Mengambil Sikap
Selamat membaca⬇️
***
Rissa termenung menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana tak tentu arah. Berbagai macam spekulasi kini mulai menguasai nalurinya.
Dadanya kembali berdenyut nyeri. Manakala teringat dengan mata kepalanya sendiri, dia menyaksikan sang suami dicium mesra oleh seorang wanita yang diklaim sebagai sahabat masa kecilnya.
Dipandanginya wajah polos sang anak, yang tertidur pulas di sampingnya. Rissa memutuskan malam ini dan seterusnya, Vino akan tidur bersamanya. Dan setelah sholat isya' tadi Rissa mengajaknya untuk tidur, dan Vino menurut.
Tiba-tiba dia teringat seseorang dan langsung menghubunginya.
Berdering.....
"Hallo, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam. Gue mau minta tolong sama loe." Rissa langsung to the point.
"Ya'elah Ris. Loe ini tidak ada basa-basinya sama sekali. Nanya kabar kek minimal, ini mah langsung bae. Emang ya sahabat tidak ada akhlaq loe."
"Sorry, kabar loe pasti baik. Makanya gue nggak nanya. Ini urgent banget Bro," sahut Rissa santai sembari terkekeh.
"Ada apaan emang? Loe baik baik aja kan?"
"Gue saat ini masih baik-baik aja, tapi tidak tahu nanti. Gue minta tolong loe sadap nomor hp yang gue kirim nanti. Gue mau info yang lengkap," ucap Rissa serius.
"Sepertinya ada sesuatu Ris?"
"Makanya gue minta bantuan loe. Soal bayaran loe tidak usah khawatir," kata Rissa lagi
"Baiklah, gue lakuin secepatnya dan seakurat mungkin."
"Makasih. Sudah ya, takut anak gue terbangun. Wassalamu'alaikum." Rissa mengakhiri perbincangannya dengan sahabatnya.
Rissa meletakkan gawainya di atas nakas. Lalu memutuskan untuk tidur. Dipeluknya tubuh sang anak, sebelum akhirnya dia terlelap menjemput mimpi.
Pukul 03.00 dini hari Rissa terbangun. Diedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun nihil tak ditemukannya sang suami. Lalu dia langkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Rissa menunaikan sholat sunah 2 rakaat. Lalu bermunajat kepada Allah, agar diampuni segala dosa-dosanya. Dia juga menumpahkan semua keluh kesahnya.
"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba. Kuatkan lah hamba dalam menjalani cobaanmu. Jika perpisahan adalah jalan yang terbaik bagi kami, maka mudahkan lah urusan kami. Dan jika kami masih berjodoh, maka kembalikan dia pada kami. Hamba percaya rencanaMu adalah yang terbaik. Aamiin."
Selesai sholat, Rissa tidak langsung beranjak. Dia pejamkan matanya sejenak. Dirinya mencoba mencari kesalahan, walau sekecil apapun yang ada pada dirinya. Namun tak ditemukannya.
Selama hampir 5 th menjadi istri seorang Barra Prayoga, Rissa selalu berusaha menjadi istri yang baik. Apalagi setelah lahir buah hati mereka, dia sebisa mungkin memprioritaskan keluarganya di atas yang lain. Lalu dia teringat beberapa bulan yang lalu, Barra suaminya pulang ke rumah membawa seorang wanita. Kira-kira usianya masih di bawahnya...
"Assalamualaikum sayang," ucapnya waktu itu ketika datang dengan wajah sumringah.
"Wa'alaikumsalam, Mas," jawab Rissa saat itu lalu dia mencium takzim punggung tangan kanan suaminya.
"Sayang, kenalkan ini Anita. Sahabat karibku di masa kecil dulu. Dia ini dulu rumahnya di sebelah rumah aku, sayang. Lalu dia ikut sama keluarganya karena ayahnya pindah ke luar kota. Lihatlah sekarang dia sudah berubah menjadi secantik ini." Rissa tersentak kaget ketika dengan santainya Barra sang suami memuji wanita lain di depan matanya. Terlihat Anita tersipu malu.
Rissa tersenyum kecut dan memperkenalkan dirinya
"Rissa." Dia memperkenalkan dengan singkat saat itu.
"Oh ya, kamu tahu ga Yank. Anita ini pindahan dari kantor cabang. Dan sekarang dia sekantor sama aku cuma lain divisi." Barra begitu antusias menceritakan tentang Anita.
Sementara Rissa mengerutkan keningnya. Setelahnya dia hanya menjadi pendengar yang baik. Karena mereka sibuk bercengkerama sendiri, seolah kehadiran Rissa tidak terlihat oleh mereka. Untunglah saat itu Vino datang dan merengek minta digendong.
Lalu Barra mengenalkan Vino pada Anita. Sayangnya Vino malah memalingkan wajahnya dan memeluk leher mamahnya dengan erat. Rissa pun akhirnya pamit meninggalkan mereka.
Sejak saat itu Barra menjadi sangat sibuk. Bahkan beberapa bulan belakangan ini, Barra sering pulang malam. Alasannya sama selalu Anita.
Pernah ketika itu Vino merengek minta jalan-jalan. Kebetulan weekend jadi mereka berniat pergi ke kebun binatang.
Tapi yang terjadi ketika mereka sudah siap, tiba-tiba Barra membatalkan janjinya.
"Maaf sayang, Anita minta ditemani. Katanya ada sesuatu yang mau dia urus. Dan dia butuh bantuanku," ucapnya ketika itu
"Mas, kamu itu bisa tidak sedikit meluangkan waktumu buat kami. Kalian kan tiap hari sudah bertemu di kantor. Masa iya di saat waktumu buat keluarga, masih saja direcoki oleh sahabatmu itu. Aku ini istrimu Mas, dan Vino anak kita," protes Rissa dengan ketus kala itu.
"Tapi ini..."
"Dan untuk kesekian kalinya, kami harus mengalah demi sahabatmu itu. Begitu pentingkah dia sampai kamu tega mengabaikan kami?" Rissa menyela ucapan suaminya
"Sayang, aku mohon kamu mengerti. Anita itu gadis yang berhati lembut. Aku tidak tega jika mengecewakannya," sahut Barra
"Tapi kamu tega mengecewakan kami, istri dan anakmu!" ketus Rissa
"Mamah, ayo kita pergi sendiri saja. Nggak apa-apa nggak sama Papa. Kan sudah ada mamah." Rissa bisa melihat wajah kecewa Vino anaknya.
"Baiklah. Ayo kita pergi sendiri sayang." Lalu Rissa menuntun Vino menuju mobil. Rissa berjalan masuk ke dalam rumah. Dia mengunci pintu dan jendela.
"Aku pergi. Silahkan bersenang-senang dengan sahabat rasa pacarmu itu. Kami masih bisa sendiri tanpamu!" sarkas Rissa seraya membuka pintu mobil. Lalu menutup kembali dengan sedikit kasar. Terus terang dia amat sangat kecewa.
Terlalu larut dalam lamunannya, Rissa sampe tak sadar jika ternyata, Barra suaminya sudah ada di dalam kamar. Merebahkan tubuhnya di sisi Vino anaknya. Lalu Rissa melihat jam tepat pukul 04.00 pagi..
Rissa mencoba bersikap seperti biasa, berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa.
"Sudah pulang kamu, Mas?" tanya Rissa datar. Lalu mencium punggung tangan suaminya takzim.
"Sayang, kok Vino tidur di sini, kenapa?" tanya Bara.
"Memangnya kenapa, keberatan!?" tanya Rissa ketus.
"Oh, ti...tidak kok," jawabnya tergagap
Rissa mengambil baju ganti untuk suaminya dan menaruhnya di atas ranjang.
"Terimakasih," ucapnya lalu bergegas masuk ke kamar mandi.
Rissa mengangkat tubuh Vino dan memindahkan ke kamarnya. Setelahnya Rissa ke dapur, membuatkan minuman hangat untuk suaminya
Rissa kembali ke kamar membawa secangkir teh hangat untuk suaminya dan menaruhnya di atas nakas.
"Minumlah selagi hangat mas," ucap Rissa, tatkala melihat suaminya keluar dari kamar mandi..
"Terimakasih," sahut Barra lalu meraih cangkir yang berisi teh dan meminumnya.
Rissa bertadarus sembari menunggu waktu subuh. Hingga beberapa saat kemudian adzan subuh terdengar merdu berkumandang.
Dia mengakhiri bacaannya, dan beranjak bangkit dari duduk, menaruh kembali Al Qur'an di tempat semula.
Kemudian keluar menuju kamar Vino anaknya, membangunkannya untuk menunaikan sholat subuh.
"Sayang, bangun yuk nak. Kita sholat subuh supaya masuk surga." Rissa memang selalu memberikan sugesti kepada anaknya, agar mudah diterima, dan alhamdulillah Vino termasuk anak yang penurut.
Usai mengambil wudhu, dan berganti baju mereka pun menunaikan sholat subuh di kamar Vino.
Selesai sholat, Rissa menyuruh anaknya tidur kembali. "Vino boleh tidur lagi, Mamah mau ke kamar dulu ya." Vino mengangguk.
Lalu Rissa masuk ke dalam kamarnya. Dia melirik sekilas suaminya, sepertinya dia tertidur, lalu Rissa memutuskan keluar kamar menuju ke dapur untuk memasak sarapan.
Kira kira 1 jam berkutat di dapur, akhirnya semuanya siap. Dia sudah menatanya di meja makan.
Rissa bergegas ke kamarnya, namun sebelum ke kamarnya, dia mengarahkan langkahnya ke kamar anaknya. Tampak Vino masih tertidur. dia pun kembali ke kamarnya. Tak lupa mengambil handuk dan baju kerjanya lalu ke kamar mandi.
Rissa keluar dari kamar mandi sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dia melihat suaminya itu sudah bangun, dan menatap Rissa dengan pandangan, yang entahlah Rissa tidak mau ambil pusing.
Memang sejak kejadian di mana suaminya lebih memilih menemani Anita daripada Vino beberapa waktu lalu, hubungan Rissa dengan suami, sedikit renggang. Lebih tepatnya memang Rissa yang menjaga jarak.
Apalagi kemaren jelas-jelas dia sudah berbohong. Rissa melangkah cuek, kearah meja rias.
"Sayang, maafkan Mas. Aku...aku... Tapi Anita..." Belum selesai Barra berucap Rissa sudah menyelanya.
"Terserah, silahkan lakukan apapun semaumu, jika itu membuatmu senang dan merasa bahagia," ucap Rissa dingin.
"Bukan begitu..."
Rissa beranjak dari tempat duduknya. Lalu bersedekap ke arah suaminya.
"Sudahlah. Saya sudah tahu ke arah mana pembicaraan ini pada akhirnya. Jadi tidak perlu dibahas lagi," ucapnya datar. "Lagipula memangnya saya ini siapa bagimu, Mas Barra? Apa masih berarti kami buatmu?" tanya-nya kemudian.
Bara tersentak. Dia terdiam mematung. Tapi Rissa tidak peduli.
Lalu dia membuka lemari dan memilihkan setelan pakaian kerja untuk suaminya.
"Air mandi sudah saya siapkan" ucap Rissa kemudian setelah meletakkan pakaian kerja untuk suaminya
Dengan cuek Rissa keluar kamar tak lupa dia membawa tas ranselnya.
Dia kembali ke kamar Vino, dan dilihatnya anaknya sudah terbangun.
"Pagi Vino ganteng," sapa Rissa lalu menyodorkan pipi kirinya pada anaknya, Vino tertawa renyah lalu menciumi kedua pipi mamahnya
"Sayaaang Mamah," ucapnya seraya memeluk mamahnya.
Rissa mengusak kepala Vino gemas. Lalu bergegas ke kamar mandi, menyiapkan air hangat untuk Vino mandi.
"Vino mandi sendiri ya sayang," titah Rissa. "Iya, Mamah" sahut Vino lucu
Rissa bergegas ke dapur, membuat kopi untuk suaminya, dan dia letakkan di atas meja.
Tiiing.,.
Ponsel Rissa berbunyi, sepertinya ada pesan masuk. Dia mengambil ponsel dari dalam tas, dan memeriksanya.
Deg......
Rissa mengepalkan tangannya karena amarah yang dirasakannya. Tapi dia berusaha mengendalikan dirinya. Sebab masih ada Vino sang anak yang harus diurusnya. Dirinya lalu menyambar tasnya dan masuk ke kamar Vino.
"Sayang, sini Mamah bantu pakai bajunya biar cepat. Mamah sedang buru buru. Yuk keluar kita sarapan dulu," ajak Rissa
Mereka menuju meja makan untuk sarapan pagi. Dilihatnya Barra suaminya sudah duduk di kursi sedang bermain ponsel, sembari meminum kopi.
Rissa segera melayani anaknya. Mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan ayam goreng untuk Vino. Lalu dia mengambil piring lagi dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk, kemudian meletakkannya di depan suaminya tanpa suara. Setelah itu dia mengambil untuk dirinya sendiri.
Rissa dan Vino sarapan dalam diam. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sekilas dilihatnya, Barra masih sibuk dengan ponselnya sesekali tersenyum tipis.
"Vino udah selesai," ucap Vino.
Rissa hanya mengangguk, lalu membereskan bekas dia dan Vino makan. Kemudian membawanya ke wastafel.
Rissa tidak jadi berpamitan pada suaminya ketika dilihatnya sang suami tengah asyik sendiri. Seolah tidak mempedulikan keberadaan istri dan anaknya.
Pun demikian dengan Vino. Selesai sarapan dia langsung turun dari kursi makan dan berjalan keluar sembari menenteng tasnya.
Sampai di luar, ibu dan anak itu masuk ke dalam mobil. Dirasa anaknya telah duduk dengan nyaman, dia lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang
"Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan," gumamnya.
......................
Tolong baca per bab ya guys
Jika suka dengan cerita ini tolong tinggalkan jejak.
Like
Komentar
Vote
Terimakasih atas dukungannya dan Salam sehat selalu
🙏🙏🙏😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
👁Zigur👁
rissa istri solehah
2024-07-19
1
👁Zigur👁
bner2 makan tulang kawan
2024-07-19
1
👁Zigur👁
amin mudah2an di kabulin
2024-07-19
1