Gibran kemudian melanjutkan perjalanannya menuju suatu tempat yang membuat Adlin semakin takut sampai Gibran berhenti di sebuah apotik.
Adlin seketika bertanya-tanya apa yang akan Gibran lakukan di apotik ini namun semua itu hanya sebuah pertanyaan dalam hati karena kini Adlin tidak berani angkat suara.
Tak lama kemudian Gibran kemudian turun dari mobil meninggalkan Adlin tanpa sepatah katapun memasuki apotik tersebut, ingin rasanya Adlin lari namun dia tahu nyawanya akan dalam bahaya jika ia lari sekarang.
"Tuhan tolong aku!" jerit Adlin dalam hati.
Perlahan air matanya kembali menetes mana kala dia teringat pesan ayah dan ibu tirinya untuk menjaga diri namun sekilas ia membayangkan raut wajah sedih dari kedua orang tuanya itu saat mengetahui bahwa anaknya kini sudah tidak suci lagi.
Tak lama kemudian Gibran keluar dari apotik dan masuk kedalam mobil membawa kantong kresek berisi obat-obatan, setelah Gibran sudah ada di dalam mobil ia kemudian membuka kantong tersebut dimana ada perban beserta antiseptik dan lain-lainnya.
"Coba ku lihat kepalamu," ucap Gibran dingin dan meraih kepala Adlin untuk menatapnya.
Perlahan tapi pasti Gibran kemudian mulai membersihkan luka di pelipis Adlin dengan sangat lembut walau terkadang Adlin meringis kesakitan saat cairan itu menyentuh lukanya.
"Tahan sebentar ini hanya sakit kecil," jelas Gibran memasangkan perban di luka Adlin sampai semuanya selesai Gibran tampak menatap Adlin dengan tatapan gugup.
Setalah berada dalam posisi itu cukup.lama Gibran kemudian kembali ke bangku pengemudi dan melanjutkan perjalanan dan meninggalkan sejuta pertanyaan dalam benak Adlin.
Sesampainya di depan rumah Adlin, Gibran kemudian menghentikan mobilnya dan mempersilakan Adlin untuk turun. Adlin yang perasaannya sudah semakin membaik langsung turun dari mobil tanpa sepatah kata pun meninggalkan Gibran yang masih menatapnya tanpa berkedip sedikitpun.
"Dia cantik, tapi aku tak pantas memiliki gadis secantik dia," gumam Gibran melajukan mobilnya meninggalkan area rumah Adlin dan hendak pulang karena dia tahu bahwa putri semata wayangnya Aulita pasti sudah menunggunya di rumah.
Sebulan sudah berlalu setelah kejadian pahit yang di alami oleh Adlin kini dia hanya bisa menangis dan menangis di kamarnya sehingga membuat orang tuanya benar-benar khawatir dengan sang putri.
Semenjak hati itu Adlin memilih resign dari kantor dan hanya ingin mengurung diri di dalam kamar sembari memikirkan apa yang akan terjadi dengannya nanti.
Adlin berdiri menatap wastafel dengan testpack yang ada di tangan kirinya tampak dua garis biru yang membuat matanya melingkar sempurna seketika tangisan Adlin pecah mengagetkan seisi rumah sehingga membuat orang tuanya berlari panik ke arah kamar mandi dan mendapati putrinya terduduk di pojokan kamar mandi dengan testpack di tangannya.
"Aku hamil?" gumam Adlin lemah.
Ibu Adlin yang melihat hal tersebut segera mengambil testpack itu dan terperanjat kaget melihat dua garis biru yang menandakan bahwa putrinya kini tengah mengandung.
"Bu, Yah, maafin Adlin, Adlin udah gagal jadi anak yang baik untuk ibu dan ayah," ujar Adlin memohon di bawah kaki kedua orang tuanya.
Ibu Adlin hanya bisa terdiam dan menutup mulutnya yang bergetar sementara sang ayah tampak terluka melihat nasib yang di alami oleh putrinya, ia kemudian membantu Adlin untuk berdiri dan menghapus air mata Adlin.
"Kamu gak usah nangis nak, ini salah ayah yang gak bisa menjaga kamu," ujar Rizwan mengangkat tubuh putrinya.
"Maafin mamah juga yah nak," timpal Zuhra yang kali ini memeluk Adlin.
"Kami gagal dalam mendidik kamu, kami juga gagal dalam menjaga kamu ya Allah maafkan hamba," ujar Rizwan memegangi dadanya sakit dan terduduk di lantai.
"Ayah? Yah maafin Adlin ini bukan salah ayah sama ibu tapi salah Adlin," Tampak panik Adlin memegangi tangan ayahnya.
Tampak Rizwan menahan sakit di dadanya dan sesak napas sampai tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu yang mengagetkan Zuhra dan Adlin.
Zuhra segera berlari untuk membukakan pintu bagi tamunya itu namun betapa kagetnya dia ketika mendapati sosok yang ada di depannya adalah mantan suaminya sendiri.
Sosok Gibran yang tampak rapi dengan jas berwarna abu-abu dengan setelan celana abu-abu juga kacamata shamless yang menghiasi wajahnya.
"Mas Gibran?" gumam Zuhra dalam hati.
"Zuhra?" gumam Gibran balik.
Kini kedua mata mereka saling bertatapan panjang mengingat kembali masa lalu mereka berdua sampai terdengar suara teriakan dari Adlin yang membuat Gibran dan Zuhra masuk ke dalam rumah.
"Cari orang yang sudah menghamili kamu dan minta pertanggungjawabannya," ujar Rizwan dengan napas tersengal-sengal.
"Tapi..." jawab Adlin yang terpotong.
"Saya yang menghamili dia, saya yang akan bertanggung jawab," ujar Gibran lantang ketika mendengarkan kalimat dari Rizwan.
Niat awalnya datang untuk mengecek Adlin, gadis yang beberapa hari ini selalu mengganggu ketenangannya dalam mimpi, dia malah mengucapkan kalimat yang membuat Adlin sendiri kaget.
Seketika Rizwan mengalihkan pandangannya ke arah Gibran dan mengisyaratkan Gibran untuk mendekat kepadanya, Gibran kemudian berjalan pelan ke arah Rizwan dan mendekatkan telinganya ke mulut Rizwan.
"Jaga anak saya, jangan sakiti dia karena selama ini saya sudah memperlakukannya bak nya seorang ratu jadi jangan pernah kau perlakukan dia buruk apalagi membuatnya menangis," pesan Rizwan yang perlahan menutup matanya dan menghembuskan napas terakhirnya di ringkuhan Gibran.
Seketika tangis Zuhra dan Adlin pecah di tempat itu meratapi apa yang terjadi sementara Gibran kini harus terikat janji kepada ayah Adlin.
Adlin hanya bisa terdiam, kehormatannya hilang, dia hamil dan harus kehilangan ayah yang menjadi tempat curhatnya.
Seketika dunia menjadi gelap untuk wanita satu ini
- To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Eny Sapphire Msi Candibinangun
kok garisx biru,, biasae tespek garisx merah
2022-01-30
0
radit arsya
ya ampun dibikin miris sama abang jg terlalu mellooww lah bang q kan ikut syeeddiihhh😭😭
2022-01-26
1
bunda fz
jatuh tertimpa tangga
2022-01-09
1