Pendekar Bertopeng Giok

"Ibu, maaf. Jihan mengecewakanmu..." Dengan memejamkan mata, ia tersenyum pahit, menerima takdir yang segera menimpanya. Hatinya terasa berat, seakan-akan beban kesalahan yang dipikulnya lebih berat dari langit yang menggantung di atasnya.

Pukulan Kuang Longwei mulai mendarat dengan bunyi keras bagaikan gemuruh guntur, menggetarkan udara di ruang pertarungan. Hang Jihan bersiap menerima takdirnya. Namun, sesaat sebelum pukulan itu mengenai wajahnya, sosok pendekar misterius bertopeng giok muncul bak bayangan di kegelapan, bergerak secepat kilat di tengah padatnya kerumunan.

"Berhenti!" Tegas pendekar itu dengan suara dingin, kehadirannya menghentikan pukulan yang tampaknya tak terelakkan.

"Siapa kau?" Tanya Kuang Longwei dengan geram.

"Tuan, bisakah anda berhenti? Bukankah kita memiliki tujuan yang sama?"

"Tujuan yang sama? Apa maksudmu?"

"Di Kota Yunlan, kekerasan tidak diterima. Bukankah Anda datang untuk mengikuti sayembara? Jika tuan kota mengetahui, mungkin Anda akan didiskualifikasi," Jelas pendekar itu dengan tenang.

Amarah Kuang Longwei bagaikan api yang berkobar di dalam dadanya, membakarnya dengan rasa frustrasi. Penjelasan pendekar bertopeng giok itu cukup logis dan tidak terbantahkan. Dilema melanda hati Kuang Longwei, bagaikan badai yang memporak-porandakan jiwanya. Di satu sisi, dia ingin melampiaskan amarahnya kepada bocah sialan itu. Di sisi lain, dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengikuti sayembara dan mendapatkan hadiah yang sudah ia nantikan.

Kuang Longwei menghela nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan gejolak di dalam dirinya. Ia harus menggunakan akalnya kali ini. Dia tidak ingin didiskualifikasi dari sayembara, dan juga tidak ingin membuat masalah dengan tuan kota Yunlan.

"Bocah bau, aku anggap kau cukup beruntung hari ini. Aku harap kita tidak bertemu lagi di masa depan. Jika tidak, jangan salahkan aku jika tindakanku menjadi kejam," Ujarnya penuh dengan ancaman.

Kuang Longwei melangkah pergi dengan langkah kaki yang berat, meninggalkan jejak kekecewaan dan amarah di belakangnya. Setiap benda yang menghalangi jalannya ditendang dengan kasar, bagaikan singa yang terluka saat melampiaskan amarahnya.

Hang Jihan menghela nafas lega, merasakan udara segar memenuhi paru-parunya. Ia masih sulit mempercayai bahwa ia berhasil lolos dari kematian. Rasa syukur dan kebahagiaan bercampur aduk di dalam hatinya. Ia menoleh ke arah pendekar bertopeng giok, ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya.

"Terima kasih atas pertolongan Senior. Jihan berhutang nyawa kepada Senior." Ucap Hang Jihan dengan tulus sambil membungkukkan badan.

"Ah, itu bukan apa-apa, hanya kebetulan." Jawab pendekar itu dengan tenang.

Melihat kerendahan hati pendekar itu, Hang Jihan hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tidak ingin di cap sebagai orang yang tidak berbalas budi.

"Sebagai rasa terima kasih, bolehkah Jihan mengetahui nama Senior?" tanyanya dengan sopan.

"Hmm?"

"Senior tidak perlu khawatir, junior ini tidak memiliki niat lain"

"Ha ha ha, kau anak yang menarik. Aku suka semangatmu." Pendekar misterius itu tertawa dengan riang.

"Baiklah, aku akan memberitahumu. Aku adalah Pendekar Bertopeng Giok, Wu Xiaotian, seorang praktisi bela diri yang bebas."

"Wu Xiaotian?"

Mendengar nama Wu Xiaotian, Hang Jihan merasakan sensasi dejavu yang aneh. Seolah-olah nama itu terukir di dalam ingatannya, tersembunyi di balik kabut tebal yang sulit ditembus. Pikirannya diliputi rasa penasaran dan frustrasi, berusaha keras untuk menggali informasi yang terkubur di dalam lorong-lorong ingatannya yang paling dalam.

Namun, saat Hang Jihan merenungkan kenangannya, ia menyadari tujuannya yang sebenarnya untuk kembali ke Sekte Pedang Awan. Ia tidak ingin mengecewakan ibunya. Hang Jihan menyadari bahwa waktunya terbatas, dan ia tidak ingin membuang-buang waktunya di tempat ini.

Hang Jihan membungkuk dalam-dalam, menunjukkan rasa hormat yang tulus kepada Wu Xiaotian.

"Wu Xiaotian, nama yang sangat junior ini hormati. Jihan tidak akan pernah melupakan kebaikan dan bantuan Senior hari ini. Terima kasih."

Meskipun masih banyak pertanyaan yang berkecamuk di benaknya, Hang Jihan tahu bahwa dia harus segera pergi. Dia mengucapkan salam perpisahan kepada Wu Xiaotian dan melanjutkan perjalanannya kembali ke Sekte Pedang Awan.

Melihat Hang Jihan yang tampak tergesa-gesa, Wu Xiaotian menjadi curiga. Ia pun menanyakan kepergian Hang Jihan yang saat ini semakin menjauh darinya.

"Junior, kau sebenarnya ingin pergi—"

Sebelum ia menyelesaikan pertanyaannya, Hang Jihan memotongnya secara langsung.

"Gunung Suci,"

"Gunung Suci? Sekte Pedang Awan..." Gumam Wu Xiaotian, suaranya perlahan mendingin diikuti oleh tatapan mata yang tajam.

"Bocah, sepertinya hari-hari damaimu akan berakhir."

Dengan merenungkan hal tersebut, Wu Xiaotian menghilang dengan cepat, meninggalkan latar tempat yang kini terasa kacau akibat pertarungan.

Hang Jihan, tanpa menyadari perubahan suasana hati Wu Xiaotian, terus berjalan menuju gerbang timur, tanpa mengetahui takdir seperti apa yang sedang menantinya.

***

Kini, di halaman pusat kota Yunlan yang luas, ratusan ahli bela diri berkumpul. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang setidaknya tidak lebih rendah di ranah Pemurnian Tubuh, termasuk Kang Longwei dan Wu Xiaotian yang tampak hadir disana.

Kedatangan mereka ke tempat ini bukan tanpa alasan. Beberapa hari sebelumnya, mereka mendapat kabar bahwa tuan kota mengadakan Sayembara untuk mencari putrinya yang hilang. Meskipun terdengar sepele bagi sebagian orang, hadiah yang ditawarkan sangat menarik perhatian: Akar Bodhi dan Ginseng Bulan.

Akar Bodhi dan Ginseng Bulan adalah tanaman langka yang tumbuh di wilayah dengan kepadatan energi yang tinggi. Siapapun yang memurnikannya akan mengalami peningkatan yang luar biasa. Tidak heran jika tumbuhan ini mendapat julukan sebagai harta karun bumi tingkat puncak.

Sementara itu, di atas panggung megah yang didirikan di tengah halaman kota, bunyi gong menggema memecah kesunyian. Tuan Kota Yunlan, Yun Kuangyin, muncul dengan gagah di hadapan para ahli bela diri yang ikut berpartisipasi.

"Selamat datang di kota Yunlan!" Tuan Kota Yun Kuangyin berbicara dengan suara lantang.

"Saya yakin kalian semua sudah mengetahui tujuan kalian datang ke sini. Putri saya, Qing'er, hilang secara misterius beberapa hari yang lalu. Saya menawarkan Sayembara ini dengan harapan dapat menemukannya kembali."

Yun Kuangyin menjeda sejenak, lalu melanjutkan,

"Barang siapa yang dapat menemukan Qing'er dan membawanya kembali dengan selamat, akan mendapatkan Akar Bodhi dan Ginseng Bulan sebagai hadiah."

Kerumunan riuh rendah kembali menggema seiring dengan pengumuman tersebut, semangat mereka terus membara dengan harapan untuk memperoleh harta karun yang mereka impikan itu.

"Sebelum memulai pencarian, saya ingin memberikan beberapa informasi penting,"

"Qing'er terakhir terlihat di hutan Jura di luar kota Yunlan. Konon, hutan tersebut telah dikuasai oleh bandit-bandit hutan yang kian meraja rela. Oleh karena itu, kalian harus berhati-hati."

Yun Kuangyin kemudian memberikan peta hutan Jura kepada para ahli bela diri yang turut berpartisipasi. Dia juga mengingatkan mereka untuk saling bekerja sama dan tidak saling menyerang dalam proses pencarian.

Namun tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat dengan langkah yang terburu-buru, seorang penjaga menyelinap dengan wajahnya panik, berkata.

"Lapor tuan kota, nona muda Qing'er telah ditemukan, namun kondisinya dalam bahaya!"

"Apa?!"

Terpopuler

Comments

Embun Pagi

Embun Pagi

hmm menarik, sebenarnya siapa Wu Xiaotian ini? dan juga sekte pedang awan apakah ada konspirasi 😁

2024-02-16

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!