Kania memandang sekelilingnya. Ia terpana dengan desain interior kafe Agape. Desainnya bertemakan kuil Yunani dengan dinding yang serba putih dan tiang-tiang besar khas bangunan kolosal. Di dindingnya terdapat lukisan lelaki bersayap yang mukanya seperti anak kecil seperti hendak turun dari langit, membawa panah dengan mata panah yang berbentuk hati dan ada panah yang menancap juga di dadanya – sang dewa cinta dan kasih sayang, Cupid.
Pramusaji membawakan pesanan Kania dan Jessica. Dua buah ice hazelnut cream capuccino dan waffle with choco cream butter. Jessica tersenyum ketika melihat kedatangan pramusaji itu.
“Owner nya langsung yang ngelayanin Ni, jadi enak,” celoteh Jessica kepada Kania yang tengah sibuk membuat snapgram. Mendengar ucapan Jessica, Kania langsung menaruh ponselnya, lalu mengambil sikap formal.
“Gapapa, dilanjutkan saja,” ucap pramusaji sekaligus owner itu kepada Kania.
“Eh iya,” Kania terbata. Di hadapannya tampak seorang pria berkulit putih bersih dengan hidung yang mancung dan badannya yang tegap. Perawakannya terlihat dewasa dan memang Jessica sebelumnya mengatakan jika saudaranya ini sudah berusia 28 tahun. Pria itu mengenakan kemeja putih lengan panjang yang ia gulung sampai di atas pergelangan tangan. Tampilannya membuat kesan santai, namun tetap terlihat rapi. Tampan, hati Kania bergumam.
Pria itu mengulurkan tangannya kepada Kania. “Arman,” ucapnya sambil tersenyum. "Kania.”
“Nama yang indah,” gumam Arman. Ia kemudian duduk di sebelah Jessica, tentu setelah Jessica mempersilahkannya untuk duduk.
“Lukisan itu bercerita tentang Cupid yang hendak turun ke dunia, hendak menaburkan cinta kepada penghuni Bumi,” Arman mulai bercerita karena melihat Kania sebelumnya henyak memperhatikan lukisan Cupid di dinding.
“Mengapa ada panah yang menancap di dadanya?” tanya Kania yang memang sedari tadi mencoba memahami makna panah yang menancap dada tersebut.
Arman tersenyum, lalu perlahan menghirup esspresso coffe. “Sebenarnya itu ide saya. Saya berpikir dalam cinta bukan hanya menyajikan rasa nyaman, ada duka yang pasti selalu terselip bersamanya, keseimbangan itulah yang membentuk kebahagiaan. Dan Cupid harus bisa merasakan rasa sakit cinta sebelum ia menaburkannya kepada semesta.”
Kania tertegun mendengar penjelasan Arman. “norak banget ya saya,” gumam Arman.
“Ah tidak kok, filosofinya bagus. Romantis,” puji Kania. Dan memang penjelasan Arman tadi menyentuh hatinya. Ia merasakannya. Cinta yang manis, sekaligus sakit. Kania dan Arman mulai berbincang mengenai keseharian mereka.
Dari percakapan ini Kania mengetahui bahwa pekerjaan utama Arman adalah seorang manajer di salah satu perusahaan asuransi yang cukup ternama di Indonesia. Alasan Arman mendirikan kafe Agape agar ia mempunyai tempat istirahat yang nyaman dan ideal baginya, sehingga hidupnya lebih bergairah dan menemukan hal baru, tidak terkurung oleh pekerjaannya yang monoton.
Kania juga bercerita mengenai dirinya. Mengenai kesukaannya pada karya sastra sampai ia menempuh kuliah Bahasa dan Sastra yang sekarang sedikit ia sesali karena sulitnya skripsi yang ia kerjakan. Percakapan tentang karya sastra ini menjadi menarik karena ternyata Arman juga memyukai karya sastra. Tak sadar, percakapan mereka mengalir dengan asik.
“Seru banget, sampai temen sendiri dilupain,” keluh Jessica yang sedari tadi terdiam menyaksikan percakapan Kania dan Arman.
“Ni, udah malam, pulang yuk.”
Kania dan Arman tertawa mendengar keluhan Jessica. Mereka kemudian pamit kepada Arman.
“Ni, boleh saya minta kontak kamu?”
Kania tersenyum, lalu mengambil ponsel yang dijulurkan Arman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments