NovelToon NovelToon

Hati Seluas Samudra

BAB 1

Mulai Curiga

***

 Sore hari yang cerah, sang surya masih memancarkan sinarnya dengan benderang. Sekumpulan awan putih berarak menyerupai lukisan menjadikan langit terasa indah.

Seorang wanita muda nan cantik, baru saja keluar dari gedung perkantoran tempatnya mengais rezeki.

Dia tampak anggun berjalan ke arah parkiran menuju mobilnya. Hijabnya melambai lambai tertiup angin. Dengan senyum cerah dia membalas sapaan orang orang yang menyapanya.

"Selamat sore mbak Rissa, sudah mau pulang mbak?" tanya Pak Hamzah satpam tempatnya bekerja.

"Sore juga Pak Hamzah. Iya Pak, mari saya duluan ya," sahut Rissa

"Monggo-monggo mbak," ucap Pak Hamzah lagi.

Rissa berlalu menghampiri di mana mobilnya terparkir. Setelah berada di dalam mobil, dia segera melajukan mobilnya meninggalkan pelataran kantornya

Sore ini Rissa menyempatkan diri mampir ke supermarket. Ada beberapa kebutuhan yang perlu dia beli. Karena biasanya dia pergi ke swalayan bersama suami dan anaknya, di akhir bulan sekalian jalan-jalan.

 Namun entahlah, dia merasa seperti ada yang menggerakkan hatinya untuk pergi ke tempat tersebut.

Sampai halaman supermarket, dia segera memarkirkan mobilnya, dan bergegas masuk ke dalam. Begitu sampai di tempat yang menjadi tujuannya, dirinya mengambil troli, lalu mengambil satu persatu barang barang yang dibutuhkan. Setelah dirasa cukup dia pun bergegas ke kasir.

 Saat sedang mengantri di depan kasir, sekilas dia seperti mendengar suara yang sangat dikenalnya. Karena penasaran dirinya menolehkan kepalanya ke arah suara tersebut.

Deg

Rissa melihat suami dan sahabatnya juga sedang membayar belanjaanya kasir. Namun beda barisan dengannya. Dia bahkan tersentak kaget, begitu mendengar nominal belanjaan yang harus dibayar. Jumlah yang begitu besar menurutnya, jauh sekali dengan belanjaannya. Beruntungnya suaminya tidak melihat dirinya, sehingga tidak ketahuan.

Selesai membayar Rissa buru buru keluar. Dia berharap masih bisa menemukan suaminya di parkiran. Dengan begitu dia bisa mengikuti suaminya, akan pergi ke mana.

Dengan cepat dia memasukkan barang belanjaanya ke bagasi mobil. Setelah itu dia segera masuk ke dalamnya. Mencoba menenangkan hati dan pikirannya.

Lantas dia teringat beberapa menit yang lalu, dirinya menelpon suaminya dan mengatakan kalau masih berada di kantor.

"Hallo mas, apa hari ini mas lembur lagi?" tanya Rissa pada suaminya tadi sebelum pulang kantor.

"Iya sayang, mas harus lembur. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Maaf ya, sayang."

"Hehehehe." Rissa terkekeh menertawakan dirinya sendiri. Lalu dia meraih ponsel kembali dan menelpon suaminya, namun dia urungkan. Secara tidak sengaja, lewat kaca spion matanya dengan jelas melihat Barra suaminya dicium oleh Anita. Wanita yang katanya sahabat masa kecil suaminya itu.

Rissa menghela nafas berat, hatinya terasa perih. Dia berusaha untuk tetap tenang, lalu kembali menelpon suaminya, setelah tadi dia urungkan.

Berdering....

"Hallo, assalamu'alaikum mas," sapa Rissa.

"Wa'alaikumsalam sayang, ada apa?"

"Apa mas masih di kantor?" tanya Rissa lagi ketika dilihatnya suaminya sudah masuk ke dalam mobil.

"I, iyalah. Ini mas lagi berkutat dengan banyak berkas."

"Ok. wassalamu'alaikum," ucap Rissa, lalu memutuskan sambungan telepon sepihak.

"Hahahaha." Rissa kembali menertawakan dirinya sendiri, dan kali ini dia menertawakan kebodohannya. Rissa menepuk dadanya berkali kali, untuk meredakan rasa sesak dan sakit di hatinya.

"Apa yang salah dan kurangnya diriku?" tanya-nya pada dirinya sendiri.

 Yah, wanita yang sedang merasakan kesakitan itu adalah Rissa Ariyani, ibu rumah tangga sekaligus seorang ASN. Dia bekerja di sebuah lembaga pemerintahan. Dan pria yang baru saja dilihatnya tadi adalah suaminya yang bernama Bara Prayoga seorang manager di sebuah perusahaan jasa ternama. Mereka telah di karuniai seorang anak laki-laki berusia 4th bernama Alvino Dhiaulhaq.

"Hhhh..." Rissa menarik nafas panjang, dan memejamkan matanya sejenak. Ingatannya kembali pada beberapa bulan belakangan ini. Di mana suaminya lebih sibuk dengan sahabatnya daripada istri dan anaknya.

 Kini setelah sekian lama berlalu, kenapa baru menyadari, bahwa dirinya bukan lagi menjadi prioritas. Banyak hal yang sudah terlewatkan, dan juga janji yang tidak ditepati. Semua hanya demi seorang Anita, sahabatnya semasa kanak kanak suaminya dulu.

 Rissa akhirnya melajukan mobilnya, mengikuti mobil suaminya yang sudah melaju duluan, dia menjaga jarak aman agar tidak ketahuan. Hingga sampai di kawasan aparteman yang cukup elit, mobil suaminya terlihat memasuki lobi apartemen tersebut, dan berhenti. Anita tampak keluar membuka bagasi mobil, lalu mengeluarkan belanjaanya.

Rissa memotret dan merekam semuanya. Setelahnya dirinya melajukan kembali mobilnya menuju Daycare tempat Vino anaknya bersekolah dan dititipkan.

 Sepanjang perjalanan dia terus berpikir, apa yang harus dia lakukan ke depannya.

Sesampainya di Daycare dia melihat Vino anak lelakinya telah menunggu.

Rissa berjongkok, dan merentangkan kedua tangannya

"Assalamualaikum, anak tampan mamah," sapanya pada Vino sang anak.

"Wa'alaikumsalam mamah," jawab Vino seraya menghambur ke pelukan mamahnya.

Rissa memeluknya dengan begitu erat, seolah takut terlepas. Entah kenapa rasa haru tiba-tiba menyeruak, dan airmata tak mampu ditahannya. Meluncur begitu saja. Rissa segera menghapus airmatanya agar Vino tak melihatnya.

Rissa lalu bangkit berdiri, Vino digendongnya dengan posisi sama ketika dia memeluknya. Mereka berpamitan pada pemilik Daycare, kemudian pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, airmata Rissa semakin tak terbendung. Dia kembali mendekap tubuh mungil anak semata wayangnya itu, menumpahkan kegundahan hatinya dalam diam.

Seolah mengerti keadaan mamahnya, Vino pun mempererat pelukan tangannya di leher sang mamah.

Beberapa saat kemudian Rissa mulai mengembalikan kesadarannya. Dia mengusap airmatanya kasar, lalu mengambil beberapa lembar tissu di atas meja, dan merapikan wajahnya agar terlihat tidak terlalu sembab,.

Rissa mengelus punggung Vino anaknya dengan pelan, yang dia rasakan Vino mengendurkan pelukannya, dan menatap mamahnya, lalu mengelus pipi mamahnya dengan lembut

"Mamah jangan sedih. Vino pasti akan jaga dan lindungi mamah selalu," ucapnya. Meskipun usianya baru 4th, tapi tutur katanya sudah fasih dan jelas.

Rissa mencoba tersenyum, lalu menurunkan Vino di sofa, kemudian berjongkok di hadapannya.

"Mamah percaya, suatu saat nanti, Vino akan jadi anak yang hebat. Dan akan selalu melindungi mamah," ucap Rissa seraya membelai wajah Vino, dan mencium keningnya lama sekali.

"Mamah mau mandi dulu ya, Nak. Vino mau tetap di sini?" tanya Rissa.

"Di sini aja mah nonton tv," sahutnya. Matanya mengerjap lucu.

"Baiklah," ucap Rissa lalu dia meraih remote dan memberikannya pada Vino.

"Baik-baik ya, Nak," titah Rissa pada Vino dan dijawab dengan anggukan, lalu Rissa menutup pintu dan menguncinya.

Rissa pergi ke kamarnya, dia membuka laci dalam lemari yang dia jadikan brangkas untuk menyimpan barang barang penting, lalu mengambil semua surat surat dan dokumen yang dianggapnya penting, tak lupa surat nikah. Juga beberapa perhiasan miliknya,.

Namun matanya tak sengaja melihat sebuah kertas bukti transaksi jual beli. Ternyata isinya pembelian satu unit apartemen. Di situ tertera nama Bara Prayoga suaminya. Kemudian dia foto kwitansi tersebut, siapa tahu bisa berguna, di kemudian hari.

Rissa kembali memeriksa semua surat-surat yang dia ambil, setelah sesuai yang dia inginkan, lalu dimasukkan dalam map dan menaruhnya dalam tas ranselnya. Dia bermaksud menyimpan semua barang dan dokumen tadi di tempat yang aman.

Kemudian dia pergi mandi. Tak butuh waktu lama, dia pun mengakhiri acara mandinya, lalu berpakaian dan menjalankan ibadahnya.

Selesai sholat dia menghampiri anaknya yang sedang asyik nonton kartun kepala botak.

"Wah, asyik sekali nontonnya sampe tidak mendenger mamah datang," ucap Risa.

"Eh mamah," sahutnya dengan mimik yang lucu.

"Ya udah terusin nontonnya mamah mau mengambil belanjaan dulu," ucap Rissa seraya berlalu keluar rumah.

"Vino bantuin ya Mah." Vino menawarkan diri untuk membantu, seraya mengikuti mamahnya dari belakang.

"Boleh," jawab Rissa singkat.

Rissa membuka bagasi mobil, dan mengeluarkan barang belanjaan yang tadi dibelinya, dan membawanya masuk ke dalam.

"Nah, Vino bawa yang ringan aja ya," ucap Rissa.

"Iya mah," sahut Vino

Adzan maghrib terdengar berkumandang, Rissa mengajak anak lelakinya untuk beribadah.

"Vino sayang, waktunya sholat maghrib, Nak. Yuk kita sholat!" ajak Rissa pada Vino.

"Asiaaap Mamah," sahutnya seraya memberi hormat.

Ibu dan anak itu pun mengambil air wudhu. Lantas mereka menunaikan sholat maghrib dengan khusyu'. Usai sholat 3 rakaat, Rissa pun berdoa.

"Ya Allah. Berilah hamba kesehatan dan kekuatan, agar hamba bisa menjalani ujianMu dengan tegar dan lapang dada. Berikanlah yang terbaik untuk rumahtangga kami, aamiin." dia menangkupkan kedua tangannya hingga menutupi wajahnya tak terasa airmatanya kembali tumpah. Padahal dia sudah berusaha untuk tetap kuat dan tenang, tapi tetap saja dia hanyalah wanita yang lemah.

"Mamah, nangis lagi?" tanya Vino sembari memeluk mamahnya dari belakang.

Rissa tersentak, buru-buru mengusap airmatanya, lalu tersenyum pada Vino

"Pasti papa nakal ya, Mah?" tanya anak itu polos

"Hehehe, tadi waktu Mamah selesai doa, tidak sengaja jari Mamah mengenai mata. Jadi keluar deh airmatanya," jawab Rissa. Dia pandangi wajah polos anaknya lalu mencium keningnya lama sekali.

"Mamah sayang sama Vino," ucapnya kemudian.

"Vino juga sayang Mamah," sahut anak kecil itu lalu mencium pipi mamahnya

"Sekarang kita turun, makan malam yuk" ajak Rissa, lalu dia merapikan alat sholatnya, dan menaruhnya di atas meja rias.

Sekilas dia melihat ponselnya berkedip, lalu membukanya. Ternyata pesan dari suaminya. Mengatakan bahwa dia akan mengantar Anita ke suatu tempat.

"Ora urus!" gumamnya kesal. Lalu menutup kembali aplikasi hijau tanpa berniat membalasnya.

Mereka keluar kamar. Dituntunnya Vino menuju kamarnya untuk berganti baju. Lalu mereka berdua turun ke bawah.

"Vino mau gak makan ayam kriuk?" tanya Rissa pada Vino buah hatinya

"Mau-mau-mau," jawabnya, menirukan salah satu ucapan tokoh kartun.

"Let's go, apapun untuk pangeran tampan Mamah," ucap Rissa

Sesampainya di KFC, Rissa segera memesan makanan. Selesai membayar dia menghampiri anaknya. Lalu memberikan satu nampan untuk Vino, yang menerimanya dengan senang hati. Bahkan dia bertepuk tangan girang

"Vino baca doa sebelum makan sayang," titah Rissa. Vino mengangguk

"Bismillahirrohmanirrohim, Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar

"Aamiin." mereka berdua mengaminkan

Ibu dan anak itu makan dengan lahap dan sesekali Vino berceloteh. Dia sudah bisa makan sendiri walaupun agak berantakan, tapi biarlah, dia harus belajar mandiri.

Selesai makan Rissa membawa Vino berkeliling. Dia heran kenapa Vino tidak pernah bertanya tentang ayahnya.

"Vino, tidak kangen sama papa?" tanya Rissa

"Enggak." Vino menggelengkan kepalanya

"Kenapa sayang?"tanya Rissa penasaran.

"Vino nggak suka sama tante itu, Vino liat tante itu cium papa," jawabnya polos.

Deg,..

Rissa merasa jantungnya berpacu dengan cepat.

"Vino lihatnya di mana sayang?" tanya Rissa.

"Di rumah, waktu mamah gendong Vino dan melihat tante itu cium papa," jawab Vino polos.

Duaaarrr...

......................

Cerita ini hanya fiktif belaka, cerita ini murni kehaluan author saja, mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh atau alur dalam cerita.

Jika suka dengan cerita ini tolong tinggalkan jejak.

Like

Komentar

Vote

Terimakasih dan Salam sehat selalu

BAB 2

Mengambil Sikap

Selamat membaca⬇️

***

 Rissa termenung menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana tak tentu arah. Berbagai macam spekulasi kini mulai menguasai nalurinya.

Dadanya kembali berdenyut nyeri. Manakala teringat dengan mata kepalanya sendiri, dia menyaksikan sang suami dicium mesra oleh seorang wanita yang diklaim sebagai sahabat masa kecilnya.

Dipandanginya wajah polos sang anak, yang tertidur pulas di sampingnya. Rissa memutuskan malam ini dan seterusnya, Vino akan tidur bersamanya. Dan setelah sholat isya' tadi Rissa mengajaknya untuk tidur, dan Vino menurut.

Tiba-tiba dia teringat seseorang dan langsung menghubunginya.

Berdering.....

"Hallo, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam. Gue mau minta tolong sama loe." Rissa langsung to the point.

"Ya'elah Ris. Loe ini tidak ada basa-basinya sama sekali. Nanya kabar kek minimal, ini mah langsung bae. Emang ya sahabat tidak ada akhlaq loe."

"Sorry, kabar loe pasti baik. Makanya gue nggak nanya. Ini urgent banget Bro," sahut Rissa santai sembari terkekeh.

"Ada apaan emang? Loe baik baik aja kan?"

"Gue saat ini masih baik-baik aja, tapi tidak tahu nanti. Gue minta tolong loe sadap nomor hp yang gue kirim nanti. Gue mau info yang lengkap," ucap Rissa serius.

"Sepertinya ada sesuatu Ris?"

"Makanya gue minta bantuan loe. Soal bayaran loe tidak usah khawatir," kata Rissa lagi

"Baiklah, gue lakuin secepatnya dan seakurat mungkin."

"Makasih. Sudah ya, takut anak gue terbangun. Wassalamu'alaikum." Rissa mengakhiri perbincangannya dengan sahabatnya.

 Rissa meletakkan gawainya di atas nakas. Lalu memutuskan untuk tidur. Dipeluknya tubuh sang anak, sebelum akhirnya dia terlelap menjemput mimpi.

Pukul 03.00 dini hari Rissa terbangun. Diedarkan pandangannya ke sekeliling. Namun nihil tak ditemukannya sang suami. Lalu dia langkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Rissa menunaikan sholat sunah 2 rakaat. Lalu bermunajat kepada Allah, agar diampuni segala dosa-dosanya. Dia juga menumpahkan semua keluh kesahnya.

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba. Kuatkan lah hamba dalam menjalani cobaanmu. Jika perpisahan adalah jalan yang terbaik bagi kami, maka mudahkan lah urusan kami. Dan jika kami masih berjodoh, maka kembalikan dia pada kami. Hamba percaya rencanaMu adalah yang terbaik. Aamiin."

Selesai sholat, Rissa tidak langsung beranjak. Dia pejamkan matanya sejenak. Dirinya mencoba mencari kesalahan, walau sekecil apapun yang ada pada dirinya. Namun tak ditemukannya.

Selama hampir 5 th menjadi istri seorang Barra Prayoga, Rissa selalu berusaha menjadi istri yang baik. Apalagi setelah lahir buah hati mereka, dia sebisa mungkin memprioritaskan keluarganya di atas yang lain. Lalu dia teringat beberapa bulan yang lalu, Barra suaminya pulang ke rumah membawa seorang wanita. Kira-kira usianya masih di bawahnya...

"Assalamualaikum sayang," ucapnya waktu itu ketika datang dengan wajah sumringah.

"Wa'alaikumsalam, Mas," jawab Rissa saat itu lalu dia mencium takzim punggung tangan kanan suaminya.

"Sayang, kenalkan ini Anita. Sahabat karibku di masa kecil dulu. Dia ini dulu rumahnya di sebelah rumah aku, sayang. Lalu dia ikut sama keluarganya karena ayahnya pindah ke luar kota. Lihatlah sekarang dia sudah berubah menjadi secantik ini." Rissa tersentak kaget ketika dengan santainya Barra sang suami memuji wanita lain di depan matanya. Terlihat Anita tersipu malu.

Rissa tersenyum kecut dan memperkenalkan dirinya

"Rissa." Dia memperkenalkan dengan singkat saat itu.

"Oh ya, kamu tahu ga Yank. Anita ini pindahan dari kantor cabang. Dan sekarang dia sekantor sama aku cuma lain divisi." Barra begitu antusias menceritakan tentang Anita.

Sementara Rissa mengerutkan keningnya. Setelahnya dia hanya menjadi pendengar yang baik. Karena mereka sibuk bercengkerama sendiri, seolah kehadiran Rissa tidak terlihat oleh mereka. Untunglah saat itu Vino datang dan merengek minta digendong.

Lalu Barra mengenalkan Vino pada Anita. Sayangnya Vino malah memalingkan wajahnya dan memeluk leher mamahnya dengan erat. Rissa pun akhirnya pamit meninggalkan mereka.

Sejak saat itu Barra menjadi sangat sibuk. Bahkan beberapa bulan belakangan ini, Barra sering pulang malam. Alasannya sama selalu Anita.

Pernah ketika itu Vino merengek minta jalan-jalan. Kebetulan weekend jadi mereka berniat pergi ke kebun binatang.

Tapi yang terjadi ketika mereka sudah siap, tiba-tiba Barra membatalkan janjinya.

"Maaf sayang, Anita minta ditemani. Katanya ada sesuatu yang mau dia urus. Dan dia butuh bantuanku," ucapnya ketika itu

"Mas, kamu itu bisa tidak sedikit meluangkan waktumu buat kami. Kalian kan tiap hari sudah bertemu di kantor. Masa iya di saat waktumu buat keluarga, masih saja direcoki oleh sahabatmu itu. Aku ini istrimu Mas, dan Vino anak kita," protes Rissa dengan ketus kala itu.

"Tapi ini..."

"Dan untuk kesekian kalinya, kami harus mengalah demi sahabatmu itu. Begitu pentingkah dia sampai kamu tega mengabaikan kami?" Rissa menyela ucapan suaminya

"Sayang, aku mohon kamu mengerti. Anita itu gadis yang berhati lembut. Aku tidak tega jika mengecewakannya," sahut Barra

"Tapi kamu tega mengecewakan kami, istri dan anakmu!" ketus Rissa

"Mamah, ayo kita pergi sendiri saja. Nggak apa-apa nggak sama Papa. Kan sudah ada mamah." Rissa bisa melihat wajah kecewa Vino anaknya.

"Baiklah. Ayo kita pergi sendiri sayang." Lalu Rissa menuntun Vino menuju mobil. Rissa berjalan masuk ke dalam rumah. Dia mengunci pintu dan jendela.

"Aku pergi. Silahkan bersenang-senang dengan sahabat rasa pacarmu itu. Kami masih bisa sendiri tanpamu!" sarkas Rissa seraya membuka pintu mobil. Lalu menutup kembali dengan sedikit kasar. Terus terang dia amat sangat kecewa.

Terlalu larut dalam lamunannya, Rissa sampe tak sadar jika ternyata, Barra suaminya sudah ada di dalam kamar. Merebahkan tubuhnya di sisi Vino anaknya. Lalu Rissa melihat jam tepat pukul 04.00 pagi..

Rissa mencoba bersikap seperti biasa, berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa.

"Sudah pulang kamu, Mas?" tanya Rissa datar. Lalu mencium punggung tangan suaminya takzim.

"Sayang, kok Vino tidur di sini, kenapa?" tanya Bara.

"Memangnya kenapa, keberatan!?" tanya Rissa ketus.

"Oh, ti...tidak kok," jawabnya tergagap

Rissa mengambil baju ganti untuk suaminya dan menaruhnya di atas ranjang.

"Terimakasih," ucapnya lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

Rissa mengangkat tubuh Vino dan memindahkan ke kamarnya. Setelahnya Rissa ke dapur, membuatkan minuman hangat untuk suaminya

Rissa kembali ke kamar membawa secangkir teh hangat untuk suaminya dan menaruhnya di atas nakas.

"Minumlah selagi hangat mas," ucap Rissa, tatkala melihat suaminya keluar dari kamar mandi..

"Terimakasih," sahut Barra lalu meraih cangkir yang berisi teh dan meminumnya.

Rissa bertadarus sembari menunggu waktu subuh. Hingga beberapa saat kemudian adzan subuh terdengar merdu berkumandang.

 Dia mengakhiri bacaannya, dan beranjak bangkit dari duduk, menaruh kembali Al Qur'an di tempat semula.

Kemudian keluar menuju kamar Vino anaknya, membangunkannya untuk menunaikan sholat subuh.

"Sayang, bangun yuk nak. Kita sholat subuh supaya masuk surga." Rissa memang selalu memberikan sugesti kepada anaknya, agar mudah diterima, dan alhamdulillah Vino termasuk anak yang penurut.

Usai mengambil wudhu, dan berganti baju mereka pun menunaikan sholat subuh di kamar Vino.

Selesai sholat, Rissa menyuruh anaknya tidur kembali. "Vino boleh tidur lagi, Mamah mau ke kamar dulu ya." Vino mengangguk.

Lalu Rissa masuk ke dalam kamarnya. Dia melirik sekilas suaminya, sepertinya dia tertidur, lalu Rissa memutuskan keluar kamar menuju ke dapur untuk memasak sarapan.

Kira kira 1 jam berkutat di dapur, akhirnya semuanya siap. Dia sudah menatanya di meja makan.

Rissa bergegas ke kamarnya, namun sebelum ke kamarnya, dia mengarahkan langkahnya ke kamar anaknya. Tampak Vino masih tertidur. dia pun kembali ke kamarnya. Tak lupa mengambil handuk dan baju kerjanya lalu ke kamar mandi.

Rissa keluar dari kamar mandi sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Dia melihat suaminya itu sudah bangun, dan menatap Rissa dengan pandangan, yang entahlah Rissa tidak mau ambil pusing.

Memang sejak kejadian di mana suaminya lebih memilih menemani Anita daripada Vino beberapa waktu lalu, hubungan Rissa dengan suami, sedikit renggang. Lebih tepatnya memang Rissa yang menjaga jarak.

 Apalagi kemaren jelas-jelas dia sudah berbohong. Rissa melangkah cuek, kearah meja rias.

"Sayang, maafkan Mas. Aku...aku... Tapi Anita..." Belum selesai Barra berucap Rissa sudah menyelanya.

"Terserah, silahkan lakukan apapun semaumu, jika itu membuatmu senang dan merasa bahagia," ucap Rissa dingin.

"Bukan begitu..."

Rissa beranjak dari tempat duduknya. Lalu bersedekap ke arah suaminya.

"Sudahlah. Saya sudah tahu ke arah mana pembicaraan ini pada akhirnya. Jadi tidak perlu dibahas lagi," ucapnya datar. "Lagipula memangnya saya ini siapa bagimu, Mas Barra? Apa masih berarti kami buatmu?" tanya-nya kemudian.

 Bara tersentak. Dia terdiam mematung. Tapi Rissa tidak peduli.

Lalu dia membuka lemari dan memilihkan setelan pakaian kerja untuk suaminya.

"Air mandi sudah saya siapkan" ucap Rissa kemudian setelah meletakkan pakaian kerja untuk suaminya

Dengan cuek Rissa keluar kamar tak lupa dia membawa tas ranselnya.

Dia kembali ke kamar Vino, dan dilihatnya anaknya sudah terbangun.

"Pagi Vino ganteng," sapa Rissa lalu menyodorkan pipi kirinya pada anaknya, Vino tertawa renyah lalu menciumi kedua pipi mamahnya

"Sayaaang Mamah," ucapnya seraya memeluk mamahnya.

 Rissa mengusak kepala Vino gemas. Lalu bergegas ke kamar mandi, menyiapkan air hangat untuk Vino mandi.

"Vino mandi sendiri ya sayang," titah Rissa. "Iya, Mamah" sahut Vino lucu

Rissa bergegas ke dapur, membuat kopi untuk suaminya, dan dia letakkan di atas meja.

Tiiing.,.

Ponsel Rissa berbunyi, sepertinya ada pesan masuk. Dia mengambil ponsel dari dalam tas, dan memeriksanya.

Deg......

Rissa mengepalkan tangannya karena amarah yang dirasakannya. Tapi dia berusaha mengendalikan dirinya. Sebab masih ada Vino sang anak yang harus diurusnya. Dirinya lalu menyambar tasnya dan masuk ke kamar Vino.

"Sayang, sini Mamah bantu pakai bajunya biar cepat. Mamah sedang buru buru. Yuk keluar kita sarapan dulu," ajak Rissa

Mereka menuju meja makan untuk sarapan pagi. Dilihatnya Barra suaminya sudah duduk di kursi sedang bermain ponsel, sembari meminum kopi.

Rissa segera melayani anaknya. Mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan ayam goreng untuk Vino. Lalu dia mengambil piring lagi dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk, kemudian meletakkannya di depan suaminya tanpa suara. Setelah itu dia mengambil untuk dirinya sendiri.

Rissa dan Vino sarapan dalam diam. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Sekilas dilihatnya, Barra masih sibuk dengan ponselnya sesekali tersenyum tipis.

"Vino udah selesai," ucap Vino.

Rissa hanya mengangguk, lalu membereskan bekas dia dan Vino makan. Kemudian membawanya ke wastafel.

Rissa tidak jadi berpamitan pada suaminya ketika dilihatnya sang suami tengah asyik sendiri. Seolah tidak mempedulikan keberadaan istri dan anaknya.

Pun demikian dengan Vino. Selesai sarapan dia langsung turun dari kursi makan dan berjalan keluar sembari menenteng tasnya.

Sampai di luar, ibu dan anak itu masuk ke dalam mobil. Dirasa anaknya telah duduk dengan nyaman, dia lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

"Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan," gumamnya.

......................

Tolong baca per bab ya guys

Jika suka dengan cerita ini tolong tinggalkan jejak.

Like

Komentar

Vote

Terimakasih atas dukungannya dan Salam sehat selalu

🙏🙏🙏😍😍😍

BAB 3

Teman Rasa Pacar

*

Selamat membaca⬇️

***

 Barra Prayoga bekerja di salah satu perusahaan jasa ternama dan menjabat sebagai seorang manager. Namun dia juga punya pekerjaan sampingan yaitu menjadi profiler

Barra sangat mencintai Rissa istrinya, karena menurutnya sebagai seorang istri dan ibu, Rissa sangat sempurna.

Kehidupan mereka semakin lengkap dan bahagia, ketika putra pertama mereka yang lahir di tahun kedua pernikahan mereka.

Akan tetapi segalanya berubah dan terjadi kesalahpahaman. Semenjak dia bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya.

Pertemuan yang sengaja namun dibuat seolah tidak sengaja.

Seolah reunian kembali keduanya pun menjadi sangat akrab.

Seperti pagi ini di meja makan, Barra tampak asyik sendiri dengan ponselnya, dia tengah berbalas pesan dengan Anita. Seolah tidak memperdulikan keberadaan istri dan anaknya yang ada di hadapannya.

 Bahkan sarapan yang sudah disiapkan oleh istrinya pun sama sekali belum disentuhnya. Saking seriusnya dia sampai tidak menyadari bahwa istri dan anaknya telah selesai sarapan dan pergi meninggalkannya.

Barra baru tersadar ketika mendengar suara deru mobil. Dia memperhatikan sekeliling, tak nampak istri dan anaknya. Dia lalu buru buru keluar, rupanya Rissa telah melajukan mobilnya keluar.

Barra kembali ke dalam menuju meja makan. Dirinya melihat piring yang tersaji di hadapannya, nasi lengkap dengan lauk pauknya. Kemudian dia menengok jam di lengan kirinya, sudah saatnya dia berangkat ke kantor karena harus menjemput Anita.

Barra berlalu begitu saja tanpa menghiraukan makanan yang telah disiapkan untuknya.

Dia keluar rumah menuju mobilnya, tak lupa mengunci rumahnya terlebih dulu. Barra meninggalkan rumahnya dan menuju apartemen yang di huni oleh Anita.

15 menit kemudian Barra sudah sampai, rupanya Anita telah menunggunya

"Kak Barra kenapa lama sekali sih, Nita sampe jamuran tauk nungguinnya," rengek Anita ketika dirinya sudah berada di dalam mobil

"Maaf, tadi kakak kesiangan bangunnya, jadi telat deh" ucap Bara sembari terkekeh

"Makanya kak, semalam kan Nita udah nawarin buat nginap. Tapi kakak gak mau, malah nekat pulang. Emang mbak Rissa gak bangunin apa? Masa istri begitu sih?" Anita menggerutu.

"Sudah ya, yang penting kan sekarang kakak sudah di sini," ujar Bara berusaha sabar.

"Iya, tapi kan nanti Nita jalannya jadi terburu buru, mana pake heels lagi. Emang kakak gak kasihan?" Anita memprotes.

"Ya udah nanti turun di lobi saja kalo gitu" ujar Bara berusaha sabar.

"Ya gak bisa gitu dong kak, nanti kalo ketahuan yang lain gimana? Nita harus jawab apa coba?" Anita masih terus menggerutu.

20 menit mereka tiba di kantor, Bara menurunkan Anita di depan pintu gerbang

"Nah turun di sini, jadi tidak terlalu jauh jalannya," ucap Bara,

"Ya udah deh," sahut Anita seraya turun dari mobil

Begitu Anita keluar, Bara segera melajukan kembali mobilnya menuju parkiran.

"Eh Nit, loe kok bisa bareng sama pak Barra sih?" tanya salah seorang karyawan yang kenal dengan Anita.

"Iya, tadi di jalan nunggu taxi gak lewat-lewat, beliau kebetulan lewat dan menawarkan tumpangan, ya udah gue ikut, daripada gue terlambat," jawab Anita masuk akal

"Oh kirain, loe ada hubungan terlarang sama pak Barra, denger denger beliau itu sudah punya keluarga loh," kata temennya lagi.

"Ya terus hubungannya apa coba. Kan gue cuma menumpang jalan doang, kalian ini ada ada aja deh." Anita mulai terpancing.

"Yee, malah sewot. Denger ya Nit, di kantor ini, sangat tidak mentolerir siapa aja yang terbukti memiliki hubungan terlarang dengan sesama karyawan. Jadi hati hati deh loe," ucap temennya.

Anita terdiam lalu dirinya bergegas masuk ke dalam ruangannya.

"Kamu curiga gak sih, sama Anita. Kelihatannya dia caper banget deh sama pak Barra," kata salah satunya

"Udah ah, aku gak mau ikut campur. Itu urusan mereka, lagian kita ini bukan siapa-siapa," kata temennya lagi. Lalu keduanya masuk ke dalam ruangannya.

***

Pada saat jam istirahat makan siang, seorang teman yang berbeda divisi, menghampiri Barra di ruangannya, dan langsung duduk di kursi yang ada di hadapannya.

"Bar, loe kelihatannya makin akrab saja sama si Anita. Bukan apa apa Barra, tapi ingat loe itu sudah berkeluarga. Apalagi macam istri loe itu. Sekali loe sia siakan bakalan banyak yang akan berlomba untuk mendapatkannya. Ingat Bar perjuangan loe dulu dapetin Rissa, tidaklah mudah, Bro. Gue sih sebagai sahabat cuma ngingetin loe aja, jangan sampe setelah kehilangan semuanya baru loe menyesalinya," ucap Arman kakak tingkat dari masa kuliah yang tahu betul, bagaimana perjuangan Barra dulu untuk mendapatkan Rissa.

"Gue dan Anita tidak ada hubungan apa apa kok Man. Kami hanya teman loe tenang aja. Terimakasih telah memperingatkan, gue akan selalu berhati hati," sahut Barra yakin.

"Semoga apa yang loe ucapkan benar adanya. Dan gue orang pertama yang bakalan bikin perhitungan sama loe, kalau sampai loe sakiti si Rissa. Karena gue udah anggap dia itu seperti adek gue sendiri!" ancam Arman pada Barra.

Sementara Barra langsung termenung mendengar kata kata bernada ancaman dari sahabatnya itu.

Dia jadi teringat kembali ketika itu dirinya membawa Anita ke rumah dan Rissa sepertinya tidak menyukai sahabatnya itu.

"Sayang, sepertinya kamu kurang suka ya sama Anita, tapi dia itu sahabatku loh, dia gadis yang baik, bahkan sudah kayak adikku sendiri saking akrabnya," ucap Bara memulai perbincangan kala itu

"Vino suka sama tante Anita?" Rissa malah bertanya pada Vino

"Vino sayang mamah." Vino mendekat pada Risa dan memeluknya.

Barra lalu masuk ke kamar, dan tak lama kemudian Rissa menyusulnya.

"Sayang seharusnya tadi kamu bersikap friendly pada Anita. Kamu kan lebih dewasa darinya, setidaknya kamu bisa lebih ramah padanya. Bagaimanapun dia itu sahabatku," ucap Bara pada istrinya.

"Lalu aku harus bersikap yang bagaimana agar terlihat baik dimata sahabatmu? Apa aku harus bertepuk tangan melihat interaksi kalian? Bahkan keberadaanku saja seolah tak dianggap. Sekarang aku tanya padamu, bagaimana perasaanmu, jika aku bertemu dengan sahabat lamaku dan dia seorang pria? Kemudian aku sibuk ngobrol sendiri, sementara kamu ada di sana tapi diabaikan dan tidak dilibatkan dalam obrolan!" Rissa berkata dengan kesal

Deg...Barra seperti tertampar

"Seberapa lama kamu mengenalku mas? Kita sudah bersahabat dari awal masuk SMU, lalu menjalin hubungan dari kuliah semester 3. Dan menikah di tahun ke 2 setelah kita sama sama bekerja. Berapa lama?" pekik Rissa.

Lalu dia melanjutkan ucapannya "Dan sekarang sudah 5th lebih kita menikah. 13th kita bersama dan tidak pernah ada perdebatan berarti. Tapi sekarang untuk seorang di masa lalu, entah itu memang sahabat kamu atau kisah masa lalumu yang belum usai. Tapi aku peringatkan padamu ya mas, kamu bukan pria single. Status kamu pria beristri dan sudah punya anak. Jadi jaga batasan kamu," ucap Rissa mengultimatum.

Deg,,,, lagi lagi Bara merasa tertohok oleh ucapan istrinya

"Kamu tahu bukan ruang lingkup pertemanan kita hampir sama. Apa pernah kamu melihatku berinteraksi berlebihan dengan teman lawan jenis setelah kita berkomitmen? Itu semua aku lakukan karena aku menghormatimu, menjaga harga dirimu. Aku bahkan menjaga jarak berinteraksi dengan lawan jenis ketika di kantor, kecuali untuk urusan pekerjaan," lanjut Rissa

"Dan jika kamu macam macam, dan sampai bertindak di luar batas, maka semuanya usai!" tegas Rissa

Bara mematung, tak bisa menjawab apapun. sampai akhirnya Risa meninggakan Bara keluar dari kamar.

Kini di ruangannya Bara merenungkan semuanya. Pikirannya menerawang, apa yang sudah dia lakukan belakangan ini. Anita bahkan tak segan memeluknya, dan menggandeng tangannya. Ketika mereka jalan pun wanita itu sering bergelayut manja padanya. Anita pun tak segan menciumnya meski dirinya udah sering kali memperingatkan wanita itu,bagar menjaga batasannya.

Bagaimana reaksi Risa jika dia melihat semuanya.

"Aaaaaaggghhh." Bara meremas rambutnya kasar, entahlah Bara seperti kembali ke masa lalu di mana dia selalu memanjakannya.

...----------------...

Tolong baca per bab ya guys

Jika suka silahkan tinggalkan jejak:

Like

Komentar

Vote

Terimakasih atas dukungannya

🙏🙏🙏😍😍😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!