Hana sampai di sebuah hotel. Lalu, dia bergegas turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam hotel tersebut dengan berlari kencang. Hana langsung melesat ke meja resepsionis dan bertanya dengan wajah panik sambil menunjukan foto Alaric yang ada di dalam telepon genggamnya, "Apakah tadi, emm, barusan orang ini masuk ke hotel ini? Ah, maksud saya, dia ke lantai berapa dan kamar nomer berapa?"
"Maaf saya tidak bisa memberikan informasi kamar ke........"
"Saya adiknya dan saat ini Kakak laki-laki saya ini dalam bahaya. Apakah Anda mau saya tuntut kalau Kakak laki-laki saya ini kenapa-kenapa"
Petugas resepsionis tersentak kaget dan langsung berkata, "Kakak kamu tadi ke lantai enam kamar 677 dan ini kunci chip cadangannya"
"Terima kasih" Hana langsung berbalik badan lalu berlari kencang ke lift.
Sementara itu, Alaric tengah berdiri di depan seorang pria yang sangat tampan dan memiliki aura yang sangat menakutkan. Alaric berdiri tegak dan dia dikelilingi sepuluh pria berbadan kekar.
"Alaric Klein. Selamat datang di hotel milik Ayah mertuaku"
"Apa mau kamu? Di mana Manda? Kau bilang kalau aku tidak datang maka Manda akan kau siksa. Di mana Manda?!" Alaric mendelik penuh amarah dan dia langsung mengarahkan pistol ke pria tampan yang masih duduk dengan angkuh di depannya.
Pria tampan itu bangkit berdiri, "Hahahahaha! Seharusnya kita saling berkenalan dulu, kan? Kenapa kau langsung mencari Istriku dan menodongkan pistol di depanku?"
"Namaku Anthony Pris dan aku adalah suaminya Amanda Putri Bessara" Pria tampan itu melangkah pelan ke arah Alaric.
"Jangan bergerak!"
"Kau bodoh, ya, hahahahaha! Lihatlah di sekeliling kamu, bodoh!" Pria tampan mengarahkan tatapan tajam mematikan ke Alaric.
Alaric menoleh ke kanan, ke kiri, ke belakang, dan ke depan kembali dengan jantung abnormal karena dia melihat banyak pistol mengarah padanya.
Pria tampan itu meletakkan menunduk dan keningnya di moncong pistolnya Alaric sambil berkata, "Kau tembak aku, maka kita akan mati bersama dan merindukan Amanda di neraka secara bersama-sama, hahahahahaha!"
Alaric tersentak kaget dan tangannya yang memegang pistol mulai bergetar hebat.
Buk! Alaric tersentak kaget saat dia merasakan ada yang memukul bagian belakang kepalanya dengan cukup keras, namun sebelum Alaric sempat menoleh untuk melihat siapa yang sudah berani memukul kepalanya, dia jatuh tergeletak pingsan dengan kepala bagian belakang berdarah.
Anthony Prist kemudian berkata dengan wajah datar dan dingin, "Cekoki dia dengan anggur dan guyur tubuhnya dengan sebotol anggur lalu lemparkan dia ke kolam renang dan kita tinggalkan dia! Kamar ini di sewa atas namanya dan orang-orang akan berpikir dia mati karena mabuk berat dan berakhir di kolam renang"
Setelah mematuhi perintah bos mereka, semua anak buahnya Anthony Prist berlari menyusul bos mereka ke ruang keluar rahasia yang dibangun Anthony tanpa sepengetahuan ayah mertuanya.
Tidak lama kemudian, Hana yang mendengar suara byur, saat dia membuka pintu dengan kunci chip cadangan, langsung berlari kencang ke kolam renang yang bisa dia lihat dari arah pintu masuk. Hana juga sempat melihat ada pintu geser yang berada tidak jauh dari kolam renang menutup.
Tanpa pemanasan terlebih dahulu dan tanpa pikir panjang, Hana langsung meluncur ke kolam renang setelah dia melepas sandalnya.
Dengan susah payah Hana membawa Alaric ke tepian lalu dengan napas terengah-engah Hana menaikkan tubuh Alaric yang lebih panjang dan lebih besar darinya ke tepian.
Di saat Hana ingin naik ke tepian, kakinya kram dan tiba-tiba pandangannya menjadi buram. Hana kemudian pingsan di dalam kolam renang.
Saat Hana berada di ambang maut, dia masih bisa mendengar teriakan ibu dan nenek angkatnya yang berteriak panik memanggil-manggil namanya.
Satu Minggu kemudian.........
Hana terbangun dan dia langsung merasakan dirinya dipeluk oleh dua orang dengan diiringi isak tangis.
Hana menoleh ke kanan dan ke kiri dengan pelan sambil bersuara dengan lirih, "Ibu, Nenek?"
Dona dan Erica lalu menatap Hana dan bertanya secara bersamaan, "Apa yang kamu rasakan sekarang?"
Alih-alih menjawab pertanyaan ibu dan nenek kandungnya, Hana justru bangun tegak sambil bertanya dengan wajah panik, "Kak Aric? Bagaimana dengan Kak Aric?"
Ibunya Hana tampak menghela napas panjang karena putrinya mengabaikan kondisinya sendiri dan lebih mementingkan kondisinya Alaric.
Erica langsung duduk di tepi ranjang dan sambil menggenggam tangan Hana dia berkata, "Aric baik-baik saja. Satu jam yang lalu dia baru saja sadar dari tidur panjangnya"
"Tidur panjang? Saya dan Kak Aric......."
"Iya, kalian tidur panjang selama satu Minggu. Terima kasih kamu telah menyelamatkan Aric. Syukurlah kalian semua sudah sadar hari ini dan berada dalam kondisi yang sangat bagus. Aric mencari kamu tadi. Dia kangen pisang goreng karamel kamu" Erica mengusap lembut pipi Hana dengan senyuman penuh kasih sayang.
"Bolehkah saya melihat Kak Aric?"
"Tunggu pisang karamelnya diantar ke sini sama Janet. Sementara menunggu pisang karamelnya datang, Nenek ingin minta tolong sama kamu"
"Apa, nek?"
Erica menoleh sejenak ke Dona dan saat Dona menganggukkan kepala, Erica menoleh ke Hana lalu tersenyum.
"Katakan saja, Nek. Hana akan menolong Nenek dengan senang hati. Apapun itu"
Erica mencium pipi kiri Hana lalu menatap Hana dan berkata, "Kamu memang anak yang sangat baik, Hana. Nenek tidak akan berbasa-basi lagi, Nenek ingin kamu menikah dengan Alaric"
"Hah?!" Hana tersentak kaget.
"Demi keselamatannya Alaric. Kalau Alaric menikah maka laki-laki yang ingin membunuh Alaric tidak akan mengejar Alaric lagi dan Nenek hanya ingin kamu yang jadi istrinya Aric. Kamu yang harus menikah dengan Alaric karena Nenek tidak mau Alaric menikah dengan gadis yang tidak Nenek kenal dengan baik dan Nenek tidak mau Alaric menikah dengan gadis mata duitan yang banyak berkeliaran di luar sana. Harus kamu, Hana karena kamu gadis yang sangat baik. Kamu tulus menyayangi Nenek dan Aric. Nenek mohon"
Hana menoleh ke ibunya dan ibunya Hana kembali menganggukkan kepala.
Hana kemudian menatap lembut kedua bola mata nenek angkatnya dan bertanya, "Apa Kak Aric mau menikah dengan Hana? Lihatlah Hana, Nek"
"Ada apa dengan kamu?"
"Hana memakai kacamata tebal, Hana kurus kering tidak seksi sama sekali, dan rambut Hana keriting. Hana......."
Erica langsung menangkup wajah Hana dan setelah mencium pucuk hidungnya Hana dia berkata, "Rambut kamu tidak keriting, Sayang. Rambut Kamu berombak dan cantik, kok. Kamu cantik. Sangat cantik karena kamu memiliki hati yang sangat cantik. Mata kamu indah karena mata kamu selalu jujur dan tulus. Kamu sangat cantik, Hana. Nenek mohon kamu kabulkan permintaan Nenek yang ini. Demi keselamatan Alaric"
Karena Hana sangat mencintai Alaric, maka dia berkata, "Baiklah, Nek. Kalau Kak Aric mau menikah dengan Hana, Hana juga mau menikah dengan Kak Aric"
Erica langsung memeluk Hana dan berkata, "Terima kasih, Hana" Lalu, Erica menoleh ke Dona, menggenggam tangan Dona, dan berkata, "Terima kasih, Dona"
Dona tersenyum dan berkata, "Sama-sama, Nyonya besar"
Sedangkan Hana hanya mampu tersenyum lebar di saat jantungnya berdebar kencang membayangkan dirinya menikah dengan pria yang selama ini dia kagumi dan dia cintai sejak dia masih berumur enam tahun.
"Nenek ke kamar Aric dulu. Kalau Janet udah datang dengan pisang karamel, kamu nyusul Nenek ke kamar Aric. Kamarnya persis di sebelah kamar kamu ini" Erica mengusap lembut rambut indahnya Hana.
Hana tersenyum lebar dan menganggukan kepalanya. "Nek....."
"Ada apa?"
"Tolong jangan katakan ke Kak Aric kalau Hana yang menyelamatkan Kak Aric. Hana cuma nggak ingin Kak Aric merasa berhutang budi sama Hana. Hana tulus menyelamatkan Kak Aric"
"Iya, baiklah" Sahut Erica.
Dona menunggu di depan pintu kamar rawat inapnya Alaric saat nyonya besarnya masuk ke dalam.
"Apa?! Nggak mungkin aku menikah dengan Hana, Nek. Dia itu aku anggap adik selama ini. Dia sama sekali jauh dari kriteria wanita yang aku suka. Dia berkacamata, rambutnya keriting, dan dia culun banget, Nek"
Plak! Erica memukul punggung Aric sambil mendengus, "Jangan hina Hana! Dia sangat cantik di mata Nenek"
"Tapi, aku sama sekali tidak mencintainya, Nek" Alaric memekik kesal.
Erica bersedekap lalu berkata, "Kalau begitu Nenek akan menunggu kiriman peti mati yang berisi jasad kamu"
"Nek! Kenapa Nenek nyumpahin aku mati? Tega amat, sih, sama cucu sendiri"
"Atau Nenek akan bersiap-siap melihat dan mendengar berita di TV kalau pewaris tunggal grup Klein yang saat ini tengah mencalonkan diri menjadi anggota dewan, bercinta dengan Istri orang. Lalu, nama baik Nenek akan tercoreng, kamu masuk black list, kemudian perusahan kita akan bangkrut, kemudian kita akan tidur di jalanan, terus......."
"Hentikan, Nek! Kenapa Nenek terus berbicara hal-hal buruk soal aku, sih?"
Buk, buk, buk, buk! Erica memukul gemas punggung Alaric dengan wajah kesal.
"Aduh! Kenapa Nenek malah memukulku?"
Erica mendengus lalu berkata, "Karena kamu bodoh! Bisa-bisanya kamu bercinta dengan Istri orang? Memangnya di dunia ini hanya ada satu wanita? Kenapa harus Istri orang, Ric?!"
"Nenek sudah tahu" Alaric menyahut dengan wajah tertunduk sedih.
"Iya, Nenek sudah tahu semuanya. Suami dari wanita j*l*ng itu......."
"Dia bukan wanita j*l*ng, Nek"
"Bodo amat! Kalau kamu tidak menikah maka suami dari wanita itu akan terus mengejar kamu sampai kamu berakhir di peti mati atau berakhir kere. Kalau sampai hal itu terjadi maka Nenek memilih untuk bunuh diri saja"
"Sial!" Alaric langsung meraup kasar wajah tampannya.
"Pria itu, Anthony Prist, akan melepaskan dirimu dan berhenti mengejarmu kalau dia melihat buku pernikahan kamu. Untuk itulah kamu harus segera menikah dan kamu harus menikah dengan Hana karena hanya Hana yang berhati baik dan tulus"
Setelah menyisir kasar rambut lurus kecokelatannya dengan jari jemari, Alaric menghela napas panjang dan berkata, "Baiklah. Aku akan menikah dengan Hana"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Anita Jenius
semoga sukses Alaric
2024-04-05
0
Spyro
Wah semoga Alaric bakal men-treat Hana dgn baik ya.
2024-02-27
0
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)
semangat author💪🏻💪🏻
2024-02-22
0