THE LOVER
Namaku adalah Hestia. Anak kampung Berawan yang berada di pelosok terpencil.
Usiaku 16 tahun dan masih sekolah di SMP Terbuka kelas 3.
Sejam yang lalu, pukul tujuh malam Kamis rumah kami kedatangan tamu. Tamu yang tak diundang, namun juga bisa dibilang tamu istimewa.
Beliau adalah juragan Rudi, pemilik tanah Sereal tempat Bapak dan Ibuku kuli tani.
Entah angin apa gerangan yang membuat beliau datang menginjakkan kaki ke rumah gubuk kami.
Ternyata...,
"Mari kita nikahkan anakmu dengan anakku. Maka impaslah seluruh hutangmu padaku!"
Mendengar perkataan juragan Rudi dari balik tirai bambu yang sudah koyak membuatku terhenyak.
Bagaimana bisa juragan memutuskan hal yang besar itu dengan begitu santainya?
Dadaku bergejolak. Debarannya mengingatkanku pada Akmal.
Akmal adalah kekasihku yang hampir setahun belakangan ini mengisi hari-hari nan indah bersamaku.
Aku mengendap-endap, keluar dari rumah lewat pintu belakang.
Lututku lemas, tubuhku gemetar.
Hujan yang gerimis tak menyurutkan langkahku berjalan cepat sampai berlari menerobos hujan menuju rumah Akmal yang berjarak kurang lebih 1 kilometer.
Seperti biasa, kami memiliki sandi rahasia yang hanya diketahui oleh kami berdua.
Suwiiittt
Suwiiittt
Suwiiittt...
Tiga kali siulan kode panggilan berhasil membuat Akmal keluar dari rumah sederhananya.
Senyum manis Akmal yang biasanya membuatku terpesona, kali ini tak mampu meredam resah jiwaku.
Kami memang sudah sering melakukan pertemuan diam-diam tanpa sepengetahuan orangtua masing-masing. Saling melepas rindu meskipun disekolah selalu bertemu, tapi rasa haus akan keinginan kami untuk selalu berduaan tak pernah terpuaskan. Meskipun itu hanya sekedar bercerita tentang keseharian, pelajaran sekolah, bercanda dan cemburu buta, semuanya begitu indah hampir setahun ini.
Aku dan Akmal satu sekolah, tapi berbeda kelas.
Aku melompat ke dalam pelukan Akmal. Biasanya Aku paling enggan melakukannya karena malu dan takut orang melihat. Tapi kali ini, Aku tak peduli.
Akmal terkejut kaget.
"Ada apa Hesti? Kenapa kamu seperti dikejar-kejar hantu? Ada apa?" tanyanya melihat wajahku yang merah serta dipenuhi keringat. Nafas juga tersengal karena berlari agar cepat sampai ke rumah Akmal.
"Apa yang harus kulakukan, Akmal? Bapak menginginkanku menikah dengan anak juragan Rudi pemilik tanah Sereal itu."
"Apa? Lalu sekolahmu? Bagaimana? Apa bapakmu tidak ingin melihatmu terus lanjutkan sekolah?"
Akmal menggenggam erat jemariku. Tangannya basah dan dingin.
Aku tahu, Akmal pasti cemaskan Aku tapi dia tak berani ungkapkan.
Hubungan kami, terancam putus karena Bapak baru saja kedatangan tamu dan terlibat pembicaraan serius. Juragan Rudi melamarku untuk anaknya yang baru saja pulang dari rantau.
Aku sendiri tidak bisa melawan perkataan Bapak. Beliau bukanlah Ayah kandungku, hanya seorang Ayah sambung yang menikahi Ibu ketika Ibu dinyatakan hamil oleh kekasihnya yang kabur tak bertanggung jawab. Dan akulah anak yang dikandung Ibu.
Aku menangis sesegukan di pelukan Akmal.
Kami sama-sama diam. Tak ada yang bisa berkata-kata.
Suasana malam yang gelap, sunyi, menambah kesedihan hati ini yang tak berani memikirkan masa depan nanti.
"Pulanglah, Hesti. Biar Aku pikirkan bagaimana kita bertindak besok." Akmal menepuk bahuku pelan.
"Kita harus bagaimana? Apa kita kabur dari rumah? Terus, mau kemana? Apa kita bisa lakukan itu semua?"
Aku terus bertanya. Hingga Akmal mengangkat tangannya dan menempelkan telapaknya ke mulutku yang tak berhenti mengoceh.
"Pulanglah. Jangan terlalu panik. Kita bisa hadapi ini semua bersama. Bukankah kita sudah lewati belasan purnama dan semuanya baik-baik saja?"
Aku terdiam.
Tatapan Akmal membuatku sedikit lebih tenang.
Akmal menyorongkan tubuhnya. Mendekati wajahku dan,
Cup.
Bibirnya mengecup keningku tanpa kata.
Jemari Akmal menghapus butiran air mataku yang masih tersisa di pipi.
"Akmal..."
Akmal tersenyum. Tapi Aku tahu, senyumnya tak seindah yang lalu-lalu.
"Akmal, Aku cinta kamu."
"Aku juga cinta kamu, Hestia."
Aku kembali menangis. Tapi mengangguk menuruti perintahnya yang lembut.
Kulambaikan tangan, lalu beranjak pulang.
Hujan masih gemericik. Tinggalkan percikannya di tanah merah yang licin dan lengket di sol sandal yang semakin menipis.
Hingga,
Gubrakkk
Aku jatuh terpeleset. Air mata kembali jatuh berderai. Seiring bo+ongku yang terasa nyeri karena terhempas.
"Dari mana, Hesti? Bajumu basah, rokmu juga kotor." Ibu terkejut melihatku yang masuk ke dalam rumah kembali lewat pintu dapur.
Kutatap wajah Ibu dengan tatapan sendu.
"Hestia,... Apa kamu mendengar obrolan Bapak dan Juragan Rudi tadi?" tanya Ibu dengan suara dipelankan.
Aku mengangguk dengan wajah tertunduk.
Ibu meraih bahuku. Beliau memelukku erat dalam dekapan hangatnya.
"Ibu..., Hestia masih ingin sekolah. Hiks hiks hiks... Hesti mohon..."
Ibuku tak berkata apa-apa. Justru ini yang paling kutakutkan. Kemiskinan membelenggu kami dari kebebasan, termasuk kebebasan berbicara.
Malam itu, Aku menangis sampai pagi di atas kasur busaku yang basah separuh karena atap bocor yang lumayan besar dan Aku lupa menadahkan baskom dibawahnya.
...°°°°°°°°°...
Cit cit cit
Petok petok petok...
Ciak ciak ciakk
Suara anak ayam dan induknya membangunkanku dari tidur.
Kepalaku sakit. Rasanya seperti baru beberapa menit saja mataku terpejam. Ternyata hari sudah pagi.
Aku bangun dari tidur, bergegas mandi di kamar mandi yang letaknya diluar rumah. Kamar mandi kusam berlumut tanpa atap dengan sumur yang harus ditimba lebih dulu airnya.
Kreet kret krieeet
Decitan tali timbaan yang sudah karatan membuat gendang telingaku sakit.
"Menikahlah, Hestia. Maka kamu tidak perlu lagi melakukan rutinitas menyusahkan seperti ini lagi."
Aku terhenyak, ternyata Bapak sudah berada di sampingku. Sedang mengambil air dari ember yang kuisi air dari timbaan sumur untuk makanan ayam-ayam peliharaannya.
Menikah?
Dadaku bergemuruh.
Ucapan Bapak semakin menguatkan firasat ku.
Aku tak berani menimpali ucapannya. Takut salah bicara yang berimbas semakin sulit untukku menolak.
Selepas mandi, Aku langsung berpakaian rapi dan bergegas pergi ke sekolah.
Tujuan utamaku tentu saja ingin bertemu Akmal.
"Kita tidak boleh bolos. Ingat, sebentar lagi kita akan ujian kelulusan. Jangan sampai nilai sekolah kita anjlok dan merusak masa depan kita dalam meraih cita-cita."
Akmal memang lima bulan lebih tua usianya dari Aku. Cara pandang dan pemikirannya pun jauh lebih dewasa. Itu yang paling kusukai dari dirinya.
Pulang sekolah, kami lepaskan rindu. Pulang jalan kaki melewati pematang sawah adalah masa yang menyenangkan bagi kami.
Tapi berbeda dengan hari ini.
"Akmal... Aku harus bagaimana?" Tanyaku pada Akmal, membahas soal semalam.
"Mari kita ke rumah orang tuamu. Semoga, Bapak dan Ibumu bisa menerima penjelasan ku."
Aku tersenyum senang. Akmal, meskipun baru berumur 16 tahun, tapi sepertinya punya cara yang tepat untuk membatalkan Bapak menerima lamaran juragan Rudi untukku.
"Apa? Bocah ingusan seperti mu bicara soal cinta? Apa itu cinta? Ta+i kucing dikasih gula. Persetan dengan cinta! Apa kamu mau menikahi Hesti sekarang juga? Dan bayarkan segera hutang-hutang kami pada juragan Rudi? Mau kamu?"
Aku menangis. Akmal tak bisa berbuat apa-apa. Hanya diam dan menundukkan kepala.
"Saya ingin lanjutkan sekolah dahulu. SMA, lalu cari kerja. Saya mohon, berikan waktu empat atau lima tahun lagi. Saya akan kembali dan melamar Hestia, Bapak."
"Hohoho... berani sekali anak muda ini! Kuacungi jempol untuk keberanianmu. Tapi kami tidak butuh waktu empat atau lima tahun lagi. Kami ingin sekarang. Bisakah kamu melunasi hutang-hutang kami?"
"Bapak..." selaku memohon pengertian bapak sambungku itu.
"Hestia, masuk ke dalam! Ini pembicaraan dua laki-laki dewasa. Perempuan, duduk diam-diam di dalam!"
Aku tak bisa berkutik. Terlebih Ibu yang menatapku dengan pandangan takut, menuntunku perlahan masuk rumah.
Hari itu, mungkinkah akan jadi hari terakhirku bertemu Akmal. Kekasih pertamaku dan pria cinta pertama yang selalu kukenang sepanjang masa. Entahlah. Aku pun tak tahu.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
sasip
baru baca neh k'Bun.. mantab bet dah.. ceritanya down 2 earth banged.. membumi.. seneng bacanya, tapi mau ninggalin jejak dulu, semoga bisa nambah semangat berkarya.. 💪🏻👍🏻🫰🏻
2024-11-24
2