Pagi sudah menjelang, tampak Adlin terbangun dari tidurnya cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela ruangan itu menyapa tubuhnya yang kini limbung tanpa busana.
"Apa yang terjadi semalam?" gumam Adlin melihat sekelilingnya.
Adlin masih bingung dengan apa yang terjadi semalam ia benar-benar tidak ingat Apa yang dilakukan Bosnya itu pada dirinya namun betapa kagetnya dia saat melihat gumpalan tisu yang terdapat bercak-bercak darah.
"Darah apa ini?" Adlin bergumam kaget, atas apa yang dilihatnya.
Adlin kemudian mulai memeriksa badannya namun dia tidak menemukan luka apapun di badannya ia kemudian memandang tubuh Gibran yang polos tanpa busana sepertinya dan juga tidak menemukan luka di sana seketika pikiran negatif mulai membanjiri kepala Adlin.
Perlahan air mata Adlin berjatuhan tak tertahankan saat membayangkan apa yang terjadi padanya namun di saat itu pula Gibran sudah terbangun dari tidurnya dan dengan sigap Adlin mengambil bajunya dan memakainya kembali.
"Bapak jahat!" teriak Adlin tak karuan namun dengan cepat dia di tenangkan oleh Gibran.
"Hey tenang! Saya minta maaf tak seharusnya saya melakukan itu semua sama kamu tapi, hmmm enak kan," ucap Gibran tersenyum licik kemudian menyengir kecil.
"Dasar pedofil!" teriak Adlin kesal.
"Apa kamu bilang!" bentak Gibran kemudian menarik rambut Adlin dan menghempaskan nya ke lantai.
Adlin yang menerima perlakuan buruk tersebut hanya bisa diam dan menyesali apa yang telah terjadi namun tidak dengan Gibran yang sangat menikmati setiap adegan yang merenggut kesucian Adlin.
Gibran kemudian mengangkat wajah Adlin untuk menatapnya dan menyeringai kecil kemudian mengecupnya cepat dan langsung ******* habis wajah Adlin Yang sudah di banjiri air mata seolah tidak ada lagi harapan untuk Adlin sehingga Adlin hanya bisa menangis dan pasrah.
'Cepat pakai pakaianmu biar ku antar kau pulang!" ujar Gibran memakai pakaiannya kembali.
"Tapi ingat, jika kau berani angkat suara tentang kejadian ini akan ku pastikan kau akan mendapatkan hal yang lebih buruk lagi," ancam Gibran yang membuat Adlin menelan salivanya sejenak.
Setelah berpakaian Gibran kemudian berjalan keluar dari ruangannya meninggalkan Adlin yang teduduk sendirian di dalam ruangan tersebut.
"Saya tunggu kamu di mobil yah, jangan coba-coba untuk kabur!" ujar Gibran berjalan meninggalkan Adlin sendirian di ruangannya.
Adlin kemudian memungut pakaiannya satu persatu dan merasakan sakit di daerah sensitifnya dan mulai memakai pakaiannya kembali yang sudah sedikit robek akibat perlakuan Gibran, mau tidak mau dia harus mengambil jas milik Gibran di sofa untuk menutupi badannya.
Ia tak langsung pergi menemui Gibran dia kini terdiam tak berdaya di ruangan tersebut apa yang akan dia katakan oleh orang tuanya nanti dan juga bagaimana nanti jika dia hamil apakah Gibran akan bertanggung jawab.
Semua itu masih menjadi pertanyaan berkecamuk dalam benak Adlin dan ia hanya bisa menangis meratapi semuanya sampai ia kini kehabisan air mata lalu berjalan keluar dari ruangan Gibran.
Sesampainya di dalam mobil Gibran, Adlin langsung mendapat tatapan tajam dari bosnya itu yang membuat nyalinya ciut seketika.
"Kamu darimana saja!" bentak Gibran kesal.
"M... Maaf pak," jawab Adlin gugup.
Gibran hanya membuat napas panjang lalu mulai melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan kantornya bersama Adlin yang sedikit khawatir akan apa yang akan terjadi padanya nanti.
"Kita mau kemana?" tanya Adlin memberanikan diri untuk bertanya pada Gibran.
"Siapa yang menyuruhmu bertanya padaku?" ujar Gibran melempar tatapan dinginnya.
"Kau masih takut? Aku akan membayar mu lagipula berapa sih harga mu? Kau tak lebih dari sampah menurutku yah jadi harus ku manfaatkan," tambah Gibran yang membuat hati kecil Adlin sakit.
"Tuhan kenapa aku harus bertemu dengan orang seperti ini!" teriak Adlin yang menyesali keputusannya untuk bergabung di perusahaan Gibran dulu.
"Perempuan sepertimu tak pantas menangis lagian kalau kau hamil tinggal gugurkan saja apa susahnya?" ucap Gibran menyengir kecil, ia tidak berpikir Adlin bisa hamil, toh dia hanya melakukannya sekali.
"Tidak semudah itu!" teriak Adlin yang mulai kesal.
"Apa maksudmu!" bentak Gibran mengerem mendadak.
Gibran kemudian beralih menatap Adlin dan dengan sigap tangan kanannya berhasil menarik rambut panjang terurai milik Adlin, seketika Adlin meringis kesakitan sampai tak sadar air matanya turun kembali membasahi pipinya.
"Jangan coba macam-macam dengan saya!" ujar Gibran menghempaskan wajah Adlin ke dashboard mobil sehingga menciptakan sedikit luka kecil di pelipis Adlin.
Setelah itu Gibran kembali ke bangku pengemudi dan menjalankan mobilnya tanpa memperdulikan isak tangis Adlin yang sudah tak karuan juga darah yang mengalir dari pelipisnya.
- To Be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sri Rahayu
sadis man......
2023-05-24
0
Dengpa 78
sadis juga ini othornya 😂😂
2022-10-17
2
Ndhe Nii
ini sih sama dg perkosaan...bisa d laporkan dan dalam keadaan sadar serta masih menyakiti....😀...tp berhubungan ini sebuah novel...okelahh... gimana othorr mengemasnya hingga mudahan jd bacaan yang okeee... lain dr yg lain..🙏😀😀🤣
2022-10-04
0