Demi nama cinta
Telah kupersembahkan hatiku hanya untukmu
Tlah kujaga kejujuran dalam setiap nafasku
Karna demi cinta
Telah kurelakan kecewaku atas ingkarmu
Sebab kumengerti cinta itu tak mesti memiliki
( Cinta Tak Bersyarat - Element)
-
Rinjani membuka jendela kamar tanpa mengharapkan sesuatu yang menyenangkan.
Satu buah tuduhan yang sangat berat telah Pak RT layangkan tanpa mempedulikan perasaan kedua orang yang bersangkutan berserta keluarga dan sanak saudara tanpa bisa dia bereskan dengan bijak dan tenang.
Dalam situasi apa pun, berbagai pelanggaran terhadap kehormatan dan martabatnya sendiri baru kali ini yang paling menyiksa diri setelah kematian sang suami. Baru kali ini ruang nyaman hidup bersama ipar terdepak sepenuhnya oleh Pak RT yang telah di besarkan oleh sentuhan kesejahteraan yang diberikan sang suami terdahulu.
“Mengenai kesalahan ini aku harap Mas tidak menuduhku seenaknya. Aku bisa jelaskan, aku tidak semena-mena terhadapmu, aku masih sangat mencintaimu dengan kewarasanku yang hampir tidak normal, jadi maafkan aku akan mengkhianatimu untuk hari ini dan seterusnya. Ini hanya masalah yang kamu ketahui akarnya... Aku mohon res—”
“Budhe... Budhe...” panggil Jalu Aji, memecah keharmonisan yang Rinjani ciptakan di kamar mendiang suaminya. “Budhe, Bapakku tensinya tinggi. Minta obat.”
Rinjani menepuk-nepuk dadanya yang mendadak sesak. Sesak karena kelakuan Jalu Aji dan Bapaknya yang amat senang sekali mengutak-atik lembaran-lembaran perasaan di hidupnya.
“Bisa toh minta pengasuh adikmu, dia tahu obat tensi Bapakmu!” kata Rinjani, batal melodrama.
Jalu Aji menyembunyikan ponselnya seraya menggelengkan kepala.
“Pada jalan-jalan pagi, Budhe. Nggak tau ke mana, dari tadi subuh adikku itu rewel. Budhe kenapa tidak bobok di kamar?”
‘Itu karena Budhemu dan Bapakmu juga rewel!’ Rinjani segera mengabaikan rasa jengkelnya sebelum tensi Nanang semakin naik dan koid. Itu gawat, anak-anaknya masih cilik, dan tidak terbayangkan olehnya usaha-usaha yang didirikan mendiang suaminya tidak ada yang urus.
“Kenapa kamu tidak siap-siap sekolah?” tanya Rinjani karena Jalu Aji masih pakai kolor dan singlet. “Setengah tujuh ini, mau bolos kamu?”
“Bapak bilang hari ini ada acara penting, makanya aku mau rekaman dan live streaming acara pentingnya. Mau jadi youtuber aku, Budhe.”
Langkah Rinjani yang tadinya hendak memijak undakan terhenti. Kerutan halus di keningnya semakin nampak ketika mengernyit keras.
Rekaman, live streaming, youtuber? Kalimat itu segera membaur dengan kecemasannya yang membludak bersama guguran kemarahan yang berdampak pada tamparan keras di pantat Jalu Aji. Berulangkali Rinjani mendamprat bagian itu sampai Jalu Aji mengira budhenya kesurupan. Bukan marah atau kenapa-kenapa seolah lazim baginya mengira keanehan dari seseorang yang tidak biasa marah sebagai kesurupan.
“Bapak... Bapak... Budhe kesurupan tukang pukul. Bapak...”
Rinjani mengakhiri pembalasan atas rasa malunya yang akan terkenang seumur hidup dengan mencubit pinggangnya. “Kesurupan gundulmu!”
Semakin kaget Jalu Aji, gundulmu itu kepalamu dan baginya kalimat itu sungguh kasar dan menekankan bahwa budhenya benar-benar kesurupan.
Jalu Aji berusaha menghindar. Dan di kejar.
“Bapak... Budhe Riri ditolong dulu. Tensinya dikurangi pake doa!”
Rinjani menudingnya sambil hati-hati menapaki undakan. “Kamu ternyata biang keroknya, kamu pelakunya!”
“Pelaku apa, Budhe? Aku kenapa?” Jalu Aji terlihat takut. Muka Rinjani merah.
“Ikut aku ke depan Bapakmu sekarang.” Rinjani menangkap lengan Jalu Aji seraya menyeretnya pulang ke bangunan yang tidak menyiapkan acara pernikahan sama sekali.
“Anak lanangmu yang menyebarkan video .” sembur Rinjani di hadapan Nanang yang leyeh-leyeh di sofa panjang. Di grebek Pak RT dan perlu menikahi mantan pacarnya sendiri rupanya ikut membuatnya stres berat.
“Anakmu mau rekaman-rekaman acara nanti dan kamu mengizinkannya?”
“Carikan dulu obat tensiku baru marah-marah lagi, Ri. Sakit kepalaku, dadaku sesak.”
“Asem!” Rinjani melepaskan lengan Jalu Aji dengan jengkel seraya pergi ke kotak harta karun di kotak dokter-dokteran di ruang bermain.
“Minum dan dengar klarifikasi dari anakmu, Jalu Aji Segoroyoso Adiguna Pangarep! Dia tersangkanya.” Rinjani menyerahkan obat dan segelas air putih.
Nanang gegas meminumnya sebab kalau tidak segera di minum, kupingnya yang akan rawan bencana.
“Bapak dan Budhe harus menikah di acara penting nanti.” Nanang menjelaskan setelah meredam ketegangan di jam-jam yang menegangkan dalam hidupnya.
Menikahi Rinjani adalah mencintai seumur hidup. Hal itu tidak pernah terbayangkan meskipun dalam fantasi-fantasi tersendiri akan manis dan getirnya perjalanan yang sudah mereka lalui sampai di usia kepala lima dan atas nama cinta itu, dunia akan tertipu oleh kenyataan yang slalu mereka sangkal sebelum-sebelumnya.
“Bapak harus menikah dengan Budhemu karena video yang tersebar. Video waktu Bapak dan Budhe tidur bersama di kamar adikmu. Kamu yang menyebarkannya?” Nanang melontarkan tatapan penuh arti kepada anaknya.
Jalu Aji menganggukkan kepala, tapi dia diam saja seolah nyawanya sudah minggat dari raga.
‘Pantas Budhe kesurupan. Aduh, gimana ini. Uang jajanku nanti kepotong apa nambah setelah punya ibu lagi?’
Wajah Nanang merah padam. Dia tidak akan bertanya lagi jika kemudian Jalu Aji berkata, “Aku ceritanya cuma mau rekam Anjana dan Anjani waktu tidur, Pak. Aku lagi coba-coba jadi youtuber. Tapi pas rekam, ternyata... Jalu Aji minta maaf, Pak. Budhe. Jangan di usir dari rumah, aku belum sukses ini.”
Jalu Aji mengatupkan kedua tangannya. Memohon-mohon. Menyakinkan kesungguhannya. Tetapi bukannya marah, Nanang tersenyum geli ketika putranya terus mengiba dan ketakutan karena itu mengingatnya lagi pada masa mudanya sendiri.
“Sudah-sudah... Ini hanya ketidaksengajaan kamu yang berakibat fatal. Kamu yang sabar bakal punya Ibu yang sering kesurupan tiba-tiba.”
Nanang menahan pergelangan tangan Rinjani yang akan mengguncang bahu anaknya.
“Gara-gara kamu Budhe harus nikah sama Bapakmu kalau tidak rumah ini terancam di bakar warga. Awas kamu, Jalu Aji...”
“Jalu tidak sengaja, Ri. Maklumi.”
“Demi cintamu yang menebus langit dan inti bumi, kamu pasti merasa bahagia hari ini karena Jalu Aji membuka jalan yang kamu idam-idamkan!”
Rinjani meninggalkan rumah Nanang. Tidak ada yang bisa menenangkannya, apalagi menenteramkannya dalam hitungan jam sampai jam yang telah di sepakati untuk perkawinannya tepat sasaran.
Pukul setengah sebelas. Dalam kebaya janggan warna putih tulang dan riasan wajah seadanya, Rinjani mendatangi taman di mana meja dengan sembilan dari sepuluh kursi sudah terisi oleh calon suaminya, ayahnya yang semakin pikun, Pak RT, Pak RW, kepala desa, saksi satu, saksi dua, dan dua pegawai KUA. Jalu Aji tidak ada, di kurung Bapaknya di kamar biar tidak rekam-rekam.
“Semua sudah siap, Pak Penghulu. Bisa di mulai sekarang pernikahannya!” ucap Pak RT Paling cepat datang ke rumah itu.
Nanang menatap wajah Rinjani yang tak mau duduk di kursi. Wanita itu tetap berdiri sembari menyembunyikan tangannya di belakang tubuh.
Nanang menundukkan kepala. Dalam tembang kesukaannya, forever and one milik Halloween. Dia seharusnya merokok sambil menikmati objek fantasi yang tidak pernah bisa dimilikinya.
Here i am, seeing you once again. My mind's so far away. My heart's so close to stay. To proud to fight.
Nanang perlahan mendekat tangannya pada penghulu. Menggenggamnya kuat selagi ijab mulai dikumandangkan dengan khidmat dan lugas oleh penghulu.
However i kiss you, yet again. Way down in neverland.
Nanang mengucapkan kabulnya dengan suaranya kecil sekali.
“Saya terima nikah dan kawinnya Rinjani Alianda Putri binti Herman dengan maskawin tersebut, tunai.”
Rinjani hanya menghela napas. Pernikahan keduanya berbeda dengan yang pertama. Dia tak sanggup jadi biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ida Miswanti
yang rau band dan lagu bisa ketebak umur berapa skrg 🤭😆
2025-02-12
0
Ida Miswanti
🤦🤣🤣🤣
2025-02-12
0
Jony Brya
aku lagi cari Istri
2024-05-19
0