Adlin terduduk di atas sofa panjang di ruang tamunya bersama dengan sang ibu tiri Zuhra yang sedari tadi tampak menenangkan anaknya itu karena ia masih syok atas kematian sang ayah.
Sementara itu Gibran yang baru saja datang ke rumah tersebut segera duduk di sofa yang bersebrangan dengan Zuhra dan Adlin.
Wajahnya tampak menerawang kedua wanita yang ada di hadapannya itu walaupun Gibran lebih fokus memperhatikan wajah Zuhra mantan istrinya yang masih sangat cantik seperti dulu.
"Ah dia sudah janda harusnya aku nikahi dia bukan anaknya yang sialan itu," gumam Gibran kemudian mengeluarkan kertas dengan sampul map berwarna merah.
"Ini surat kontrak pernikahanku dengan Adlin dan disini tercatat jika aku akan menjadi suaminya hanya sampai bayi itu lahir jika kalian tidak setuju maka aku tidak akan menikahinya," ujar Gibran tersenyum miring.
"Apa maksud kedatangan mu kesini?" tanya Zuhra memeluk Adlin.
"Oh tidak apa-apa aku hanya menepati janjiku pada Rizwan untuk menikahi anaknya yang sialan itiu" jawab Gibran menyeringai tanpa mengontrol kalimatnya.
Mendengar ucapan dari Gibran, hati Adlin benar-benar hancur di buatnya Setega itukah dia yang telah merenggut kehormatannya dan kini malah merendahkannya.
"Jaga ucapan mu kau yang sialan kau yang sudah merenggut kehormatan putriku!" teriak Zuhra yang mulai tersulut emosi.
"Bukankah itu benar? Jika bukan karena putrimu itu mungkin ayahnya tidak akan meninggal," ujar Gibran seolah menantang Zuhra yang sudah kehabisan kesabarannya.
Plak!
Tampak sebuah tamparan dari Zuhra mendarat sempurna tepat di pipi Gibran yang membuat Gibran menatap tajam mantan istrinya itu dan menahan emosinya yang mulai memuncak.
"Kau akan menyesali semua ini," ujar Gibran kemudian menarik tangan Adlin keluar rumah menuju mobilnya dengan paksa.
"Mau kau bawa kemana putriku?" tanya Zuhra menarik tangan Adlin yang berusaha melepaskan cengkraman tangan dari Gibran.
"Itu bukan urusanmu! Dia calon istri juga calon ibu dari anakku jadi aku membawanya kemana itu urusanku bukan urusanmu!" bentak Gibran yang membuat Zuhra terdiam seketika.
Sementara itu Adlin hanya bisa pasrah menerima segala siksaan yang di berikan oleh Gibran kepadanya ia hanya mengikuti kemauan Gibran tanpa bisa membantah karena sekali saja dia membantah itu akan berakibat fatal bagi dirinya.
"Naik ke mobil!" ujar Gibran mendorong tubuh Adlin dengan kasar ke dalam mobil.
Setelah melihat Adlin sudah naik ke mobil Gibran segera memutar dan berjalan ke arah bangku pengemudi setelah semuanya siap Gibran segera mengendarai mobilnya meninggalkan area rumah Adlin dengan Zuhra yang menatapnya sendu dari dalam rumah melalui sela-sela jendela.
"Kenapa kau harus menghamili Adlin mas padahal aku masih sangat mencintaimu," gumam Zuhra pelan, dia tidak ingin munafik dia masih menyimpan satu ruang untuk mantan suaminya.
Di dalam mobil Adlin tidak henti-hentinya menangis meratapi nasib yang kini tengah menerpanya, Gibran yang melihat Adlin sedari tadi menangis segera mengambil tissue dari dashboard dan melemparkannya ke arah Adlin.
"Hapus air matamu jangan sampai kau mengotori mobilku dengan air mata palsumu atau kau akan mendapatkan siksaan yang lebih berat dariku," ujar Gibran yang mengarahkan mobil masuk ke dalam halaman rumah yang besar dengan dua orang satpam yang menjaga di pintu depannya.
"Hapus air matamu aku akan mengenalkan mu dengan putriku kau harus bisa menjadi ibu yang baik untuknya dan jangan pernah membongkar semua rahasia ini juga bersiaplah besok aku akan menikahi mu," tambah Gibran turun dari mobil di susul oleh Adlin.
Gibran segera menarik tangan Adlin dan merangkulnya mesra seolah-olah mereka adalah pasangan yang bahagia walaupun dia tahu jauh di lubuk hati Adlin yang paling dalam Adlin masih sangat terluka oleh perlakuan Gibran.
"Selamat datang tuan, kalau boleh saya bertanya siapakah gerangan wanita cantik yang datang bersama tuan," sambut Asisten Nawren ketika melihat atasannya sudah sampai di rumah.
"Oh maksudmu gadis ini? Namanya adalah Adlin dia juga merupakan calon istriku yang berarti dia kini sudah menjadi nyonya besar di rumah ini," jawab Gibran di sambut senyuman palsu dari Adlin.
Rasanya Adlin harus kehilangan dayanya untuk menolak segala perlakuan Gibran padanya.
"Oh begitu selamat datang nona Adlin silakan masuk," ujar Asisten Nawren lembut membukakan pintu untuk kedua atasannya itu.
Gibran dan Adlin hanya tersenyum kemudian masuk kedalam rumah di susul Asisten Nawren yang baru saja menutup pintu.
"Kau harus membiasakan hidup seperti ini jangan sampai kau menunjukkan wajah sedihmu di hadapan anak buahku atau pada putri kecilku," bisik Gibran pada Adlin.
"Permisi Tuan Gibran apakah Tuan mau meminum sesuatu biar saya siapkan," ucap Asisten Nawren kembali.
"Untuk saat ini tidak perlu ngomong-ngomong dimana Aulita?" jawab Gibran mencari keberadaan putri kecilnya.
"Oh non Aulita sedang berada di tempat lesnya Tuan," jawab Asisten Nawren yang membuat Gibran tampak mengangguk paham.
"Kalau begitu jemput di sekarang aku ingin memperkenalkan calon ibunya; sementara itu aku akan berada di kamarku jadi kau jangan menggangguku kecuali kau membawa Aulita," ujar Gibran menarik tangan Adlin ke kamarnya yang terletak di lantai dua rumah ini.
Setelah sampai di kamarnya Gibran segera menarik tangan Adlin kasar dan menghempaskan nya ke ranjang setelah itu mulai menindihnya yang membuat Adlin kembali di bayang-bayangi oleh rasa takut di masa lalu bersama Gibran.
"Kau tahu sebenarnya aku ingin sekali menikmati tubuhmu ini tapi berhubung kau sedang mengandung anakku jadi lebih baik ku biarkan kau hidup dengan tenang tapi jangan salahkan aku jika ku buat kau bagai berada di neraka," bisik Gibran yang membuat Adlin menelan saliva-nya sejenak.
Gibran kemudian berjalan ke arah lemari dan melepas semua pakaiannya sehingga kini dia hanya memakai handuk yang di lilitkan di pinggangnya tampak postur badan yang kekar juga wajah yang begitu atletis serta perut six pack yang merupakan dambaan kaum hawa.
"Aku ingin mandi jadi kau jangan kemana-mana atau kau akan menyesali semuanya jika berani macam-macam denganku," ancam Gibran berjalan ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya.
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Made Elviani
suka n Jonny banget dih main ancam" mulu
2022-10-07
0
Nadia Laili
BTW Adlin kan sekertaris ya kok bego sih mau mauan sj di buat kek gitu sm Gibran, sekertaris kan harusnya smart dan gak gampang di tindas
2022-01-31
0
bunda fz
psikopat
2022-01-09
0