New Life

New Life

Ch 00. Prolog

17.000 tahun yang lalu perang terjadi di alam manusia atau yang disebut dengan Middle Relam. Perang itu memicu berbagai ras lain muncul ke daratan manusia.

Tiga Alam gempar akibat bocornya kekuatan alam yang sangat murni di Middle Realm. Kemurniannya bahkan setara dengan yang dimiliki Upper Realm.

Fenomena itu awalnya menjadi pertanda baik bagi manusia. Manusia yang dulu dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh ras lain kini tidak lagi.

Beberapa manusia dengan kondisi khusus mulai terpicu akibat bocornya Ki murni itu. Kini manusia sudah bisa berkembang lebih kuat, bahkan cukup kuat untuk menyamai ras lain. Bahkan tidak sedikit dari pada manusia itu berguru ke ras lain untuk menjadi kuat.

Seiring berjalannya waktu, mereka perlahan mulai mendominasi daratan- bahkan ada yang beberapa mencoba melawan ras lain.

Namun, keberuntungan bagi manusia tidak berjalan cukup lancar. Kitab dan senjata asing tiba-tiba turun ke daratan secara acak ke berbagai benua. Bukan hanya manusia yang menyadari bahwa kita dan senjata itu adalah senjata yang kuat tapi ras lain juga.

Semua itu menjadi awal dari Era Kehancuran bagi daratan Manusia. Banyak korban berguguran dari peperangan, dan di saat yang sama banyak bakat yang bermunculan di Alam Manusia. Dan itu menjadi awal mula untuk Manusia berkembang menjadi setara atau bahkan lebih kuat dari yang lainnya.

***

"Ehh gimana kalau kita mendaki, yok...? Dengar-dengar ada Altar Kuno loh di puncak Gunungnya!"

Seru Fasya bersemangat, bosan karena di liburan kali ini mereka hanya berkumpul dan saling mengobrol seperti biasa tanpa ada kegiatan lain.

"Hmm... Boleh juga sih... Yang lain gimana?" Arsya melirik ke yang lainnya.

"Ngikut aja sih kita..." ucap Fano, Arthur, Fixy, dan Nara bersamaan.

"Baiklah, sudah diputuskan... Kita berangkat besok jam delapan tepat!" Fasya sambil tersenyum lebar, matanya bersinar penuh semangat.

"Yang bener aja!?" Fixy mengurutkan dahinya.

"Benar. Apa tidak terlalu mendadak tuh Fa?" Fano mengangkat alisnya.

Fasya berkedip beberapa kali, berkonsentrasi, lalu mulai berkata dengan semangat.

"Tentu saja. Lagipula kan bang Fano juga cukup berpengalaman."

Kini Fano mengerutkan dahinya.

"Setelah ku lihat, ternyata gunungnya tidak terlalu tinggi. Bahkan jalurnya juga cukup bagus untuk pemula lewati... Seharusnya tidak masalah kan...?"

Arsya meyakinkan.

Fixy berdiam sebentar, lalu bertanya.

"Kalian... Bagaimana?" Pertanyaan itu ditujukan ke Arthur dan Nara.

Arthur dan Nara saling lirik sebentar, lalu menjawab dengan kompak.

"Ngikut...!"

Fixy memutar bola matanya dengan jenuh.

"Benar juga, bertanya ke kalian tidak akan mendapatkan hasil... Kalian seperti pasangan saja, sangking kompaknya!" Gerutu Fixy.

Seketika itulah Fixy mendapatkan tatapan sinis dari Arthur dan Nara yang tidak terima dengan perkataannya.

"Baiklah... Aku juga ngikut...!" Tambah Fano tiba-tiba.

'Yang bener saja... Firasatku buruk!!'

Pikir Fixy sebentar, lalu menghela nafas pelan.

"Yah, Baiklah, kita pergi besok..."

Dengan penuh semangat Fasya mengangkat kedua tangannya.

"Untuk sekarang kita harus mendiskusikan apa saja yang perlu disiapkan kedepannya. Sebelum hari mulai sore kita harus secepatnya memutuskan!" Jelas Fano.

"Karen ini pertama kalinya kalian mendaki, maka cukup banyak yang perlu disiapkan. Untungnya gunungnya bagus untuk pemula seperti yang Arsya bilang... Pertama, kita harus memakai baju- lebih tepatnya jaket khusus untuk naik ke gunung, atau jaket tebal untuk menahan dingin, karena angin di gunung bisa berbahaya bagi tubuh, kita tidak boleh menyepelekan aturan itu."

Fano mulai menjelaskan.

"Kedua, tenda. Aku cukup yakin kalian tidak memiliki tenda kan? Aku punya satu, dan itu cukup untuk tiga orang, berarti kita membutuhkan satu lagi untuk kalian bertiga. Kalian ingin beli atau bagaimana? Ah, sebaiknya aku meminjamkan ke temanku saja, aku akan mengabari kalian nanti saat aku sudah mendapatkan pinjaman."

Fixy menguap, ia tiba-tiba mengantuk saat Fano mulai menjelaskan.

'Seharusnya tadi aku beli kopi saja...' Pikir Fixy sedikit menyesal karena membeli es susu di pagi hari daripada membeli kopi hangat.

Lengah sedikit, tiba-tiba penjelasan dari Fano sudah terlewat cukup banyak.

"Karena kalian masih pemula, jangan melakukan hal-hal aneh saat mendaki. Ikuti saja instruksi dariku dan tetap dekat denganku, jangan sampai ada yang tertinggal atau terpisah. Saat salah satu dari kalian lelah maka jangan ragu untuk bilang."

Fixy semakin mengantuk, ia kesulitan mengikuti penjelasan Fano. Suara dari Fano mulai terdengar semakin jauh. Kelopak mata Fixy semakin terasa berat.

"Baiklah, untuk sekarang kita akan bubar dulu, karena hari masih siang, kita harus mempersiapkan nya sekarang. Kalian sudah mengerti tugas masing-masing bukan?"

Semua mengangguk mengerti, kecuali Fixy yang sudah mulai tertidur dengan posisi duduk bersila.

"Bang! Hei... Bangun!"

Suara samar terdengar ditelinga Fixy, dia terbangun saat badannya digoyangkan oleh Arsya.

"Ah- iya?" Fixy setengah sadar menjawabnya.

"Kau tertidur?" Fano mengerutkan dahinya.

Fixy hanya menggaruk kepalanya dan tersenyum kecil.

"Tidak apa-apa, nanti akan aku jelaskan di chatting..." Tambah Arsya.

"Baiklah, sekarang pulang kerumah masing-masing dan persiapkan keperluannya oke?"

Jelas Fano sekali lagi.

Fixy mengangguk. Mereka mulai bubar masing-masing.

***

'Siapa sangka aku bisa tertidur mendengar penjelasan bang Fano..."

Fixy tersenyum sendiri saat memikirkannya.

'Ah, tapi kenapa firasatku buruk akan hal ini ya...'

Fixy mengambil sebotol kopi lalu berjalan ke kasir.

'Kenapa harus sekarang? Aku takut itu sungguhan...'

Tanpa disadari Fixy sudah di depan kasir namun dia masih melamun.

"Mas! Ditunggu yang lain loh!"

Suara dari penjaga kasir menyadarkan Fixy dari lamunannya.

Fixy bergegas mengambil dompetnya dan menyelesaikan pembayarannya lalu pergi keluar membawa kopinya.

'Sial... Bisa-bisanya aku malah melamun dan tiba-tiba sudah di kasir.'

'Hmm, kuharap itu hanya firasat buruk saja...'

Fixy membuka kopinya dan meminumnya diatas motornya, dalam sekejap kopi itu sudah habis dalam dua tegukan.

Fixy menyalakan motornya dan menyempatkan diri untuk mendekat ke tong sampah untuk membuang botol kopinya, lalu ia berangkat untuk membeli hal-hal yang dijelaskan oleh Arsya yang dikirim lewat chat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!