Jangan Malam Ini

“Demi Tuhan, Mas. Semalam bukan kabur dari malam pertama. Rinjani, hanya... hanya ingin mencari momen baru untuk malam pengantin.” katanya dengan lugas namun grogi.

Kakak Nanang sepertinya mengalah setelah menuduh Rinjani yang tidak-tidak dengan sengaja karena mengerjai seorang wanita yang begitu apik bagi mendiang suaminya dulu adalah suatu kesenangan.

“Sekarang kemasi pakaianmu ke rumah Nanang. Rumah utama ini bukan lagi hakmu.”

Rinjani tidak sanggup menyembunyikan keresahannya akan kelakuan anggota keluarganya selama Nanang kabur. Dan dia meyakini pria itu sangat menyukai kedatangannya tanpa berminat meletupkan kebebasan yang dia berikan.

“Apa harus secepat ini, Mas?” keluh Rinjani.

“Anggap saja itu sebagai hukuman karena kamu lalai menjaga kehormatanmu sebagai janda Masku.”

Rinjani menundukkan kepala. Dan ketika dia memikirkan bahwa kesalahan itu adalah dampak dari perilaku keluarganya sendiri. Rinjani merasa merana kembali seperti waktu pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu.

‘Sedikit kesalahan saja bisa mengubah sebuah harapan. Bagaimana jika kesalahan itu sangat besar?’

Rinjani mengatupkan kedua tangan. Mimik wajahnya terlihat mengiba. “Saya mungkin butuh waktu sehari lagi di rumah utama, Mas.”

“Silakan, tapi nanti malam pastikan bukan di sini tempatmu pulang. Hormatmu tidak lagi untuk Mas Kaysan, hormatmu sekarang untuk Nanang.”

Rinjani mengangguk perlahan-lahan. Usahanya untuk beramah tamah kepada semua adik mendiang suaminya yang datang berakhir, dia pun berjalan ke kamar. Melewati anak-anaknya yang diam seribu bahasa. Tidak bisa membantu sebab memang itulah yang harus ibunya lakukan terlepas dari kisah cintanya kepada sang ayah.

“Mampukah aku bertahan dengan perubahan yang mendadak ini? Rasanya aku sudah letih sekali, malas.”

Mungkin kini Nanang sudah sampai pelataran rumah saat Rinjani membuka lemarinya. Hanya membukanya tanpa menyentuh pakaiannya.

“Aku membutuhkannya, tapi tidak begini juga jalannya.” kata Rinjani pilu. Dalam hal ini, dia menyesali mengapa tidak berdoa secara spesifik dan jelas sehingga tidak perlu menjalani sesuatu yang memalukan.

“Mas Kaysan telah mengambil seluruh hatiku. Nanang hanya mendapatkan sisanya. Kasian.”

Kabar mengenai pindahnya Rinjani ke rumahnya terdengar oleh Nanang ketika pria itu mendapati saudara-saudaranya keluar dari rumah utama. Rumah paling megah nan klasik di sana.

“Sekarang di mana dia?” kata Nanang.

“Di kamar, Pak. Minta izin sehari untuk tinggal di rumah utama. Bapak mengizinkan?” kata pimpinan petugas keamanan.

“Untuk apa aku melarangnya?” Nanang menyunggingkan senyum. Itu bagus tau, jadi tadi malam tidak perlu di perdebatkan. Kuping dan badanku aman.

Percakapan pendek tentang itu berlanjut. Nanang terlihat tegas dan tenang.

“Riri butuh waktu untuk menerima pernikahan ini, jadi daripada mengganggunya lebih baik aku benah-benah rumah. Kamu cari tangga, gendeng rumahku bocor!”

“Siap, Pak.”

Nanang memandangi rumah utama, kenangan mewah yang terpatri di sana bersama ayah bundanya dan sanak keluarga sebanding dengan kumpulan kenangannya bersama Rinjani dan mendiang suaminya.

“Semua tetap sama walaupun kamu di rumahku.”

Nanang menepati janjinya, dia tidak mengganggu Rinjani selama istrinya itu berkutat dengan bayang-bayang mending suaminya, pakaian serta benda-benda kesayangannya seakan pergi ke rumahnya seperti pergi ke dimensi lain yang memisahkan rumah utama dengannya.

Makan malam.

Rinjani menyisir rambutnya sambil memandangi kontainer boks plastik besar yang hendak di angkut oleh para pelayan di rumahnya.

“Apa Mas Nanang sudah menyiapkan kamar untukku?” Rinjani menyelipkan sisir emas peninggalan mendiang suaminya di tas tangannya.

“Aku tidak ingin tidur di kamarnya, dia sudah tahu itu kan?”

Kepala pelayan yang saban harinya menggunakan seragam batik mengangguk.

“Pak Nanang sudah menyiapkan semua permintaan Bu Riri termasuk mengeluarkan kucing-kucingnya dari rumah.”

“Di mana kucing-kucingnya sekarang?”

Kepala pelayan tadi nampak menelan ludahnya sebelum menjawab. “Masih di belakang rumah, Bu. Pak Nanang belum menyiapkan amar pribadi untuk mereka bermain.”

Rinjani merias wajahnya agar terlihat berhasil memulihkan diri dari rapuhnya meninggalkan rumah utama.

Dia menghela napas ketika pada akhirnya berhasil menyuruh para pelayan rumah membawa barang-barangnya ke rumah Nanang setelah menundanya berkali-kali.

“Aku mau pingsan saja daripada harus menghadapi Nanang malam ini. Dia sudah mencuri malam pertama tanpa sepengetahuanku. Jahat.” kata Rinjani seraya mengikuti parade para pelayan yang menjadi tontonan saudara dan anaknya.

Nanang merapikan pakaiannya yang sudah rapi dan wangi sebelum menyambut kedatangan Rinjani dan barang-barangnya dengan senyuman geli.

‘Aku sudah menyiapkan obat tidur andai malam ini tidak berhasil aku lalui dengan baik.’

“Hai.” kata Nanang, menatapnya.

Rinjani merasa sapaannya mengganggu, semua ucapan Nanang setelah menikah sangat berpengaruh, meski begitu dia mengangguk.

“Begitu saja ucapan selamat datangnya?”

Tatapan Nanang turun ke jari-jemari Rinjani. Cincin pemberiannya terpakai bersama cincin kawin terdahulu, sama sepertinya.

“Keningmu mau aku cium?” kata Nanang.

Rinjani menyentuh keningnya. “Maaf, nanti bedakku luntur.”

Nanang membiarkannya masuk ke rumahnya sambil menyeret koper berisi barang-barang berharga yang tidak boleh di sentuh siapa pun.

‘Apa isi kopernya?’

Rinjani mengikuti instruksi kepala pelayan yang menunjukkan kamarnya.

“Pak Nanang memberikan kamar Jalu Aji untuk Ibu, sementara Jalu Aji pindah ke kamar kucingnya.”

Rinjani menyaksikan kamarnya. Ranjang, meja kerja, meja rias dan lemari semua dalam kondisi baru dan berwarna coklat muda.

“Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini.” kata Rinjani.

“Kami akan menata barang-barang ibu selama ibu makan malam.” Kepala pelayan mempersilakan Rinjani ke ruang makan setelah mengambil alih kopernya.

“Yang itu biarkan saja seperti itu.” kata Rinjani sebelum pergi.

Arunika dan Swastamita tampak tidak biasa-biasa saja sewaktu Rinjani menyapa mereka.

“Budhe memangnya harus bobok sama Bapak terus?” tanya Arunika.

Rinjani menatap Nanang. Dengan isyarat dia memohon kepadanya untuk menjelaskan kepada putrinya karena dia tidak ada kewenangan untuk menjawabnya dengan lugas.

Dari belakang kursi, Nanang mengusap rambut Arunika, putrinya itu paling suka bertanya dan paling kritis terhadap sesuatu yang berhubungan dengannya.

Nanang tersenyum sebelum mengucapkan kata-kata manis. “Budhe itu singkatan dari ibu gedhe, ibu yang lebih tua dari ibu Kila dan Budhe tidak bobok dengan Bapak, Budhe hanya tinggal di sini terus.”

“Rumah Budhe memangnya bocor juga, Pak?” Arunika menoleh.

“Tidak bocor, rumah itu hanya akan digunakan Pakde sementara waktu. Makanya Budhe pindah ke sini sekalian nemenin kalian waktu Bapak lembur atau ke luar kota.”

“Oh...” Arunika kembali melihat makan malamnya. “Budhe kenapa tidak bobok sama Pakde aja?”

Rinjani menyiapkan makan malam Nanang. Pakai lele goreng sama sambal terasi, lalapannya daun kemangi dan irisan timun.

“Kalau sudah waktunya Budhe pasti tidur sama Pakde selamanya. Sekarang Runi dan Mita makan dulu, mau di pisahkan duri lelenya?” Rinjani menawarkan selagi perbincangan berat itu bisa teralihkan.

“Mau...” Arunika dan Swastamita serempak menjawab dan mengangguk. Dan selagi Rinjani tekun memisahkan daging lele dari durinya, Nanang mengamatinya sambil berharap :

“Waktumu tidur dengan Masku sudah selesai. Sekarang sudah waktunya kamu tidur denganku. Tapi tidak mungkin, kan?”

-

Terpopuler

Comments

CebReT 𝐙⃝🦜

CebReT 𝐙⃝🦜

harus sabar Yo Nang, mungkin nanti ada masanya njani luluh membuka hati lagi. Wis pokoke apapun yg bikin njani happy saat ini turutin dl jangan njaraki terus melas lho, dia masih belum bisa move on dari mas Kay

2024-03-03

52

Winda Azmira

Winda Azmira

sabar nang sabar

2024-03-27

0

bundanya Fa

bundanya Fa

sabar ya om oyen. masih menunggu kesiapan hati rinjani untuk bisa bobok bareng. tunggu saatnya tiba.

2024-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!