Kania masih memaksa matanya yang sipit untuk terpejam. Meski sinar matahari sudah berpendar menerangi kamar, menerpa dirinya sehingga wajahnya yang putih menjadi kemerahan. Ia masih ingin tidur, masih ingin menikmati mimpinya yang indah. Mimpi ketika ia sedang bersama Dino di atap sekolah, menatap mereka yang Dino bilang orang-orang yang tidak beruntung. Bukan sesuatu yang romantis memang, namun di waktu itu Kania merasakan kehangatan. Rasa peduli Dino yang ia bagikan ke orang-orang telah menawan hati Kania. Bagi dirinya, Dino merupakan sesosok malaikat yang ditugaskan Tuhan menaburkan kebaikan di dunia. Dan yang paling membuatnya jatuh hati kepada Dino adalah Kania merasa Dino memprioritaskan kasih sayang untuknya lebih besar dibanding untuk orang-orang.
Setidaknya itu yang ia rasakan.
“Huhh,” keluh Kania setelah sudah tidak kuat menahan silaunya cahaya matahari. Ia mulai bangun dengan enggan. Lalu meregangkan badannya yang terasa kaku. Kania melihat kaca dan terkejut wajahnya sangat lesu dan pucat. Bagaimana tidak, lusa kemarin ia tidak tidur menyelesaikan bab satu dan dua revisi skripsinya. Setelah selesai, ia langsung tidur selama dua puluh jam. Jadi tidak heran wajahnya yang bulat dengan hidung kecil namun mancung dan alisnya yang hitam disertai bibirnya yang tipis seperti zombie sekarang.
“Ah tapi tetep cantik,” celotehnya menghibur diri.
Kania mencari-cari ponselnya yang entah terdampar di mana. Ia melempar bantal dan gulingnya ke lantai, sebal karena ponselnya belum ketemu juga.
Duk. Suara benda yang diduga kuat adalah ponselnya jatuh bersamaan selimut yang dorong ke lantai. Kania menghela napas. Lega karena benda mungil namun sangat berperan dalam kehidupan masyarakat modern, terutama untuk mahasiswa dan remaja sepertinya – sudah ketemu.
Rasa leganya sirna ketika melihat masih tidak adanya notifikasi pesan dari Dino. Dino masih menghilang entah ke mana. Kabar terakhir yang ia baru menyelesaikan penanaman pohon kembali di bekas-bekas titik api pasca kebakaran hutan yang melanda Kalimantan. Dan betapa mengerikannya kondisi di sana. Rasa rindu bercampur takut dan khawatir yang tadi sedikit hilang dihempaskan mimpimya kembali berkecamuk menyiksa dirinya.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
Sapa operator yang sudah ia dengar selama satu bulan sepuluh hari delapan jam ini. Cihh, desis Kania, jengkel mendengar suara formal operator wanita yang ucapannya selalu itu-itu saja. Ingin sekali ia menemui operator wanita itu lalu berteriak kepadanya, terus saya harus cari Dino ke mana.
Kania kembali merebahkan dirinya. Ponselnya ia hempaskan entah kemana. Matanya mulai berkaca, dipenuhi air mata yang hendak memaksa keluar. Rindu ini terasa sangat menyesakkan. Rindu ini seakan mengutuk dirinya. Pikirannya menjadi kalut, terlebih ia juga tengah depresi oleh skripsinya dan tugas-tugas kuliah lainnya. Dengan ketakutannya menghadapi sidang yang menentukan nasib pendidikannya. Dengan kekhawatirannya rencana masa depannya yang masih tampak samar, apakah ia nanti sukses atau gagal. Ia membutuhkan Dino. Untuk menyemangati dirinya. Kania butuh mendengar Dino mengucapkan udah kamu jalani saja dulu, tidak peduli kamu nanti bagaimana, selama kamu baik maka kamu akan merasakan kebaikan yang bertaburan di sekelilingmu – ketika ia merasa lemah. Ucapan yang klise, yang bisa ia temukan dengan mudah di internet. Namun, begitu Dino yang mengucapkannya Kania merasa tenang.
Dino kamu ke mana, aku kangen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments