu membuangnya ke tempat sampah.

Rissa menghampiri anaknya yang sedang asyik nonton televisi.

"Sayang, mandi yuk! Sudah sore loh, habis itu kita sholat ashar, hem" ajak Rissa

Vino mengangguk lalu beringsut turun dari sofa dan menghampiri mamanya.

Rissa ingin menggendong Vino namun sepertinya anak itu menolak

"Vino udah gede mamah, jadi ndak perlu digendong lagi," ujar anak itu lalu meraih jemari mamahnya dan menariknya menuju kamarnya.

Selesai mandi dan menunaikan kewajibannya, Rissa bermaksud mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak sempat dikerjakan di pagi hari.

"Vino duduk yang manis ya, jangan turun sebelum ada perintah dari mamah oke!" titah Rissa

"Siap mamah." Vino lalu naik keatas sofa dan duduk manis di sana sambil nonton serial kartun kesukaannya. Tak lupa juga cemilan yang menjadi temannya.

Rissa segera mengeksekusi pekerjaan yang sudah menantinya.

Hingga satu jam kemudian semuanya sudah beres, tinggal menjemur pakaian.

Baru saja akan mendudukkan dirinya di sofa, terdengar deru mobil di halaman rumahnya.

Tampak Barra suaminya turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Sebisa mungkin Rissa bersikap biasa saja seolah tidak ada apa-apa.

"Assalamu'alaikum," sapanya ketika memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam," sahut Rissa dan Vino serentak.

"Sudah pulang mas, tumben gak lembur?" tanya Rissa seraya meraih punggung tangan suaminya dan menciumnya takzim. Kemudian mengambil alih tas kerja suaminya dan membawanya ke dalam ruangan kerja sang suami.

Barra merasa hatinya menghangat, timbul rasa bersalah dalam dirinya. Dan dia bertekad perlahan lahan akan menjauhi Anita. Dirinya menatap dalam ke arah Rissa yang berlalu ke ruang kerjanya

Lalu menolehkan pandangannya ke arah anak semata wayangnya.

"Hallo Vino sayang, gak kangen nih sama papa?" tanya Barra seraya mendekat pada Vino

"Papa juga gak kangen sama Vino. Kemaren kemaren papa cuekin Vino!" ketus Vino tanpa menoleh sedikitpun ke arah papanya.

Deg....

...----------------...

Tolong baca per bab ya guys

Jika suka dengan cerita ini jangan lupa tinggalkan jejak :

Like

Komentar

Vote

Terimakasih atas dukungannya

🙏🙏🙏😍😍😍

Terpopuler

Comments

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

tuh anakmu aja ngerasa

2024-07-12

0

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

malu kan, anakmu sampai ngomong begitu.../Chuckle//Chuckle/

2024-07-03

1

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂

mana mungkin nolak seh.../Facepalm//Facepalm/

2024-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!